Milan - Italy
Penthouse mewah bergaya italy tersebut kini dipenuhi oleh lelaki bersenjata berat dengan tubuh lusuh dan luka lebam, baru saja mengalami hari yang berat hingga akhirnya pelarian terakhir membuat mereka berlabuh dinegara ini.
"ada kabar dari damian dan evelyn?" nikolai menggeleng, alex berjalan mondar mandir berpikir keras mencari keberadaan anak-anaknya. Sementara anastasia masih betah menyendiri di suite room paling atas penthouse milik kolega Ivanovic tersebut, menantikan kedatangan anaknya. Sungguh hal terkonyol dalam hidupnya adalah menjadi ibu yang buruk bagi anak-anaknya, ia merutuki dirinya sendiri, memaki kebodohan dirinya yang membiarkan anaknya pergi.
Cklek...
Pintu terbuka, alexander menghela nafas kasar melihat keadaan istrinya, ia menghampiri anastasia yang sedang berbaring memunggunginya.
"ana...." alex memegang bahu ana yang nampak bergetar menahan tangis.
"kita akan menemukan mereka, mereka anak yang pintar" tambah alex.
...
Saat pengeboman terakhir, andrew dan marinka tak dapat keluar dari penjara bawah tanah dimansion alex tempat ia dikurung, reruntuhan tanah dan batu menghalangi jalan mereka hingga harus melewati terowongan untuk melarikan diri dan membatalkan niat untuk membantu sahabatnya...
"alex..." andrew bergumam dalam tidurnya, membuat marinka terjaga.
"andrew, bangun!" peluh membanjiri wajah tampan itu, usapan lembut jemari mungil marinka dirahang tegas andrew berhasil membangunkan andrew dari mimpi buruknya.
"kau baik-baik saja?" andrew mengangguk, ia bangun dari tidurnya menuju dapur dan mencari air.
Andrew menegak segelas air hingga tandas, ia berniat kembali kekamar dan bercerita kepada marinka pasal mimpinya, namun langkahnya terhenti disebuah kamar kecil, ia mengintip sejenak, dua orang malaikat yang sedang terlelap tidur.
Andrew telah berjanji kepada damian dan evelyn akan menemukan kedua orang tua mereka, "dimana kau brother?" andrew menutup pintu dengan pelan, tak ingin membangunkan mereka dari tidur.
Ia kembali menuju kamar sambil berpikir, jika saja ia tak menemukan jalan buntu dan kembali kearah terowongan, mungkin kedua malaikat itu sekarang ada ditangan penculik itu, andrew hampir tak mengenali wajahnya.
***
"shit, jalan buntu" andrew mengumpat setelah bom terakhir berhasil menutup akses jalan keluar dengan tumpukan batu dan tanah yang jatuh dari langit-langit bawah tanah.
"tidak ada jalan keluar, kita harus kembali" marinka menarik lengan andrew sebelum bom kembali meruntuhkan lorong bawah tanah dan mengubur mereka hidup-hidup.
"maafkan aku brother..." andrew sempat bergumam sebelum melarikan diri dari reruntuhan pasir yang kian banyak.
Mereka menelusuri lorong yang dihiasi pipa saluran pembuangan dan pemasok air, dalam kegelapan hanya bisa meraba hingga beberapa menit berlalu sebuah cahaya putih muncul dari kejauhan.
Pintu jalan keluar yang mengarah langsung kejalan raya...
"uncle andrew!!!" ia sempat mendengar gadis kecil yang meneriakan namanya, marinka menunjuk kesebuah mobil van hitam yang mengangkut damian dan evelyn.
"uncle!!!!" teriakan damian ketika seorang bertopeng pencuri memasukannya kedalam van.
Andrew berlari sekencang mungkin ketika van mulai melaju, orang-orang dijalanan mulai memperhatikan dirinya yang sedang mengejar sebuah mobil van.