6. Imaginary Stupid Thoughts

30.6K 2K 71
                                    

"Your pups has came back home?" perempuan muda berambut merah dan bertubuh sedikit berisi berbicara kepada Emily.

'Pups' yang dimaksudnya adalah 'Puppy' atau anak anjing. Dan yang dibicarakan perempuan itu adalah Teddy. Emily tahu itu. Hanya karena Teddy lebih muda darinya dan Emily mengajaknya tinggal di rumahnya.

Panggilan yang terdengar kasar dan tidak sopan, tapi begitu cara temannya memanggil Teddy saat mereka sedang berbincang. Dan Emily tidak pernah mengoreksinya. Bukan karena Emily setuju, tapi dia tidak berniat ikut campur bagaimana orang lain berbicara. Karena dia sendiri tidak suka kalau orang lain mengatur caranya berbicara.

Emily dan Teddy sudah melewati fase ini. Teddy sudah pernah marah besar saat pertama kali mendengar bagaimana teman-teman Emily memanggilnya. Dan Emily sudah mengatakan bahwa itu hak mereka bagaimana mau memanggilnya. Karena buat Emily, Teddy bukan puppy-nya melainkan Teddy bear-nya.

Emily mengangguk menjawab perempuan itu walau mata dan tangannya sibuk memperhatikan pug hitam di pelukannya.

Emily sedang berada di tempat penampungan anjing bernama OC dimana dia menjadi sukarelawan. Seminggu dua kali dia menghabiskan waktunya di sini. Dan di tempat ini pula dia mengenal gadis berambut merah yang menjadi sahabatnya ini. Perempuan bernama Suzie. Usianya tidak jauh beda darinya. Namun Suzie adalah pekerja tetap di OC.

Selain Suzie, Emily punya seorang sahabat lagi. Seorang latin yang juga mengambil master degree di University of Southern California dan bernama Camille. Emily mengenalkan Camille dan Suzie sehingga membuat mereka bertiga menjadi sahabat. Hanya di tempat ini Camille tidak akan bergabung untuk ngobrol dengan mereka berdua. Karena Camille sangat membenci mahluk berbulu itu.

Pug di tangannya kelihatan lemas dengan kaki kiri depannya yang digips. Mahluk malang itu baru masuk ke tempat penampungan ini kemarin setelah ditemukan terjepit di antara selokan selama dua hari.

"Where has he been the last two weeks?"

"Went back to Indonesia. He met his parents." jawab Emily lebih tertarik dengan mahluk malang di tangannya.

"Are you sure? He's only visiting his parents and not became someone else puppy?" goda Suzie.

"Why should him?" Emily masih menanggapinya santai. Tidak terpancing seperti keinginan jahil sahabatnya.

"I don't know," jawab Suzie santai, "maybe because he still could not fvck you yet?"

Emily menengok malas.

Sudah menjadi rahasia umum di antara Emily, Camille dan Suzie bahwa Emily si gadis liar itu masih perawan di usianya yang ke dua puluh lima. Dan betapa malangnya Teddy karena belum berhasil meniduri gadis liar itu walau sudah setahun ini mereka tinggal serumah.

"Teddy is not that kind of fvck!" bela Emily.

"Who knew?" Suzie kelihatan senang saat Emily sudah mulai menanggapinya, "Maybe there is any other girl in his hometown that's ready to be fvcked? Someone who wants to sleep with him?"

Emily melihat nama 'Felicia' berputar-putar di atas kepalanya tanpa diharapkannya.

"Shut up, Suz!" kata Emily mulai kesal. Berusaha menghapus nama Felicia dari otaknya.

Dia pernah bertemu gadis itu. Dan gadis itu memang punya semua syarat yang tidak mungkin ditolak saat lelaki ingin menidurinya, termasuk dada besar. Apalagi Emily tahu seberapa dekatnya gadis kecil itu dengan Teddynya.

One move from any side and they could fvck 'anytime'. And they had one full week to be 'anytime' last week. Pikiran sialan itu masuk ke otaknya tanpa permisi.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang