Prolog
*
*
*- Seoul, I993 -
Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh dengan dikelilingi halaman besar yang luas. Cahaya lampu malam ini tampak temaram. Bahkan langit lebih gelap dari biasanya. Seolah mendukung suasana suram di dalam rumah itu.
Terdengar hingar bingar dari para penghuni. Nyonya pemilik yang tengah hamil tua, akan segera melahirkan. Tuan Park selaku suaminya ikut dilanda kepanikan. Sejak makan malam, istrinya telah mengeluh kesakitan disebabkan kontraksinya. Segera saja Tuan Park memerintahkan pelayannya untuk menelpon ambulans. Di kursi sebelah si Nyonya, ada Minseok kecil berusia 4 tahun, tengah menatap bingung kedua orang tuanya.
Ibunya sedang mengerang sambil memegangi perutnya yang besar."Pa, Mama sakit, ya? Apa sudah waktunya adikku keluar dari perut Mama?" tanya Minseok polos.
"Iya, sayang. Nah, sekarang Papa minta, Minnie istirahatnya ditemani Bibi Kim dulu, ya? Papa mau mengantar Mama ke rumah sakit," pesannya.
"Ya, Pa," jawab Minseok yang langsung berlari ke arah Pelayan Kim yang sudah siap menunggu di dekat pintu.
Sirine ambulans terdengar memasuki pekarangan rumah, Tuan Park dengan sigap memapah istrinya keluar. Minseok ingin mengikuti papanya, tapi dicegah oleh Bibi Kim.
"Minnie, jangan ikuti Papa! Nanti kamu sakit, Nak, di luar anginya kencang," ujar Bibi Kim.
"Tapi, Bi, Minnie, kan, belum dapat ciuman selamat malam dari mama dan papa. Kalau tidak dicium, pasti susah tidur," sungutnya.
Minseok menundukkan kepalanya, takut akan dimarahi setelah melihat papanya dari kejauhan menoleh kepadanya.
"Ya, sudah, Minnie tunggu di sini sebentar," pesan Bibi Kim.
Minseok mengangguk patuh.Setelah memastikan istrinya berbaring, Tuan Park menemui putrinya.
"Minnie, Papa jaga Mama dulu, jangan nakal, baik-baik sama bibi Kim dan dengerin apa pesan Bibi, hemm? Karena Mama sakit, tak bisa kasih kecupan selamat malam dulu tak apa-apa kan, sayang?" Tuan Park mengecup kening putrinya, Minseok mengangguk lagi."Tapi Pa, Mama sama adik harus cepat pulang, ya?" ujarnya lirih.
"Iya, sayang. Papa sama Mama pamit, ya," Tuan Park melambaikan tangannya.
Minseok hanya memandang pasrah pada keduanya yang semakin menjauh.* * *
Minseok tak bisa tidur. Dia terus memikirkan keadaan mama papa dan adiknya. Lantas ia menuju jendela kamar, memandang langit. Matanya mencari sinar bulan yang tertutup awan seolah mencari secercah harapan.
Perlahan sinar bulan pun menunjukkan wujudnya. Namun yang dilihat Minseok rembulan tak tampak seperti biasanya. Luar biasa indah, pancaran sinarnya pun terang.
Angin tiba-tiba berhembus kencang. Lalu perlahan dengan pasti, awan hitam menutupi bulan. Minseok takut.* * *
Tuan Park mondar-mandir di koridor rumah sakit menanti istrinya dengan cemas. Tak berapa lama, tangisan bayi terdengar. Kelegaan terlihat jelas di wajah Tuan Park.
Tak dinyana, bersamaan dengan momen bahagia itu, datang serombongan pria berjas hitam mendekat ke arahnya. Bingung, tapi ia coba bertanya dengan sopan."Maaf, kalian siapa? Ada perlu apa?"
Salah satu dari mereka maju. Dilihat dari penampilannya, Tuan Park bisa menebak bahwa pria itu adalah bos mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Moons
Hayran KurguXiumin dan Kai tak pernah menyangka akan mengalami hal yang luar biasa dalam hidup mereka. Bagaimana tidak, karena melarikan diri dari kejaran renternir, mereka malah bersembunyi di dalam bangunan kuno. Di sanalah awal semua petualangan menegangkan...