part-5

31 3 2
                                    

"Woy.." Ika terperanjat, ditatap nya orang yang mengagetkan nya lalu mendelik kesal.

Ia kembali meletak kan kepala nya diatas meja beralaskan tangan nya yang terlipat, berusaha mengabaikan pengganggu yang sudah duduk di samping nya.

"Ka..." gadis dengan tubuh mungil itu menggoyang goyang kan lengan atas Ika.

"Ihhh.... Ka." Kali ini dia tidak lagi memanggil dengan nada lembut, melainkan dengan nada yang sudah naik beberapa oktaf dari sebelum nya.

Ika menegakkan badan, lalu menutup telinga dengan kedua tangan nya.

Ia datang sepagi ini bukan untuk diganggu, ia datang sangat pagi karna ia ingin sendiri meresapi kesunyian yang ia ciptakan untuk menenangkan hati nya.

Tapi kenapa semua orang tak membiarkan nya sendiri??. Batin Ika.

Ia harus sangat bersabar sekarang, pertama ketenangan nya di ganggu, kedua cewek di samping nya ini terus memaksa nya bicara, dan ketiga ia sangat dongkol dengan perlakuan sahabat nya ini.

"LO!!" Ika menunjuk wajah cewek bertubuh mungil di depan nya dengan wajag garang. Siap menerkam orang yang mengganggu nya.

"Apa?!" tanya Mega dengan wajah tak kalah garang. Ia menepis tangan Ika yang menunjuk wajah nya.

"Gue mau sendiri.." jelas Ika sebelum Mega bertanya, karna ia sangat tahu jika cewek itu akan menanyakan nya. Jadi tidak ada salahnya kan ia yang mengatakan nya terlebih dahulu.

"Jangan sok kuat deh." Mega mencibir Ika dengan tangan yang menarik ujung rambut sahabat nya.

Ika menepis tangan Mega dari rambut panjang nya, berdecak kesal karna perbuatan Mega yang selalu melampiaskan kekesalan pada rambut nya.

Perlahan ia menghadap Mega, menatap sahabat nya sendu.

Haruskah Ika cerita?.
Haruskah ia membagi duka nya?.
Haruskah ia membagi masa lalu nya?.

Ia terlalu takut untuk mengulang ingatan itu di otak nya, ia takut gagal mengendalikan diri nya lagi.

Bahkan ia masih mengingat kejadian dimana diri nya mengurung diri di dalam kamar nya berhari hari. Terus menangis hingga air mata nya mengering, bahkan ia menolak untuk makan.

Ia masih mengingat imbas dari kejadian mengerikan itu, tapi jika ia harus mengungkapkan rasa itu ia sungguh tak sanggup.

"Ka..." jerit Mega tepat di hadapan Ika, menyadarkan Ika dari ingatan masa lalu nya yang mengerikan.

Ika memejamkan mata nya menghela nafas perlahan, mencoba menetralkan isi kepala nya yang berantakan.

"Lo kenapa sih Ka?!" suara Mega terdengar pelan, ia memegang pundak Ika menyalurkan tenaga dan ketenangan secara bersamaan kepada sahabat nya.

"Gue nggak papa Ga." Walau ia mengatakan tidak apa apa tapi suara nya terdengar lirih, membuat Mega semakin yakin jika sahabat nya ini mengalami masalah yang cukup rumit.

Mega memutar bola mata kesal mendengar perkataan Ika, ia menatap Ika, lalu beranjak dari tempat nya berjalan kearah pintu kelas. Meninggalkan Ika seorang diri di dalam kelas.

"Ati ati lo ngelamun sendirian, di godain setan tau rasa lo!!" seru Mega dari luar kelas.

Ika mendengar nya tapi ia tak merasa marah karna perkataan Mega, ia tahu jika kedua sahabat nya itu mengkhawatirkan nya tapi ia tak bisa. Ia tak bisa menjelaskan permasalahan nya karna itu terlalu rumit.

Sekarang ia sendiri, membuat nya kembali mengingat masa itu, masa dimana ia sangat bahagia tapi itu dulu. Sekarang ia hanya seseorang yang tak di inginkan dan terbuang.

ElfanIkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang