3. A Guide to Fall in Love with Emily

37K 2.3K 37
                                    

"Morning, Tina!" Teddy menyapa seseorang saat dia keluar dari flatnya di lantai dua. Atau flat milik Emily lebih tepatnya.

Seseorang yang berada di lantai satu menengok. Namanya lah yang barusan disebut Teddy. Dan wanita itu memekik kegirangan.

Tina adalah wanita gemuk setengah baya berkulit hitam. Dia pemilik kawasan perumahan sekaligus flat yang disewa oleh Emily. Tapi Tina lebih menyukai Teddy sebagai penyewa rumahnya. Jelas sekali.

"Teddy?! Thank's God you come back!" Tina berjalan cepat mendekati Teddy dan memeluknya. Dia berbicara dengan logat amerika bagian selatan yang begitu kental, "I have no more idea what's going to happen with my house if you're not coming back soon. Emily never remember trash day. Water's flooding because she forgot to turn it off. She's out of control without you, Ted!"

Teddy hanya bisa tersenyum mendengar keluhan wanita paruh baya itu terhadap Emilynya. Memang tidak ada yang sanggup menghadapi Emily.  Kecuali dia. Teddy juga sering merasa mungkin otaknya memang miring. Karena sebenarnya bukan Teddy sanggup menghadapi Emily. Dia memang hanya menyerahkan diri untuk menjaga Emily.

"No more worries, Tina. I'll take care of her."

"I think I need to update the housing agreement. Emily could extend the rental, only if you stay with that peculiar little girl!" Tina berbicara dengan wajah seriusnya sambil menekankan kata 'only if' dalam kalimatnya.

Sementara Teddy tertawa.

"I will always, Tina."

Teddy meninggalkannya setelah pamit untuk pergi ke kampusnya. Dia sudah bolos seminggu penuh di awal semester baru ini karena harus kembali ke Jakarta atas tuntutan orang tuanya. Dan dia tidak ingin datang terlambat di hari pertamanya.

Teddy kuliah culinary arts di The Art Institute of California. Dia memang suka memasak. Bukan berarti cita-citanya menjadi seorang koki. Pertama kali dia tiba di negara asing ini, dia bahkan tidak tahu apa yang ingin dilakukannya, kecuali bertemu Emily. Dan melanjutkan pendidikan di bidang kulinari hanya satu dari sekian opsi yang terpikirkannya. Dan nyatanya kini cukup menyenangkan dijalaninya.

Emily.

Gadis itu memang satu-satunya alasan Teddy datang ke negara asing ini.

Emily cinta pertama Teddy.

Gadis berusia dua puluh lima tahun yang kini sedang melanjutkan studinya di University of Southern California dan mengambil master degree in journalistic.

Teddy pertama kali bertemu dengannya dua tahun lalu di Jakarta. Teddy masih tujuh belas tahun dan Emily dua puluh tiga tahun. Teddy sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, pada gadis dengan bintik-bintik merah di hidungnya dan rambut cokelat bergelombang panjangnya. Emily baru memotong pendek rambutnya di negara ini. Dan Teddy baru jatuh cinta dengan pantatnya di negara ini.

Teddy harus mengakui, dia menyukai negara ini, lebih dari negara kelahirannya sendiri.

Di sini dia bisa bebas menyukai Emily. Tidak ada pandangan menilai yang mempermasalahkan usia, status atau apapun pada hubungannya dengan Emily seperti di negara asalnya.

Dan di sini dia bisa bebas memanggil Emily dengan apa saja. Ems. Babe. Honey. Emily. Atau panggilan apapun yang diinginkannya dan tidak ada yang melarangnya. Tidak ada aturan yang mengatasnamakan sopan santun dan adat budaya yang melarangnya.

Teddy ingat pernah dipaksa untuk memanggil Emily dengan 'kakak' atau 'mbak', bahkan di saat Emily tidak peduli bagaimana Teddy memanggilnya. Dan Teddy benci melakukannya.

Emily berambut panjang dua tahun lalu sama cantiknya dengan Emily berambut pendek yang dikejarnya sampai ke negara asing ini setahun lalu. Dan terakhir kali Teddy mengawasinya tadi pagi, Emily masih tetap sama cantiknya. Masih dengan rambut pendeknya. Walau tanpa celana.

Gadis itu begitu menarik perhatiannya, dua tahun yang lalu sekalipun. Karena sepanjang hidup Teddy, selain Felicia yang cantik, patuh dan manja, di sekelilingnya hanya ada perempuan-perempuan biasa lainnya yang tidak pernah menarik perhatiannya. Atau karena selalu ada Felicia di sana, perempuan lain jadi tidak terlalu terlihat. Teddy juga tidak terlalu paham.

Tapi Emily berbeda. Dibanding Felicia dan gadis lain manapun. Emily unik.

Emily tidak patuh. Emily berantakan. Dan Emily punya cara berpikir yang berbeda dari siapapun yang pernah dikenalnya. Emily bisa menjadi wanita yang cantik dan anggun karena dia memiliki potensi untuk menjadi seperti itu. Namun dia memilih tidak. Dia memilih menjalani hidup sesukanya tanpa peduli pemikiran orang.

Dua tahun lalu, Emily yang pertama kali dikenal Teddy adalah sarjana lulusan ilmu matematika pengangguran yang menjadi sukarelawan penolong anjing di salah satu organisasi sosial di Jakarta.

Walau pada awalnya Teddy mengira Emily memang kurang berkompeten untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadikannya pengangguran, apalagi melihat penampilan eksentrik dan urakan Emily yang membuatnya terlihat 'kurang pintar'. Baru belakangan Teddy tahu beberapa fakta. Bahwa Emily lulusan cum laude di angkatannya yang jumlahnya dapat dihitung jari, dan bahwa alasannya menjadi pengangguran yang cukup unik. Karena setelah empat tahun belajar dengan hanya melihat angka dan formula, satu-satunya mimpi buruk saat tidur untuk Emily adalah melihat angka mengejar-ngejarnya dalam mimpi. Dan Emily tidak suka mimpi buruk. Karena itu dia tidak mau bertemu dengan angka lagi dalam hidupnya.

Emily juga punya kegilaan fanatik kepada anjing. Karenanya dia lebih memilih menjadi sukarelawan penolong anjing daripada menjadi ahli matematika. Dan pemikiran Emily memilih kuliah jurnalistik berawal dari sana. Emily ingin membuat tulisan-tulisan inspiratif untuk menggerakan masyarakat Jakarta menjadi pecinta anjing.

Impian yang konyol menurut Teddy. Tapi tidak akan disampaikannya karena Emily akan marah mendengar hal itu.

Walau sepertinya ada alasan lain kenapa Emily memilih negara asing ini menjadi tempatnya menuntut ilmu. Yang Teddy juga tidak tahu apa.

Teddy juga tidak pernah benar-benar tahu Emily dari keluarga seperti apa. Yang jelas dia tahu Emily berasal dari keluarga yang lebih dari kata berada. Karena Emily tidak perlu bekerja untuk membiayai kuliahnya dan dia mampu menyewa flat untuknya sendiri.

Sementara Teddy bahkan hanya bisa membayar tempat sekecil dorm untuk tinggal. Walau pada akhirnya Emily mengajaknya tinggal di flat-nya dan menjadi roommate-nya.

Teddy pernah mendengar kalau Emily putri dari salah satu tokoh politik di negaranya, yang namanya tidak diingatnya sama sekali. Dan dia tidak peduli. Karena yang membuatnya jatuh cinta kepada Emily, hanya karena dia adalah Emily.

Dan untuk Teddy, seluruh definisi tentang Emily tersebut bisa disingkat menjadi satu kata. Sexy. Dan Teddy jatuh cinta berat padanya.

***

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang