I've been a bad girl, don't you know?
You know you know you know I'm crazy
I just wanna be your baby
You can fuck me and then play me
You can love and you can hate meCome get it now or never
I'll let you do whatever
I'll be your bad girl****
Future
Anastasia... menenteng segelas wine, duduk dikursi kebesaran miliknya sambil memijit pelipisnya. Kepalanya terasa sakit, memikirkan kejadian yang lalu dan karena pengaruh alkohol menjadi satu membuatnya setengah mabuk. Nic yang selalu setia berjaga disamping ana merasa iba melihat nonanya yang hampir seperti orang gila setelah kejadian tersebut, ana terus berfikir alex masih hidup. Berteriak setiap malam telah menjadi rutinitas bagi ana, mimpi buruk... Yang setiap malam terjadi membuatnya menjadi hampir seperti ini. Minum minuman berakohol tinggi menjadi pelampiasan satu-satunya saat ini, tak perduli berapa gelas yang ia tegak tiap malamnya.
***
Pukul 02.00 pagi, limousin hitam tersebut terparkir manis didepan halaman mansion yang tak berubah banyak sepeninggal pemiliknya. Nikolai mengangkat tubuh anastasia yang sudah tak sadar dibawah pengaruh alkohol menuju dalam mansion, ia membaringkan tubuh mungil tersebut diatas ranjang king size milik ana. Nic keluar dari kamar, namun dua malaikat kecil sudah menunggunya didepan pintu. Ia menyunggingkan senyum tulusnya terhadap kedua bocah ini, "apa mommy sakit lagi, uncle nic?" Tanya seorang gadis kecil berumur 5 tahun tersebut. "Iya eve, mommy mu perlu banyak istirahat" jawabnya berbohong tanpa menghilangkan senyum tulusnya. "Hei jagoan, bisa kau ajak adikmu untuk pergi tidur? Sudah larut malam." Mintanya pada damian. "Siap kapten!" Jawab damian penuh antusias.
Nic memperhatikan kedua bocah kecil tersebut pergi menjauh, dari sikap damian yang sangat mirip dengan alex. Selalu berusaha melindungi adik bahkan keluarganya, dan evelyn yang seperti anastasia. Selalu riang dan penuh kesederhanaan, dulu.... Sebelum kepergian cintanya, kini ia menjadi sosok wanita yang keras dan tidak memperdulikan apapun. Ia telah kehilangan kekasih hidupnya secara tragis, menjadikannya wanita yang penuh dengan dendam. Bahkan ia berjanji pada dirinya sendiri, ana takkan berhenti sampai ia menemukan pembunuh suaminya.
.
.
.
.
.
.Darah bercucuran dari leher seorang pria yang berada disebuah rumah kosong, anastasia hampir dekat dengan leo. Namun hanya seorang penyampai pesan dari leo yang ana temukan, "Sial!!!" Umpatnya berkali-kali setelah perjalanan jauh yang tak membuahkan hasil. Ana duduk terdiam, memperhatikan darah yang terus mengalir deras dilantai. Ia memiringkan kepalanya, memikirkan sesuatu yang mungkin dapat mempermudah jalannya. Kemudian menyeringai, ana tak dapat berkonsentrasi setelah pertemuan singkat dengan orang yang menyerupai kekasihnya tersebut.
Ia mengelap belati tajam yang berlumuran darah dengan sapu tangannya, ana bingung... Ia harus segera menegak sesuatu sekarang.Di sebuah bar milik ana, nic hanya bisa menggeleng melihat ana, rasa iba terus menjalar dalam hatinya. Jika ia bisa menemukan pengganti alex untuk ana tentu sudah pasti ia lakukan, tapi tidak untuk ana. Baginya, hanya alex yang dapat menyembuhkan luka tersebut. Hanya alexander yang dapat membuat anastasia tersenyum, nikolai menyunggingkan senyumnya mengingat masa lalu yang begitu tegang namun indah.
Dor!!! Dor!!!
Suara tembakan dari luar mengagetkan nic, ia buru-buru melihat kearah jendela. Dibawah sudah banyak polisi dan petugas keamanan yang entah apa yang sedang terjadi. Ia melirik kearah ana sekilas yang sudah tak sadarkan diri, tak ingin mengganggunya akhirnya nic memutuskan untuk meninggalkan ana.
***
Ceklek!
Samar-samar suara pintu terbuka membangunkan ana, namun ia masih membaringkan wajahnya diatas meja. "Hm..nikolai apa yang terjadi?" Tanya ana masih dalam keadaan setengah sadar. Tak ada sahutan, hanya suara ketukan berat sepatu dengan lantai yang ada didalam ruangan tertutup tersebut. "Nic!" Panggil ana lagi. Namun tak kunjung ada balasan. Sosok itu berdiri tegap menjulang disamping anastasia, anapun menoleh. Pandangan kabur ana tak dapat memastikan sosok tersebut, ana berdiri sempoyongan.
Hampir jatuh, namun tangan kekar tersebut menahan tubuh mungil ana. Membuat ana memekik, membangkitkan hasrat liar yang telah lama hilang dalam diri ana hanya dalam satu sentuhan. Sentuhan yang seperti pernah ia rasakan, ana masih tak dapat melihat jelas sosok tersebut. Ia mengangkat tangannya mencoba menggapai wajah tersebut dan mendekatkan kebibirnya, ana sudah tak memperdulikan apapun yang akan terjadi karena pengaruh alkohol. Ia mendekatkan bibirnya ketelinga sosok tersebut, "try me!" Bisiknya, reflek tangan kekar tersebut membimbingnya kedalam ruangan yang terdapat sebuah ranjang mewah dan segala fasilitasnya. Mengecup dalam bibir tersebut hingga akhirnya anastasia tak sadarkan diri. "Forgive me, mon amour" samar-samar ana mendengar kalimat tersebut.
***
"Nikolaaaai!!!!" Teriak anastasia dari dalam ruangan peristirahatan dibar miliknya. "Yes ma'am" nikolai berlari menuju ruangan ana dan terkejut melihat ana yang hanya mengenakan selimut berwarna putih menutupi setengah tubuhnya. "Apa yang terjadi nona?" Tanya nic panik. Ana melotot kearah nikolai, "APA YANG TERJADI? Kau bilang?" Bentak ana. "Semalam seseorang masuk kesini dan berani-beraninya dia meniduriku" teriaknya. Nic hanya menelan ludah jika anastasia sudah hampir mengamuk. "Pardon me ma'am!".
"kau kemana saja?" bentak ana. "maaf nona, semalam petugas setempat meributkan-"
"ahh.... Sudah sudah" potong ana, "kau terlalu banyak alasan, lalu dimana semua bodyguard mu itu nic? Aku membayar mereka mahal bukan hanya untuk menegak bir setiap malam dan tidur dengan wanita bayaran" cecar ana. "ahh itu...mereka"
"brengsek kau! Pergi dari hadapanku! Sekarang!!!" teriak ana pada nikolai. Nic baru akan pergi namun panggilan ana menahannya lagi, membuat bulu kuduknya berdiri. Berharap semoga ana takkan mengamuk..
"Cepat cari orang tersebut atau aku akan mengulitimu hidup-hidup! Aku tak mau tahu bagaimanapun caranya" cecar ana sambil melotot kearah nic, "ba-baik nona." Dengan tergesa-gesa nic keluar dari ruangan ana. Ana memijit pelipisnya menahan sakit dikepalanya akibat mabuk hebat semalam, "sialan!!!" Umpatnya. "Siapa laki-laki itu?" Bertanya-tanya dalam hati, siapa orang yang dapat membangunkan seorang anastasia. Ia menggigit bibir bawahnya, membayangkan sensasi semalam yang begitu menggairahkan seperti pernah ia rasakan sebelumya. Dalam beberapa tahun terakhir, ana tidak dapat bercinta dengan pria manapun semenjak kepergian kekasihnya. Namun pria semalam, hanya dengan sekali sentuhan, "ahh...aku akan membunuhnya" kesal ana...