"jawab aku pengecut! Atau aku akan...."
"Tidak perlu Mon Amour!"
"alex..."
...
"anastasia..." bisik alex dari jarak tak kurang dari dua kaki, membuat bulu kuduk ana merinding serta peluh menetes dari dahi membasahi wajah cantiknya. Keganasannya tertutupi oleh kecantikannya, kecantikannya sebanding dengan cintanya terhadap alexander. Ana telah menjual jiwanya kepada iblis, iblis tersebut kini ingin keluar dari persembunyian. Yang letaknya tak jauh dari hati yang ia berikan seutuhnya beberapa tahun silam kepada suaminya.
"terima kasih albert, kau boleh pergi sekarang!" titah alexander, mengingat seseorang masih duduk ketakutan dibalik tubuh anastasia. Albert kemudian buru-buru memasukan uang kedalam koper dan berlalu pergi.
Alex kembali menatap mata indah yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Kini ia tak tahu mantra apa yang dapat melunakan anastasia melihat kondisinya saat ini, tanpa senjata dan alex tak mungkin melawan istrinya sendiri. Alex melepas nafas kasar, seharusnya ia telah mengetahui ini dari kejauhan hari. Ana akan menemukannya dan meminta penjelasan, dan harusnya ia punya alasan yang tepat agar ana tak membencinya.
"we need to talk mon amour..."
"TALK TO MY GUN.... Damn you!" setengah terbata ana berusaha agar bicaranya sebaik mungkin, ia telah menahan air mata sedari tadi. Rindukah ia, bencikah ia? Ana sendiri tak mengerti keadaan tubuhnya saat bertemu alexander. Nafas tersengal dan tangan yang menggenggam pistol itu bergetar pertanda ana menahan tangisnya, dan alex bisa melihatnya. Alex menggeram frustasi, berharap semoga bulir bening itu tak terjatuh dari mata indahnya, alex tak dapat melihat wanitanya menangis.
"you love me baby, and you're not gonna shot me..."
"we'll see..." balas ana
"turunkan senjatamu ana!" bujuk alex perlahan, alex tak menemukan titik kelemahan ana. Ia berusaha berbicara sebaik mungkin agar peluru itu tak menyakiti siapapun, termasuk menyakiti ana.
"ana... I'm begging you!" ana menggeleng tetap pada posisinya akan menekan pelatuk kearah alexander.
"ana...."
Ceckle
"ANAAAA!!!!" bentak alex
"Diam!!!"
Dor!!!
Peluru tersebut mengenai lengan alex, ia sengaja tak menghindar. "aku bilang diam disana! Dan jangan pernah membentakku!" ketus ana, sementara alex memegangi lukanya ana bersiap dan melempar pistol tersebut kesembarang arah.
Bugh!!!
Ana menyerang alex dengan tinju diwajah dan satu tendangan diperutnya, alex tersungkur seketika. "ana, apa yang kau lakukan?" tanya alex lemah.
"aku akan membunuhmu dear, sekarang bangun!"
"BANGUN! Dan LAWAN AKU ALEX!!!" Bentak ana
"BANGUN!!!" teriakan ana hingga kepenjuru gedung, membuat orang-orang yang ada disana begidik ngeri.
"kau tahu, aku takkan melawanmu ana.." balas alex dengan nada lembut membuat emosi ana kian memuncak.