Mereka takkan lagi terpecah-belah, mereka akan bersatu kembali. Teka-teki ini sudah berakhir, sekarang yang mereka akan lakukan adalah mencari dalangnya....
=====================================
Ivanovic Mansion - Moscow Russia
Kejadian-kejadian mengerikan yang telah ia alami, atau... mungkin lebih buruk. Kehilangan orang-orang terkasih mungkin lebih buruk, tepatnya orang-orang yang telah lama meninggalkan dirinya, meninggalkan selamanya. Tapi yang terjadi sekarang mungkin akan lebih buruk. Salah mengambil keputusan dan ini konyol, membahayakan seluruh orang terdekatnya dan mungkin malah akan memperburuk keadaan. Tapi, ya... katakanlah dirinya bodoh, tak ada jalan lain, takkan ada yang dapat menolong. Bahkan mungkin tak akan ada yang mengerti. Kadang sesuatu yang tak akan dimengerti adalah, apakah sedari dulu dirinya selalu mengambil langkah yang salah? Ini berbahaya, alarm bahaya dalam kepalanya selalu berbunyi dan bodohnya ketika ia menyadari kesalahan, atau kebodohan lebih tepatnya.
Alex membuka mata, mengapa mimpi buruk itu hadir lagi? Ketika ia kembali kepelukan kekasihnya, alex menoleh kesamping. Seorang wanita cantik sedang tertidur pulas, wanita keras kepala yang sangat sulit untuk ditaklukan olehnya. Alex menyunggingkan senyum, kemudian bangun dari pembaringan dan menuju kamar mandi.
Ana terbangun saat mendengar suara dari kamar mandi, ia merasakan pegal diseluruh tubuh dan sakit kepala. Ana membuka malas matanya, ia mengernyitkan kening ketika berniat menggerakan seluruh tubuhnya. "kenapa tanganku?" ia bergumam pelan dan melihat kedua tangannya diikat kekepala ranjang dengan borgol.
"sialan kau.. Alex!!!" teriak ana, pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok tegap tersebut hanya dengan berbalut handuk dipinggang. Memperlihatkan otot kekarnya yang mengeras, membuat ana tak dapat mengedipkan matanya.
"mengagumiku heh?" ejek alex sambil tersenyum tipis sementara ditatap seperti itu membuat ana mengerutkan wajah. "apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" wajah ana memerah merasakan jika sedari tadi tubuhnya hanya terbungkus selimut tebal. "aku hanya tak ingin kau melakukan tindakan yang bodoh ana" alex mengambil beberapa helai pakaian dari walk in closet dan memakainya.
"aku tidak bodoh. Sialan kau alex, lepaskan aku!" ana mencoba melepaskan borgol namun hanya memperburuk tangan mungilnya yang hampir membiru. "alex! Kau menyakitiku" cecar ana yang membuat alex menghembuskan nafas kasar, ia berjalan perlahan dan duduk dipinggir ranjang dan menatap ana penuh arti.
"jika aku melepaskanmu, kau berjanji tidak akan melakukan hal bodoh apapun?" ana mengangguk mengiyakan, alex memgambil sebuah kunci diatas nakas dan membuka borgol ana. Ia meringik menahan sakit dipergelangan tangan, melihatnya alex menyentuh pergelangan tangan ana dengan lembut. Ia mengecupnya sesaat...
"ana... Aku tahu aku bukan orang yang seperti kau inginkan, aku bukan pria yang romantis seperti dinovel yang selalu kau baca. Aku mengerti jika kau masih marah padaku, itu semua beralasan dan memang aku yang patut disalahkan" terang alex panjang lebar.
"kita menyerang satu sama lain, untuk apa? Sementara diluar sana si perancang akan bertepuk tangan melihat kehancuran kita ana, apa kau mengerti sekarang?" tanya alex.
"baiklah, aku mengerti..." ana mengangguk
"that's my girl"
Ana mengelus wajah alex yang terlihat sudah bersih dari jambang tipisnya, "kau telah berkorban untuk kami semua alex, walaupun aku masih membencimu ketahuilah aku sangat berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan untuk kami" jawaban ana membuat mereka berdua tersenyum.
"bagaimana mungkin gadis kecilku bisa sejahat ini sekarang?" ejek alex membuat ana memukul dada bidang tersebut dengan gemas. "aku harus mempertahankan kerajaan bisnismu, lagipula aku masih memiliki saham 20% atas nama Romanova bukan?" tambahnya, alex mengangguk mengerti.