[17] - He lies

24 4 0
                                    

Media : Bring me the horizone -Drown.

"Anjir lang!!!" Namun laki-laki itu tidak memperdulikan suara tersebut. Ia tetap saja meremas botol saus dan mengeluarkan isinya ke dalam mangkuk bakso yang ada di hadapannya. "Gila, gila kalo misalkan lo sakit perut gimana!" Nando terus saja mengomeli laki-laki itu namun bukannya menjawab ia justru diam.

"Becanda lo gak lucu, serius" Tristan juga menegur dengan gaya yang masih biasa, tidak sepanik Nando. "Mau kemana lo?" Melihat gerak-gerik Gilang yang sepertinya ingin beranjak dari tempat duduknya Tristan hanya meliriknya sekali kemudian membiarkan laki-laki itu berjalan.

"Biarin aja, enggak sekarang kita tanyanya." Ucap Tristan Calm down yang mendapat tanggapan setuju, mengisyaratkan bahwa saat ini Gilang tidak ingin di ganggu, mungkin setelah waktunya sudah tepat barulah mereka menanyakan. Sifat Gilang dari dulu tidak pernah berubah, Tristan yang bersahabat dari taman kanak-kanak dengan Gilang sangat faham akan sifat dan kebiasaan Gilang.

Tidak perduli dengan keberadaan sahabat-sahabatnya, Gilang pergi begitu saja meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun. Ia berjalan sembari memasang kabel earphone di kedua telinganya, kepalanya masih pusing kadang sekelebat bayangan Alea masih saja terngiang di fikirannya.

Lagu Drown - Bring me horizon masih saja mengisi telinga Gilang, disaat jam kosong seperti ini kebanyakan murid biasanya adalah pergi ke kantin atau menggosipkan para selebritis atau anak sekolah lain yang sedang ia taksir untuk perempuannya, sedangkan yang laki-lakinya biasanya bermain di lapangan dengan bola atau tidur hingga jam pelajaran tersebut selesai.

Berbeda dengan Tristan, Nando dan Fero mereka justru saat ini mencari-cari keberadaan Gilang. Sejak istirahat tadi Gilang belum juga balik ke kelas, Ponselnya juga mati Tristan sudah menghubungi Emak untuk menanyakan Gilang apakah ada di sana atau tidak, jawabannya adalah nihil.

"Tolol, pergi kemana itu anak." Umpat Tristan kesal, karna ia tahu Gilang tidak mungkin seperti ini jika masalahnya biasa saja.

Bel pulang sudah dibunyikan, dan Gilang belum kembali. Tristan menengok ke arah belakang tempat duduk Gilang dan tasnya masih berada di sana. Nando juga mengatakan bahwa motor Gilang masih ada di parkiran.

Fero datang dengan nafas yang tidak beraturan, dadanya naik turun. "Woi, Gilang hh...hh.." ia bernafas dahulu. "Gilang di taman belakang sekolah, tadi gue dikasih tau Tania" Jelasnya. Kemudian mereka segera bergegas menyusul Gilang.

Taman belakang sekolah, tidak banyak yang tahu tempat ini. Tristan pun kaget mengetahui Gilang berada di sini.

Bangku besi tua, yang mulai rapuh dimakan usia itu di duduki oleh lelaki berseragam Sma dengan earphone yang masih setia terpasang di telinganya. Dengan mata yang terpejam lelaki itu menikmati setiap alunan musik.

Perlahan Tristan mendekat, duduk di samping Gilang. "Lang, " sapanya hati-hati.

"Hm," jawabnya tanpa perubahan posisi matanya pun masih terpejam.

"Do you want to tell me something?"

Yang ditanya malah menggeleng.

"Lang, please" Tristan mendesak Gilang. "Soal Alea?" Lanjutnya.

"Balik sekolah, kerumah gue" ucap Lelaki itu lalu pergi meninggalkan Tristan yang masih memebeku di tempat.

Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang