Chapter Seven

911 92 56
                                    

- Malam hari sebelum gerhana -

Hutan Sebelah Barat

Beberapa pekerja membawa beberapa buah peti berwarna coklat. Dibelakang mereka seseorang mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja tersebut. Mereka tampak tergesa-gesa memindahkan peti itu ke kereta angkut. Kemudian tampak seorang pria datang dengan berkuda dengan memakai cadar, matanya tampak awas mengawasi sekeliling area hutan itu.

"Bagaimana dengan persiapannya? Apa barang pesanan kita sudah datang semua?" pria bercadar itu bertanya pada pengawas pekerja.

"Sudah semua, Tuan Kim. Tinggal membawa barang ini ke kota dan melakukan langkah selanjutnya," jawab pengawas itu.

"Hei, bodoh! Jangan sebut namaku sembarangan. Kalau sampai ada orang yang tahu, aku akan menebas kepalamu," Tuan Kim memukul kepala pengawas.

"B..baik, maafkan saya," pengawas itu membungkuk meminta maaf.

"Cepatlah, kita sudah terlambat setengah jam dari yang seharusnya," Tuan Kim.

Mereka pun menyelesaikan pekerjaan itu secepat mereka bisa. Kereta angkut itu dibawa menuju Hanyang dengan Tuan Kim mengikuti di belakang.

~ ~ ~

Tuan Kim menyerahkan amplop merah kecil kepada seseorang, lalu membawanya masuk ke istana. Diam-diam orang itu memasuki kamar Pangeran Luhan. Tidak ada seorang pun yang menyadari ada penyusup datang. Orang suruhan itu meletakkan amplop merah ditempat yang agak tersembunyi, setelah itu secepat kilat ia keluar.

Rombongan pembawa kereta barang itu berpisah dengan Tuan Kim, yang mana kereta angkut itu harus berhenti di suatu tempat dahulu. Tepatnya di sebuah pondok, dan itu adalah tempat yang sering didatangi Sehun. Tempat itu saat ini sedang kosong. Pengawas itu menyeringai senang. Ia lalu memerintahkan agar beberapa peti dimasukkan ke dalam pondok itu dan sisanya dinaikkan ke kereta angkut untuk dibawa ke Hanyang. Para pekerja tidak ada yang tahu apa isi dari peti itu. Setelah para pekerja selesai memindahkan barang, secara kejam mereka dibunuh oleh pengawas tadi.

"Ini supaya kalian tak ada yang mengacaukan rencana kami nantinya," ucapnya.
Lalu ia beranjak pergi setelah menyingkirkan mayat-mayat itu.
Lalu membawa sendiri sisa peti itu ke Hanyang.

Sesampainya di sana, ia memakai cadarnya dan mengambil kantung dari dalam peti. Diam - diam dia menaburkan sesuatu ke dalam tempat penyimpanan air, sumur - sumur dan ke dalam gudang makanan milik para penduduk. Semua yang berhubungan dengan makanan atau minuman tak luput dari bubuk itu.

Setelah selesai ia membakar kantung itu beserta petinya supaya tak meninggalkan jejak. Ia menyeringai senang.

-------------------------------------------------------------

- Siang hari sesudah gerhana -

"Ngomong - ngomong kita ada dimana ini eonni? Aku merasa aneh sekali dengan tempat ini. Mereka tadi bilang apa eonn?" Kai tak henti-hentinya mengoceh disebelah Xiumin.

"Kai, kalau sekali lagi kau tidak mau diam aku akan meninggalkanmu disini," Xiumin merasa kesal adiknya terus saja nyerocos tanpa henti.
Dan karena adiknya juga, mereka jadi pusat perhatian orang - orang disekelilingnya.

Luhan melirik ke arah Xiumin yang nampak gelisah. Ia ingin bertanya padanya tapi ragu. Sejenak ia memperhatikan Xiumin dari belakang, ia baru menyadari rupanya Xiumin merasa tak nyaman dengan pakaiannya. Berulangkali ia melihat Xiumin membetulkan jubah yang menutupi pakaiannya yang basah.
Ia menarik lengan Sehun dan berbisik, Sehun menyeringai dan mengangguk.

"Kita bertemu setengah jam lagi di depan gerbang istana dan jangan sampai terlambat," Luhan.

"Baiklah. Ayo, kau harus ikut aku sekarang," Sehun menggandeng tangan Kai menuju ke sisi lain.

Two MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang