14. Been Attack

2.1K 152 3
                                    

"mengapa aku dikelilingi penjahat yang seharusnya aku tangkap?" mereka berdua tertawa lepas, nikolai menyuapkan makanan marinka dengan lembut. Walau ikatan tubuhnya tak dapat ia lepaskan..

Duaaarrrrr!!!

Suara bom dihalaman depan menghancurkan sebagian mansion,
"NIKOLAI!!!" alex berteriak memanggil seluruh pengawal dimansion.

=====================================

Dari ruangan bawah tanah yang pengap, andrew mendengar kegaduhan yang berasal dari atas. Tanah dan kerikil berjatuhan dari atap,
"apa yang terjadi?" andrew mengernyitkan kening.

Sementara diruangan besar semua orang berlalu lalang, mereka baru saja mendapat serangan yang entah berantah dari siapa. Seseorang baru saja membuat harimau yang sedang tidur mengamuk...

"Nikolaaaaai!!!" jemari alex mengepal dengan kuat hingga urat-urat itu tercetak dengan jelas, giginya bergemeletuk menahan amarah, mungkin wajah tampannya kini dihiasi kemerahan. Terlihat jelas jiwa iblisnya takkan memudar...

"ana, cari evelyn dan damian" titah alex, dan anapun langsung berlari dengan kaki telanjang mencari kedua anaknya hingga kesudut mansion.

Wajah tirusnya yang tertutup beberapa helai rambut kini mulai mengeluarkan peluh, cemas, khawatir menari diotaknya.
"sial!" ia merutuk dirinya sendiri ketika tak menemukan kedua malaikat kecil itu dikamarnya.

Ana terus berlari, hingga kehalaman belakang tak kunjung juga ia temukan. Ia berhenti didepan kolam renang hanya para penjaga yang berlalu lalang membuat kepalanya terasa sakit. Ia mengacak rambut frustasi, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia beranjak masuk.

"jika sesuatu terjadi, kalian harus pergi keruangan ini. Jalan tersebut akan menuntun kalian keluar mansion dengan aman, kalian mengerti?"

"bodoh!" ana terus mengumpat, bagaimana bisa ia melupakan jalan menuju ruang bawah tanah. Ana pernah menunjukan jalan tersebut kalau-kalau terjadi sesuatu dikediaman mereka, ana berlari menuju pintu yang berada diperpustakaan. Dilihatnya, pintu sudah terbuka. Ana mengelus nafas lega, anak yang pintar, batinnya.

Ana berniat menyusul anak-anaknya, namun diotaknya terbesit sesuatu. "alex" ia berhenti diambang pintu, ia tak mungkin meninggalkan alex sendiri. Namun mata indahnya tertuju pada sebuah terowongan yang ada dihadapannya lagi, ia bimbang.

"evelyn dan damian pasti selamat, maafkan mom. Mom harus membantu daddy, mom janji akan menemukan kalian" nafas ana memburu, ia menitikkan air mata, kedua anak itu sangatlah pandai, mereka pasti bisa keluar dari tempat ini dengan selamat, mengingat terowongan itu mengarah langsung dengan jalan raya.

Ana kembali menutup pintu, ia bergegas menyusul alex kembali dengan wajah yang berlinangan air mata.

Diaula besar, semua orang berkumpul dengan menggenggam senjatanya masing-masing. "alex!" ana terus mencari keberadaan suaminya yang entah dimana.

"my lady..." panggilan nikolai membuatnya menoleh kesumber suara.

"nikolai, dimana alex?" nikolai menunjuk alex yang sedang sibuk mengatur para bodyguard untuk menyerang balik, dengan menenteng senjata berat dan balutan jaket hitam, membuat jantung ana berpacu dengan cepat bahkan disaat-saat genting seperti ini.

"ohh... Astaga! Apa aku benar-benar menikahi pria ini?" gumam ana merasa kagum, pesona alex bahkan tak memudar sedikitpun meski ia sudah memiliki dua orang anak.

"hmm... My lady, senjatamu" nikolai berdehem, membuat ana menjadi salah tingkah karena kebodohan dihadapan pengawalnya. Ana mengambil senapan jarak jauh dan tersenyum canggung.

Bring Me HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang