4. The Bodyguard

5K 261 2
                                    

June 2005 - Present Day

Pakaian hitam, sepatu berwarna hitam dan tak lupa kacamata serba hitam membungkus tubuh tinggi kekar tersebut. Tak jarang jika ia dijuluki pengawal terbaik dinegeri ini, selalu siaga dalam situasi apapun. Ia menghisap dalam-dalam batangan yang terkandung nikotin dijemari kekarnya, berjalan dengan gagah menuju sebuah lorong gang yang kian lama makin menyempit. Bekerja sendiri, adalah hal yang biasa baginya.

Handphone disakunya bergetar pertanda panggilan masuk, "andrew! Selesaikan! Dan kau akan mendapat bagianmu" seseorang berbicara padanya. Ia mematikan sambungan telepon dan berhenti tepat didepan pintu tua yang lusuh.

Brak!!!

Sepi....

Ckeckl!

Ia menyeringai, telah mengetahui bahwa ini jebakan. "Pergi! Atau aku akan menekan pelatuknya!" Ancam seseorang, ia menoleh kekanan membuat moncong pistol tersebut tepat didepan wajahnya. "Kau mengancamku hehh pak tua?" Ia memiringkan kepalanya.

Bugh!!! Bugh!!!

Aaarrggghh!!!

Hanya butuh beberapa hentakan untuk melumpuhkannya itu, andrew mengambil pistol yang terjatuh dan menodongkannya ke pria tua tersebut. "Katakan padaku! Kepada siapa kau bekerja?" Dengan nada rendah namun penekanan yang tinggi, "lebih baik kau bunuh saja aku" pria itu menyeringai membuat darah dibibirnya menetes. "Masih tak mau buka mulut?" Lagi, ancam andrew. "Lebih baik kau yang membunuhku, daripada.. Dia!"

Dor!!!

"Damn it!" Andrew membungkuk memegang lututnya didepan mayat pria tadi, dalam sejarah hidupnya baru sesekali ini ia mendapati kesulitan mencari seseorang.

Andrew berjalan keluar dan memasukan pistol tersebut kedalam sakunya, "dia" kalimat itu terus berputar dikepalanya, mencoba mencari tahu nama dibalik kata "dia" ia bergumam lagi. Menjadi pengawal pribadi seorang miliyuner dengan penghasilan fantastis bukan tujuannya. Ia hanya mencari seseorang yang akan membayar kebenciannya dimasa lalu. Ia berjalan sempoyongan menuju lamborgini miliknya..

Brakk!!!

Andrew jatuh terlentang dengan seorang gadis diatasnya. "Sialan! Menyingkir dariku!" Bentak andrew setelah berhasil membuat gadis tersebut terbelalak malu. "Brengsek, kau yang menabrakku" bentak gadis itu tak mau kalah sambil mencoba berdiri dari tubuh andrew. "Apa katamu?" Balas andrew. "Sial! Mereka mengejarku. Urusan kita belum selesai tampan" gadis itu menunjuk kearah andrew, lalu berlari pergi. Andrew menyipitkan matanya melihat dari kejauhan dua orang pria tegap sedang memburunya. Ia hanya menggeleng dan melajukan kendaraan menuju perempatan kota..

.
.
.
.

Elizabeth Mansion - Elizabeth VI

Andrew memasuki rumah mewah besar setelah memakirkan kuda besinya, sebuah rumah tua yang masih terukir kemewahan dan keasliannya. Lukisan dan gambar seluruh keturunan elizabeth terpajang indah didinding disepanjang lorong yang diberi karpet merah tersebut. Diiringi oleh seorang maid, andrew mengekor dibelakang dan berhenti disebuah pintu nan megah dengan ukiran lambang keluarga elizabeth. Maid mempersilakan dirinya masuk, sebuah ruangan yang dipenuhi buku-buku yang berjejer rapi hingga kelangit-langit ruangan.

"Perpustakaan heh" ia menyunggingkan senyumnya. Tak pernah sebelumnya ia menyentuh buku, kali terakhir dirinya membuka buku saat usia 15 tahun.

"Welcome! My young Friend" seseorang dibalik kursi besar sedang memegang buku, ia melepas kacamatanya dan mengulurkan tangan. "Tak usah repot-repot Will, aku sudah membereskan urusanmu." Ketus andrew. Will.. Pria paruh baya yang sehari-hari menghabiskan waktu dengan perkebunan dan pabrik anggur miliknya hanya tersenyum, ia mengerti pengawal macam andrew tak mempunyai waktu untuk berbasa-basi.

Bring Me HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang