December - 2005
Dua penjahat yang telah lama menghilang tersebut kini duduk berhadapan dikafe Stolovaya dipusat kota Moskow. Makan dalam diam seolah meresapi makanan yang terhidang dihadapan mereka walaupun mereka tak begitu baik dalam selera kuliner. Andrew menghela nafas kasar, dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Makan malam dengan sang gengster ditempat mewah sedangkan rusa buruannya mungkin sedang kelaparan diapartemen miliknya..
"hmm" alex berdeham melihat tingkah laku andrew yang tidak seperti biasanya, dingin dan tenang. Sekarang ia lebih mirip kelinci yang memikirkan anak-anaknya dirumah.
"kau berkeringat andrew" cecar alex
"ada sesuatu?"
Andrew menggeleng, ia tak mungkin membicarakan pasal marinka yang sekarang berada ditempat tinggalnya, alex pasti akan tertawa mengingat andrew bukanlah penikmat wanita atau lebih tepatnya ia hanya robot mesin pembunuh.
"bagaimana kau masih bisa hidup tuan?" pertanyaan andrew mengalihkan pembicaraan, alex mengangkat sebelah alis dan tersenyum simpul.
"lalu siapa yang kami kubur kala itu?" tanya andrew makin membuatnya penasaran.
"Kalvian..."
"ohh.. Yang benar saja, aku menguburmu dan kau bilang itu adalah kalvian.. Dan mungkin saja sekarang kalvian akan menjadi zombie dan bangkit dari kuburnya sepertimu" ejek andrew.
"aku tidak bercanda, andrew!"
"aku membakar tubuhnya tuan...seperti perintahmu" potong andrew
"kau yakin?" tanya alex santai sambil memantikan api kecerutunya
"tanyakan pada nikolai!" tambah alex
"apa? Jadi nikolai mengetahui bahwa tuan tidak mati?" tanya andrew beruntun.
Alex menggeleng, "ia hanya mengangkut jasad kalvian, aku menyuruh orang untuk memakamkan jasadnya di pemakamanku."
Andrew mengernyitkan kening dan memijitnya sekilas.. "lalu, apa lagi yang tidak aku ketahui? Mengapa kau melakukan ini semua? Tidakkah kau mencintai Anna? Ia sendirian tuan... Ia hampir gila memikirkanmu beberapa tahun ini."
Alex menghela nafas, "aku melakukan ini agar ia terhindar dari segala ancaman yang harusnya ditujukan hanya kepadaku, aku tak ingin ia menderita lebih dalam."
"aku tahu ia ingin hidup bahagia. Akupun masih mencintainya andrew... Dulu hingga kini."
"ia tidak sendiri andrew... Ia memiliki sesuatu yang tidak kumiliki..." terang alex
"maksudmu tuan?"
"ia memiliki anak-anaknya..."
***
Ivanovic's Mansion
"Mommy!" suara merdu tersebut membuat ana terbangun, ia mengelus wajah mungil evelyn dan mengecupnya sekilas.
"dimana kakakmu eve?" tanya ana ketika melihat evelyn sendiri, tak biasanya kedua bocah ini terpisah.
"diruang makan, kami sudah membuatkan mommy sarapan. Ayolah sarapan dengan kami!" suara evelyn berbinar, membuat senyuman diwajah anastasia mendengar ocehan eve...
Diruang makan, damian duduk dikursi yang biasanya ditempati oleh alex. Bersandar dan membaca koran, dihadapannya sudah tersedia kopi panas dan beberapa biskuit. Ana turun dari tangga sambil memegangi dadanya, seperti alex... Sudah lama ia tak melihat pemandangan seperti ini, sudah lama pula ia tak pernah sarapan pagi diruang makan dengan suasana seperti ini. Tak henti-hentinya ia tersenyum dan terus memanjatkan syukur kepada tuhan, setelah apa yang terjadi, setelah apa yang ia lakukan. Belum lagi kejadian bertemunya dirinya dengan lelaki yang menyerupai alex makin menjungkir balikan dunianya lagi, hampir menggila menyebut nama itu ditiap tidur malamnya.