28. Finally Ever After

23.8K 1.6K 79
                                    

Teddy sedikit panik saat kesadarannya kembali dan dia terbangun di atas ranjang di kamarnya. Sendiri. Kepalanya mencari-cari mengitari kamarnya namun tidak menemukan yang diharapkannya. Walau dia tetap menghela napas lega menemukan pakaian Emily semalam yang dilepaskannya tergeletak di pinggir ranjangnya.

Teddy tidak bermimpi. Semalam Emily tidur di sampingnya. Gadis itu menemani lelapnya semalam. Untuk pertama kalinya setelah seminggu terpanjang dalam hidupnya, mereka kembali tidur bersama. Dan Teddy sangat menikmati tidurnya semalam.

Dia bangkit dari ranjang untuk kembali mencari gadis itu. Teddy mengenakan kaosnya dan keluar dari kamar. Hanya segera setelah dia membuka pintu kamarnya, Teddy menemukan wanita kesayangannya itu, sedang berdiri memunggunginya dan menegak air putih di dapur kering sebelah ruang keluarga.

Emily mengenakan kaos yang Teddy tahu pasti diambilnya di antara salah satu tumpukan kaos Teddy di lemari pakaiannya.

Teddy berjalan mendekati Emily dan memeluknya dari belakang.

"Morning, Babe," bisik Teddy sambil melekatkan batang hidung ke tengkuk gadis itu dan mengendusnya dalam, menikmati aroma tubuh Emily.

Teddy sadar belakangan kalau dia memang hobi mencari masalah untuk dirinya sendiri. Meskipun tahu apa efek yang akan terjadi pada tubuhnya sendiri setiap dia dekat dengan Emily, dia sering sengaja melewati batas dirinya.

Teddy menciumi tengkuk Emily masih tidak merasa puas sambil melekatkan dan menggesekkan tubuh mereka.

"Ted," Emily memanggil lelaki itu dalam bisikan dengan sedikit tidak nyaman, "your dick.."

Teddy tersenyum puas mendengar suara Emily yang menurutnya terdengar seperti desahan, "Why? You want it inside yours?" Godanya sambil tetap berharap.

Teddy sedikit membuka matanya dan tanpa sengaja menemukan sosok seseorang yang dikenalnya, memandang tanpa berkedip dengan wajah pucat dan syok ke arah mereka berdua.

Dia otomatis menjauhkan tubuhnya. Teddy harus mengakui dia lupa diri dan harus mengutuk dirinya sendiri. Dia tidak ingat di mana saat ini mereka berada. Karena jelas ini bukan apartemen Emily, dimana mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Ini di rumahnya, dimana kedua orang tuanya berlalu lalang setiap hari.

Dan dia lupa sejenak kejadian kemarin. Setelah apa yang dikatakan Emily kepada Mamanya dan mengacaukan segalanya.

"Ngapain kalian?" Tanya Mama Thania dengan wajah dongkol bercampur geram dan tambahan rasa risih.

Emily terlihat sama terkejutnya dengan Teddy menyadari kehadiran orang lain selain mereka berdua yang ternyata menyaksikan mereka dari tadi, walau dia tidak terlalu menunjukkannya dan tidak kelihatan terlalu peduli.

"Mama nggak ngomong apa-apa semalam bukan berarti kalian bebas melakukan apapun ya, terutama di rumah ini," tambah Mamanya dengan nada mengancam.

Teddy hanya terdiam karena merasa bersalah, apalagi mengingat Mamanya pasti barusan mendengar kata-kata vulgarnya kepada seorang perempuan, sisi yang belum pernah ditunjukkan Teddy kepada siapapun, termasuk mamanya sendiri.

Karena hanya Emily yang membuatnya selalu ingin berkata seperti itu.

"Mama perlu bicara dengan kalian berdua," kata Mama Thania menyudahi keheningan di antara mereka, "bareng sama Papa juga," tambahnya.

Mama Thania berjalan mendahului mereka untuk memanggil suaminya dan duduk di sofa ruang keluarga rumah tersebut.

Teddy mengajak Emily duduk berseberangan dari tempat kedua orang tuanya duduk, masih dalam suasana hening karena merasa akan disidang pagi ini.

Teddy menunggu dalam gelisah sementara baik Papa maupun Mamanya masih belum ada yang memulai pembicaraan. Otaknya bahkan sudah berkelana sendiri dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan dikatakan kedua orang tuanya. Termasuk kemungkinan terburuk bahwa mereka tidak akan menerima Emily sama sekali sebagai bagian dari keluarga mereka.

Mau tidak mau Teddy menertawakan kebodohannya sendiri dalam hati. Tentu saja penolakan kedua orangtuanya atas kehadiran Emily bukanlah kemungkinan terburuk, itu adalah kemungkinan terbesar yang akan terjadi, mengingat track record Emily di mata Papa dan Mamanya beberapa hari belakangan ini.

Di saat Teddy meminta gadis itu bersikap baik, Emily malah tiada henti melawan Mamanya. Dan di saat Teddy menyuruhnya membuktikan keseriusan hubungan mereka kepada kedua orang tuanya, Emily malah membeberkan apa saja yang sudah mereka lalukan selama ini. Anggap saja semua salahnya sendiri, yang melupakan fakta bahwa Emily bukan perempuan normal, yang bisa bersikap seperti orang biasa dalam menyampaikan sikap dan pendapatnya.

"Mama punya satu syarat." Kata Mama Thania membuyarkan lamunan Teddy saat berbicara dengan nada ketus yang belum bisa hilang, "Mama nggak mau kalian punya anak sebelum kalian lulus dan punya penghasilan sendiri."

Teddy memandang Mama dan Papanya bergantian dengan bingung, tidak paham apa yang baru saja keluar dari mulut Mamanya.

"Dan Mama juga nggak mau ada pesta besar-besaran. Kalian tanda tangan di catatan sipil aja sebelum balik ke Amerika lagi. Mama nggak mau disuruh urusin pesta dan undangan segala. Yang ada cuma bikin kepala Mama nanti makin pusing," gerutu Mamanya dengan tidak rela.

"Maksud Mama?" Tanya Teddy berusaha memperjelas sambil menahan rasa senangnya, takut kalau dia hanya salah sangka, "Mama ijinin aku sama Emily nikah?"

"Memangnya Mama bisa apa?" Mama Thania masih melanjutkan dengan ketus sambil melipat kedua lengan di depan dadanya sendiri.

"Iya, Ted," jelas Papa Nathan, "Mama sama Papa udah membicarakan ini, dan kita sepakat kalau kamu sama Emily harus menikah dulu sebelum kembali ke Amerika. Dan baik kamu maupun Emily, harus tetap melanjutkan kuliah di sana. Papa nggak mau salah satu dari kalian berhenti kuliah karena menikah. Papa akan tetap bantu biaya kalian sebisa Papa, dan kalian juga harus mulai belajar menafkahi keluarga kalian sendiri."

Teddy tidak bisa menutupi kebahagiaannya mendengar kata-kata kedua orang tuanya barusan. Dia berdiri mendekati Mamanya dan memeluknya erat. Teddy melemparkan kecupan ke Pipi Mamanya yang masih berusaha untuk tetap terlihat kaku dan marah.

"Makasih, Mam!" Kata Teddy masih belum melepaskan pelukannya, "Teddy janji nggak akan kecewain Mama sama Papa."

"Awas kalau kamu berani bikin Mama dan Papa kecewa!" Ancam Mama Thania, "Jangan buat Mama menyesal memberikan kamu ijin menikah sama perempuan ini."

"Nggak Ma, nggak akan. Teddy janji," jawab Teddy mantap sambil memberikan senyumannya.

Setelah Mama Thania puas mendapatkan jawaban mantap dari Teddy, dia kemudian beralih kepada perempuan yang masih duduk manis di hadapannya.

"Dan kamu," panggil Mama yang membuat Emily seolah baru tersadar dari menonton drama di hadapannya, "saya berharap apa yang kamu katakan kemarin itu sungguh-sungguh dan bukan sembarangan bicara saja. Teddy anak semata wayang kami dan saya nggak akan bisa terima kalau kamu cuma mempermainkan dia dan nggak serius sama dia. Kamu paham kan?"

Sebenarnya Teddy ingin menutup mulut Mamanya saat ini. Kata-kata Mama Thania barusan membuatnya seolah-olah terdengar seperti anak mama yang hendak dilepas untuk menikah. Dan dibandingkan seluruh dunia ini, Teddy paling tidak ingin terlihat seperti anak-anak di depan Emily. Teddy bahkan tidak berani memandang Emily sama sekali saat ini karena takut mendapatkan pandangan sedang memandang 'bocah' dari Emily.

Walau yang ternyata barusan didengarnya adalah kalimat tulus dari gadis itu yang disertai anggukan.

"Aku paham." Jawab Emily sambil mengangguk, "Kurasa, rasa sukaku pada Teddy jauh lebih besar daripada rasa sukanya padaku. Jadi kalau suatu saat salah satu dari kami terluka, itu pasti adalah aku dan bukan Teddy."

Teddy tidak mengerti kenapa Emily harus mengatakan hal seperti itu di saat seperti ini dan di saat waktu masih terlalu pagi. Karena kini dia sangat ingin membawa Emily kembali masuk ke kamarnya dan menguncinya sepanjang hari. Apalagi setelah berhasil mengantongi restu dari kedua orang tuanya saat ini.

***

End 😆🙏🏻
End
End
Bener2 udah end yah ceritanya ini 😄
terima kasih sudah membaca sampai selesai. Nanti akan ada satu epilog buat kalian yaa 😄😄

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang