[19] - Kembali tetapi tak membekas.

9 4 0
                                    

Media : 30 Seconds to Mars - King and Queen


Sabtu malam dimana semua pelajar merasa terbebas dari segala pemikirannya tentang pelajaran sebagian dari mereka tidak perlu berkutat dengan tugas sekolah lagi. Malam bebas, malam yang sering dimanfaatkan oleh kebanyakan anak seusia remaja untuk pergi keluar entah hangout bersama keluarga, teman dan pacar bagi mereka yang memilikinya.

Entah dorongan darimana Alea berniat mengajak Tania pergi keluar bersamanya untuk menemaninya membeli beberapa novel dari penulis idolanya itu. Tidak bisa dipungkiri dara berusia 17 tahun itu mendapatkan apa yang diinginkannya dan segera bersiap-siap untuk berangkat karna jarak rumah Alea terletak di bilangan Jakarta Selatan tepatnya di Jagakarsa dan Tania di darah Pondok Labu.

Jarak tempuh tidak terlalu lama diakarenakan mereka sudah janjian akan bertemu langsung di tempat saja, saling menunggu. Pukul tujuh malam Alea sudah tiba terlebih dahulu di sebuah toko buku yang berada di dalam mall.

Alea : Buruan Tan.

Tania : Gue naek ojek online, bentar lagi sampe.

Tidak ada balasan dari Alea, karna ia tahu sahabatnya itu tanpa diberitahu sedang dimana pasti dia akan menemukannya.

Barisan novel karya Tere Liye berhasil membuat Alea enggan untuk beranjak dari zona nyamannya. Mulai dari yang berjudul Bumi, Bulan, Matahari, Rindu dan Hujan sudah ia miliki. Alea mencari sebuah novel yang berjudul Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin.

Seorang perempuan memakai T-Shirt hitam polos dan jeans memasuki toko buku tersebut dan berjalan ke arah Alea dan duduk di samping kanannya. Dia Tania, meskipun tidak berkatan apapun tetapi dari tatapan matanya sangat terlihat bahwa dia sedang berkata 'Gila, lo ngapain beli buku sebanyak ini?'.

Alea membalikan badannya agar bisa nelihat sosok Tania di belakangnnya "Jakarta macet?"

Sontak Tania kebingungan "Hah?"

"Iya jakarta macet, ini dua jam baru sampe." Kata Alea malas.

"Hehe sorry deh, gue tadi ngaret dikit."

"Yaudahlah niat kita kesini kan malem mingguan kalo gak ada buku yang pengen lo beli mending kita cari makan." Alea beranjak dengan beberapa buku yang sudah memenuhi kedua tangannya.

Tania nampak berfikir "Hm,Gak ada sih, tapi gue pengen beli pulpen sekalian kan  koperasi sekolah tau sendiri kalo hari senin gimana."

"Yaudah,"

                              ---

"Tau ga kenapa kepiting itu kalo direbus warnanya merah?"

Alea tidak segera menjawab, ia masih tetap malanjutkan makannya, Nasi Goreng Sosis menjadi pilihannya dengan Kepiting Saus Tiram yang sudah hampir setengah habis di hadapan Tania. Awalnya Tania mengajaknya untuk makan Junk Food, tapi ditolak keras oleh Alea karna ia sedang tidak ingin makan makanan tersebut.

"Apa ya, Kepanasan kali."

"Gila lo, dia cemburu sama ayam, ayam punya bulu kalo dia enggak. Terus ya, pas direbus jadinya langsung merah gitu. Bener ga?" Ceplos Tania asal.

"Yang bener, Kepitingnya kelamaan di air jadinya dingin. Tapi tiba-tiba di rebus, dia gabisa adaptasi sama sikap dingin terus jadi anget abis itu dia shock mati deh. Mangkanya hati-hati kalo ada cowok yang awalnya dingin terus jadi anget. Nanti lo mati" Jawab Alea tidak jauh gila dengan argumen milik Tania.

Tania menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan yang membuat semakin bingung. Seharusnya sejak awal ia tidak mengiyakan Tania untuk memesan makanan apapun dari bahan kepiting jika pada akhirnya akan berakhir dengan pertanyaan konyol.

Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang