Media : Charlie Puth -Attention.
Hari ini sebisa mungkin Alea bangun lebih pagi dari biasanya karna mulai sekarang, gadis itu kembali bersekolah di SMA Pelita Bangsa, di sekolah lamanya yang ia tinggalkan karna alasan tertentu.
Dan sekarang harus kembali merasa asing di tempat yang seharusnya menjadi tempat yang paling banyak mengukir kenangan.
Kakek Alea baru saja meninggal satu bulan yang lalu, itulah kenapa Alea kembali ke Indonesia. Dan sebenarnya Alea bersekolah ke Pelita bangsa karna ia sulit sekali mencari sahabat baru, dan Tania adalah sahabatnya yang hingga sekarang masih sering berkomunikasi dengannya. Meskipun ia tahu dengan begitu ia akan kembali bertemu dengan mantan kekasihnya--Gilang, ditambah lagi Gilang sudah memiliki pacar lagi tapi Alea merasa bahwa past it past.
Setelah berkahirnya hubungan dirinya dengan Gilang gadis itu tidak pernah lagi mau dekat apalagi hingga pacaran dengan lelaki manapun, dan Itu terbukti. Pasalnya hingga saat ini ia belum pernah lagi menjalin hubungan dengan seseorang ketika ia berada di LA.
Bisa dibilang Alea masih trauma, karna semua hubungan yang pernah ia jalani berakhir dengan pengkhianatan. Dan itu selalu berasal dari pihak laki-laki.
"Semudah itu kamu mengatakan cinta sehingga aku percaya.
Tapi semudah itu juga kamu pergi seakan akan cinta itu hanya sebuah kata."Itulah kalimat yang selalu terngiang di kepala Alea ketika teringat dengan sosok laki-laki bernama Gilang.
Pertemuan kemarin adalah pertemuan yang tidak terduga, Alea sudah berniat bahwa statusnya sebagai murid di sekolah pun ingin tidak banyak orang yang tahu termasuk Gilang. Tapi tidak bisa dipungkiri, itu adalah rencana yang sangat sulit belum sebulan saja, Gilang sudah mengetahuinya.
Setelah memakai sneakers hitam kesayangannya ia berjalan ke arah gerbang menuju jalan raya untuk menunggu angkutan kota yang akan ia kenakan untuk berangkat ke Sekolah. Alea memang saat ini masih belum di izinkan membawa kendaraan pribadi oleh orang tuanya, jika dilihat dari segi usia memang sudah boleh. Dan ia juga sudah bisa menyetir, tapi orang tuanya selalu membiasakan dirinya untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Tinggal 20 menit lagi untuk tiba di Sekolah tepat waktu, tapi Angkot tak kunjung datang. Alea sudah gelisah, peluh di pelipisnya pun mulai bercucuran.
"Aduh gimana ini! Tadi aja, nebeng sama kak Lano." Bicaranya diri sendiri, berkali-kali ia melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangan kanannya dengan raut muka yang setengah panik.
Tapi di tengah kegelisahannya menunggu angkot yang entah kapan datangnya, di hadapannya berhenti sebuah motor hitam yang sepertinya ia kenali pemiliknya.
"Mau bareng?" Seseorang tersebut memberikan tawaran tebengan kepadanya.
Tapi dengan sopan Alea menolaknya, masalahnya ia masih sulit untuk bersikap biasa "Eng-enggak usah deh lang," ucapnya terbata, ia berkata tetapi matanya seperti tidak berani menatap lawan biacaranya malah melihat ke arah lain seperti mencari sesuatu.
Gilang kembali memakai helm nya seperti ingin melanjutkan perjalannya. "Duh sorry nih le, tapi hari senin ada razia siswa yang dateng terlambat we come to late. come on. Janji gak ngebut." Ucapnya kembali panjang lebar.
"Duh, gimana ya.." kini Alea mulai terlihat bingung. Tetapi kemudian "Well, but you must slow ride!" Dengan ditambah ancaman yang membuat Gilang menahan tawanya, ternyata dibalik sikap Gilang yang terlihat biasa saja sebenarnya masih merasa canggung untuk memulai obrolan dengan Alea hingga tanpa terasa mereka sudah sampai di gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Been You
Teen FictionKadang, rasa suka yang berlebihan akan menimbulkan kekecewaan yang hebat.