Teddy melayangkan pikirannya berkelana tidak fokus walau pandangan matanya jauh lurus ke depan. Dia terduduk di sofa panjang kamarnya dengan lemas hampir kehilangan jiwanya.
Emily baru saja dengan gamblang menyampaikan kepada Mamanya seberapa intim hubungan Teddy dan Emily. Dan mau tidak mau Teddy pusing setengah mati dibuatnya.
Mama Thania hampir pingsan karena shock. Belum lagi hubungannya dengan Emily terancam semakin tidak direstui dengan adanya kejadian barusan yang menambah list hal yang dibenci mamanya dari gadis itu.
Sebenarnya Teddy sudah tahu sejak awal, bahwa mendapatkan restu, terutama dari Mamanya, akan menjadi tantangan terbesar dalam hubungan mereka. Alasan utamanya jelas. Mama Thania punya standar calon menantu yang cukup tinggi, yaitu Felicia, sahabat sejak kecilnya.
Felicia adalah definisi lengkap dari cantik, anggun, lembut, baik hati dan calon menantu idaman. Sementara Emily adalah definisi yang menyatakan sebaliknya.
Yah, walaupun untuk Teddy, Emily adalah definisi dari segalanya. Sayangnya hanya untuk Teddy.
Selain karena Mama Thania selalu menganggap Felicia yang akan menjadi calon menantunya, alasan lain hubungan Teddy dan Emily sulit mendapatkan restu dari orang tuanya ada dalam diri Emily sendiri. Dan Teddy tidak dapat melakukan apa-apa untuk alasan yang satu ini. Karena Emily akan selalu menjadi Emily. Emily yang pembangkang, unik, tidak tahu aturan dan berantakan. Dan Teddy tidak pernah berpikir untuk mengubah gadis itu. Sedikitpun.
Teddy hanya berharap. Kadang, di kondisi tertentu, gadis itu bisa belajar untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu dikatakannya.
"Ted, did i do something wrong?"
Teddy menghela napas panjang saat pandangan matanya bertemu dengan Emily, yang nampak terlalu lugu mempertanyakan apa yang salah dari kejadian barusan.
"Come here, Ems," Teddy mengulurkan tangannya untuk meminta tangan Emily yang berdiri di hadapannya.
Emily memberikan tangannya dan membiarkan tubuhnya ditarik Teddy untuk duduk di pangkuan lelaki itu.
Teddy melingkarkan lengannya di tubuh mungil Emily, sambil sesekali tangannya yang kanan menyisir rambut berantakan gadis itu.
"Aku nggak bilang apa yang kamu bilang ke Mama tadi salah. Cuma nggak semua orang bisa menerima cara penyampaian yang terlalu direct seperti yang kamu lakukan." Jelas Teddy, "dan Mamaku salah satunya."
"Cara aku menyampaikan terlalu direct?" Tanya Emily sambil mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat apa yang tadi dikatakannya kepada Mama lelaki itu, walau dia masih belum mengerti apa yang salah sama sekali, "merepotkan sekali," gumamnya yang dapat Teddy dengar.
"Hubungan manusia memang begitu, Ems, merepotkan," ulangnya sambil melekatkan kening dan menjatuhkan kepala ke tubuh Emily yang dirangkulnya, "tapi hidup kita nggak cuma hanya ada aku dan kamu, ada orang disekeliling kita yang harus kita hadapi. That's social life. That's life."
"Jadi maksud kamu, apa yang aku katakan ke Mama kamu tadi salah?"
"Bukan, babe. It's just.." Teddy menghentikan kata-katanya sendiri, merasa penjelasannya tidak akan ada artinya dan Emily tidak akan pernah paham, "kalau Mama dan Papa aku nggak merestui kita, kamu tetap mau sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Emily's Lover
RomanceThis is a story about Teddy and his first love. Sekuel dari Relationship. Berlatar cerita di California, di mana Teddy mengejar cinta pertamanya, Emily, yang enam tahun lebih tua darinya, gadis unik dan penuh misteri. Cerita ini bergenre dewasa. Buk...