part-14

22 3 1
                                    

Cowok itu hanya tersenyum dan memandang langit langit kamarnya tanpa berniat untuk tidur, ia terlalu senang akan eauforia yang dirasakan nya tadi sore untuk sekedar menutup mata.

Masih melekat di ingatan Elfan seberapa hangatnya pelukan Ika, membuat cowok itu mau tak mau kembali tersenyum jika mengingat hal tersebut.

Elfan berbalik, menjulurkan tangannya kearah meja nakas, mengambil sebuah bingkai berwarna coklat yang berukuran sedang. Lalu menatap vigura tersebut sambil tersenyum, masih kental di ingatan nya saat itu. Saat gadis kecil dengan atasan baby pink dan bawahan putih merengek pada nya untuk sesuatu hal yang menurut Elfan sangat lucu.

Flashback.

Gadis kecil dengan rambut panjang yang tergerai itu terus menarik ujung baju anak lelaki yang berjalan mendahului nya. Wajahnya yang cemberut membuat nya sangat lucu, ia merengek sambil menunjuk suatu tempat.

"Aku mohon, hanya sekali saja!" rengek gadis itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari lelaki tersebut membuat gadis itu merajuk dan berhenti berjalan.

Lelaki itu dapat merasakan bahwa tak ada lagi jati-jari kecil yang menarik ujung kausnya atau suara rengekan manja yang sedari tadi ia dengar juga menghilang. Lelaki itu berbalik, matanya menyipit saat melihat gadis kecil nya tidak bergerak sama sekali dengan wajah tertunduk.

Saat sapuan hangat menyentuh pucuk kepalanya gadis itu mendongak, menatap mata hitam sekelam malam tersebut dengan mata nya yang sudah berkaca-kaca.

Dengan tangan yang masih membelai kepala gadis kecil-nya, lelaki itu berkata. "Radin mau apa?" pertanyaan itu sangat lembut dengan nada rendah yang menenangkan.

Seketika Ika kecil tersenyum, lalu menunjuk kearah kedai es krim yang tidak jauh dari mereka.

"Bukannya Radin lagi flu ya?" Tanya lelaki itu lembut, ia sangat hafal dengan watak gadis kecil-nya ini membuat nya harus sedikit bersabar agar dapat membujuk nya.

ElfanIkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang