PROLOG

63.2K 3.8K 110
                                    

PROLOG

Juan terlihat tidak bersemangat ketika menunggu di depan pintu bandara bagian kedatangan internasional. Hari ini ia akan menjemput seseorang, seseorang yang sebenarnya tidak ia harapkan kedatangannya. Juan berada di tempat itu karena paksaan Kia—ibunya, jika tidak pasti ia tidak akan mau menjemput orang tersebut.

Alih-alih bukannya menunggu di depan pintu, ia malah asik duduk sambil menikmati black coffe-nya di salah satu kursi yang sedikit jauh dari lokasi pintu kedatangan. Juan terlihat melamun sambil membayangkan sosok seseorang yang akan ia jemput.

Gadis itu pasti masih seperti dulu, pasti tidak ada perubahan yang terjadi dalam dirinya, batin Juan tersenyum mencibir.

Sial, bagaimana bisa Mama menjodohkanku dengan gadis kekanak-kanakan seperti dia, Juan menggelangkan kepalanya sambil kembali menyeruput black coffe-nya.

Tanpa ia sadari seseorang dengan usil menutupi kedua matanya, Juan merasa risih dengan hal itu. "Hei!" Kesal Juan.

"Tebak dulu," ucap suara itu.

Juan menghela napasnya, ia sudah tahu siapa yang menutup kedua matanya itu. "Jangan bercanda, Lexa!" Alexa mencebikan bibirnya saat Juan mengucapkan kata-kata itu dengan ketus.

"Kak Juan selalu seperti itu, tidak bisakah sedikit bersikap manis padaku?" ucap Gadis itu sambil melepaskan tangannya dari mata Juan.

Juan berdiri lalu menatap gadis yang berdiri di hadapannya, benar seperti dugaannya, tidak ada yang berubah dari gadis itu. Dandananya masih saja terlihat kekanak-kanakan. Lihatlah pakaian yang dikenakannya, dungarees shorts berwarna hitam, tas ransel, dan juga rambutnya yang di kuncir kuda itu membuat gadis itu terlihat seperti anak-anak.

Juan tersenyum mencibir melihat dandanan gadis itu. Gadis bernama Alexandra itu memang terlihat cantik dengan tubuhnya yang terbilang cukup tinggi dan juga kulitnya yang putih, tapi semua itu tidak bisa merubah penilaian Juan terhadap sikap kekanakan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Alexa saat Juan menatapnya seperti itu.

"Kau terlihat tidak berubah sedikit pun, masih terlihat kekanak-kanakan," ucap Juan dengan nada mencibir.

"Memangnya Kak Juan mengharapkan aku berubah seperti apa?" tanyanya dengan nada polos.

"Menurutmu apa aku bisa membayangkanmu dengan cara lain? Mustahil … dari awal aku sudah yakin kau pasti tidak akan berubah jauh. Terbukti bukan?" Ucap Juan sambil menatap Alexa dengan nada cibiran.

"Sama seperti Kak Juan, Kakak juga tidak banyak berubah, masih tetap ketus dan dingin padaku. Ya … walaupun kuakui Kakak tambah tampan," ujar gadis itu dengan jujur.

Juan memutar bola matanya malas, pria itu menyerahkan peper cup coffe-nya pada Alexa. "Bawakan dan jangan diminum! Akan kubawa trolimu," ujar Juan lalu mengambil alih troli yang Alexa bawa.

Alexa menggerutu sambil mengekori langkah Juan. Terlintas di pikiran gadis itu untuk meminum coffe milik pria ketus itu.

"Sudah kubilang jangan diminum!" Sergah Juan, Alexa pun mengurungkan niatnya. Gadis itu kembali menggerutu di belakang Juan.

"Masuk!" Juan memerintah Alexa untuk masuk ke mobil setelah selesai memasukan semua tas milik gadis itu ke bagasi.

Alexa masuk tanpa membantah. "Ish, ketusnya!" Gumam Alexa lalu masuk kedalam mobil.

Mobil sedan itu pun membelah jalan di sore hari itu, cukup padat mereyap membuat perjalanan mereka terasa sangat lama hingga sinar jingga mulai memudar dari langit. Sudah belasan kali Juan menghela napasnya, hal itu membuat Alexa merasa sangat risih. Seolah Juan tidak senang dengan semua ini, dengan kehadiran dirinya dan juga dengan kemacetan yang ada di hadapan mereka.

ALEXANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang