part-8

21 3 0
                                    

Jika di malam hari semua orang memutuskan untuk melepas penat dengan beristirahat lain hal nya dengan Ika, ia memang berbaring tapi tidak semenit pun mata nya terpejam. Hanya membolak balikkan tubuh nya diatas tempat tidur dengan kepala penuh dengan pertanyaan.

Di lihatnya jam yang berada di atas meja nakas lalu berbalik, menghadap kearah berlawanan. Memejamkan mata hingga dentingan halus membuat ruangan itu terasa lebih hidup.

Dengan cepat dan jantung berdetak abnormal ia meraih ponselnya diatas meja nakas dan langsung melihat isi chat tersebut.

Agittama
Gue denger dari si Zidan kalo tu anak udah pulang tapi katanya sih sore banget.

Sekarang bisa dipastikan kalau Ika dapat tidur nyenyak malam ini, terlihat jelas dari wajah nya ia sangat lega. Ia masih tersenyum saat dilihatnya ballon chat bertambah satu.

Agittama
Eh? Tunggu.
Kenapa lo kayaknya cemas banget??

Ika tidak membalas, ia hanya tersenyum bodoh pada ponselnya lalu kembali berbaring dengan tangan masih menggenggam ponsel, ia memejamkan matanya dan mencoba tidur.

Seakan guratan cemas tidak pernah ada sebelumnya, ia jatuh tertidur dengan cepat tanpa perlu mengkhawatirkan apapun. Lagi.

**********


"Lah, tumben.." Hendra mengambil tempat biasa dan duduk, melihat kearah adiknya yang terlihat segar di pagi hari.

"Apaan dah?" tanya Ika mengerutkan dahi mendengar pernyataan kakaknya.

"Lo!" tunjuk pria itu kearah adiknya.

"Mimpi apa tadi malam?!" tanya Hendra usil, ia hanya berniat menggoda adiknya saja, karna tidak biasanya Ika bangun pagi dan sarapan bersama dengan benar seperti sekarang.

Biasanya Ika akan bangun setelah kakaknya meneriaki dan mengetuk pintu kamar nya habis habisan, yang berakhir dengan pertengkaran saat di meja makan, lebih parahnya lagi Hendra pernah makan sendiri karna adik nya itu tidak mau bangun atau terlalu lama di kamar mandi.

"Gue ngimpi liat orang ciuman." balas Ika santai, ia kembali menggigit roti nya dengan tersenyum kecil.

Berbeda dengan Ika yang terlihat sangat santai mengatakan hal itu, Hendra bahkan tersedak makanan nya saat mendengar hal itu dari mulut adiknya sendiri.

Ia menepuk dada nya dan langsung mengambil air putih,  meminum air itu dengan gegabah. Alhasil air itu tumpah diatas kemeja nya.

Kenapa gadis kecil ini harus mengingat nya?. Astaga ia merasa sangat malu sekarang. Batin Hendra lirih.

Ia mengambil beberapa lembar tisu dan membersihkan kemejanya dengan gerakan cepat membuat tawa Ika seketika pecah tak tertahankan.

"Pufft.. hahahhaaaa..." Ika memegang perutnya, terlalu banyak tertawa membuat perutnya kram.

Masih tertawa saat kakaknya mendelik kesal kearah nya, ia mencoba mengendalikan tawa dan menghadap kakaknya dengan sebelah alis terangkat.

"Sumpah ya muka lo kayak copet dikejar anjing." ujar Ika dengan sisa tawa di nada suara nya.

"Nggak lucu." Hendra menghempaskan tisu yang ia pegang sedari tadi, mencoba terlihat kesal di depan adiknya.

Ia berdiri, berjalan kearah ruang keluarga mengambil tas kerja nya yang berada diatas sofa dan berjalan cepat kearah pintu.

Bukan marah yang ia rasakan sekarang tapi rasa malu yang mendominasi nya sekarang membuat nya harus mengambil langkah cepat agar bisa keluar dari permainan adik nya itu.

ElfanIkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang