part-2

55 6 0
                                    

Tiba tiba saja suasana menjadi canggung, Tangan Ika yang tadinya sibuk memasukkan bakso kedalam mulutnya kini berganti fungsi.

"Bro gue duluan.." Harris memecah keheningan "Ada urusan gue" Lanjutnya

"kita duluan Fan" pamit mereka.

Keheningan menyelimuti mereka, tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Kalian nggak makan?" sontak saja pertanyaan itu melunturkan lamunan ke tiga cewek itu.Ah... lebih tepatnya dua terpesona dan satu dalam keadaaan tegang.

"Ah... iya, ini kita mau makan kok" Mega menghadap ke Tasya, memberi isyarat kepada temannya itu " Iya kan Sya?"

"I...ya..." jawab Tasya gugup, setelah lengannya di senggol berulang kali oleh Mega.

Mereka makan dalam diam, sesekali Ika melirik sebelahnya ingin melihat reaksi orang itu. Berbeda dengan Tasya dan Mega, mereka sibuk mengagumi ciptaan-Nya yang sangat sempurna. Sering kali Tasya ataupun Mega tersedak makanannya karna tertangkap oleh mata hitam kelam seorang Elfan.

"Hm.. Ka. kayaknya kita harus duluan" dengan nada gemetar Mega menyampaikan niatnya.
Mega bangkit dengan tangan yang menyeret Tasya agar keluar dari area kantin.

Rasa sesak memenuhi hati Ika, sangat kentara dari raut wajahnya yang gelisah dan mulai memucat. Saat ingin berdiri ia mematung saat tangan hangat melingkupi pergelangan tangannya.

Dengan cepat Ika menoleh, menatap pelaku perusak jantungnya. Elfan menyentak tangan Ika membuat cewek itu duduk kembali di tempatnya.

"Jangan kayak gini" Elfan menatap Ika dengan tatapan serius. Tapi tidak dengan Ika, ia mengalihkan pandangan agar tidak menatap mata yang membuat pertahanannya runtuh.

Ika mendengus mendengar perkataan yang keluar dari mulut cowok itu. Jangan ngomong. Tahan. Pikir Ika.

"Jangan buat gue gila dengan tingkah lo" Ika hampir tertawa mendengar perkataan itu "Janga kayak gini ka, gue capek" Elfan menatap Ika mencoba memegang tangan cewek itu.

Bahkan dia lupa nama panggilan gue?! . Jerit hati Ika.

"Maaf.. gue perlu ke kelas" Ika berdiri meninggalkan Elfan yang masih menghadap kursi yang tadi di duduki cewek itu.

Dengan setengah berlari Ika menuju kelasnya, takut kalau Elfan mengikutinya.

******

Saat masuk kelas Ika disuguhi pemandangan yang sangat absurd.

"Lo berdua ngapain?" Tanya Ika

Matanya menatap kearah Reza dan Farhan yang sedang berpelukan. Sangat erat.

Mereka melepas diri, menatap Ika takut. Sedangkan yang lain tertawa melihat adegan di depannya.

"Lo ganggu ka, mereka lagi pacaran juga!!" Jawab cewek berambut pendek.

"Pacaran?" Ika menatap Reza dan Farhan bergantian, ia bergidik melihat jenis mereka sama tapi saling berpelukan.

"Gue manusia jangan ngeliat gue seakan gue alien" Sahut Reza kesal. Yang lainpun tertawa mendengarnya. Pasalnya membully duo ini adalah hobby mereka.

"Bukannya lo berdua pindahan dari pluto ya??" Pertanyaan itu membuat suasana samakin riuh karna tak mampu menahan tawa mereka.

"Astagaa... mulut lo Gung, kalau gue jadi lo Za, gue cincang udah si Agung!!" Celetuk Agit memanas manasi suasana.

"Apaan dah , kita berdua aja biasa" jawab mereka berdua serempak dengan wajah santainya. Bom Atom yang di jatuhkan pun meledak membuat seisi kelas penuh dengan tawa.

"Anjirrr.. " jarit Agit kesal.

"Siapa yang kamu bilang anjing?" Semua terdiam, menatap asal suara dan saling pandang lalu berjalan secepat mungkin menuju kursi masing masing.

"Apa yang kalian tertawakan?" Tidak ada yang menjawab, seakan semua spesies di dalam ruangan ini tidak memiliki yang namanya mulut.

Dan di mulailah penderitaan bagi mereka karna malaikat maut telah menampakkan diri.

*****

Mereka mengambil nafas dalam dan menghembuskan nya. Jangan tanya apa yang terjadi karna jawaban nya hanya satu, mereka, lebih tepat nya 40 murid di dalam kelas di cerca habis habisan oleh guru killer yang mendadak masuk entah dari mana karna sepengetahuan mereka guru itu tidak hadir hari ini.

Entah dosa apa yang mereka lakukan hari ini hingga mendapatkan kesialan yang berkali lipat. Pertama guru berjilbab dengan kacamata itu mencerca mereka habis habisan karna berisik, kedua ibu berwajah sangar itu menyuruh mereka meringkas materi sebanyak 3 bab. Bayangkan saja meringkas 3 bab dalam waktu 1 setengah jam dengan catatan harus selesai saat bel istirahat berbunyi.

Dan di saat bel istirahat berbunyi mereka langsung kabur dari hadapan guru tersebut tak mampu dengan tatapan mengintimidasi nya.

Dan disinilah mereka sekarang, duduk di kantin dengan jantung yang masih berdetak cepat karna ketakutan.

"Sialan... kaget banget gue!?" Tasya menyedot minumannya dengan rakus. "Untung nih jantung buatan Tuhan, kalo buatan china udah copot jantung gue"

Mega tertawa, melemparkan sebuah sedotan kearah Tasya "Yakali China buat jantung, mau di pakein ke siapa ma'un?!" Kening Tasya mengkerut mendengar panggilan itu "Lo mah gila" Mega tertawa, tak habis pikir dengan ucapan temannya.

"Lucu banget ya Ga?" Tanya Tasya sebal, memandang Mega dengan buas.

Tak menjawab pertanyaan Tasya, Mega melihat manusia di sebelahnya. Heran dengan temannya.

"Lo napa Ka?" Tanya Mega dengan alis tertaut.

"Kagak," jawab Ika malas.

"Apanya yang kagak, muka lo udah kayak cucian kotor gitu" Mega menghela "Cerita kali Ka.?

"Apasih, lo pada gila ya?" Ika memaksakan senyumnya "I'm okay, guys!!" Tasya dan Mega menghela, lelah melihat temannya yang terlalu menutup diri.

Disisi lain seorang cowok duduk di tempatnya, merenung memikirkan kejadian beberapa jam lalu.

"Kantin Fan?" tanya Zidan saat duduk di samping Elfan. Harris menggeret kursi membawanya kearah meja Elfan. Duduk di depan Elfan, Harris menopang dagu melihat kearah Elfan.

"Kagak" cowok itu mengambil buku di lacinya, mengambil pulpen dari saku seragamnya lalu menulis sesuatu di sana.

"Kenapa?" tanya Harris ambigu.

"Apa."

"Muka lo?!"

"Kenapa??" Kening Elfan mengkerut yang berarti cowok itu sedang bingung.

"Muka lo kenapa bego?!" tanya Harris gemas sendiri.

"Ohhh....." cowok itu mengangguk dua kali, mengerti dengan ucapan temannya.

"Ya Tuhan... gue temenan sama manusia apa batu sih?!" Elfan mengangkat sebalah alisnya, tak mengerti dengan situasi yang dialaminya.

"Lo kenapa?" tanya Elfan, Harris meradang langsung saja sebuah buku melayang kearah Elfan.

"Gue nanyak, lo bales nanyak. Kurang gila apa lo coba" balas Harris tak sabaran.

"Udahlah Ris. Dia bakal cerita kalo dia mau" sahut Zidan bijak.

"Sebenarnya gue...."

____________________________________

Maaf , kalau kalian bosan!!

Autrilia...

ElfanIkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang