Chapter Thirteen

417 47 15
                                    

-
-
-

- Incheon, Seoul -

Luhan menyeret kopernya sembari mengernyit pada ponsel di tangannya. Banyak pesan masuk, semua dari ayahnya. Berpesan macam-macam untuk pekerjaan yang akan ditanganinya nanti. Padahal ia sendiri sudah diberi banyak dokumen lewat email dari sekretaris ayahnya di Seoul. Luhan sebal, langsung memasukkan ponsel kembali ke saku mantelnya.

'Lalu untuk apa aku bersusah payah mempersiapkan semua hal selama 3 bulan ini? Tck!' dumel Luhan dalam hati.

Sopir ayahnya sudah siap di pintu keluar, dengan sigap membantu Luhan memasukkan koper dan barang bawaan lain ke bagasi.

"Ahjussi, kita cari makan siang dulu, aku lapar dan butuh kopi,"

"Baik, Tuan Muda,"
Luhan lalu memejamkan matanya yang lelah.

* *

Xiumin berlari menuju halte terdekat. Ia sudah terlambat 15 menit. Hari ini ia memulai bekerja paruh waktunya lagi di kafe bosnya yang lama. Bos Lay.
Bencana lumayan besar memang telah menimpa Seoul, tetapi ia bersyukur masih bisa bertemu lagi dengan orang-orang baik yang ia kenal.
Bosnya sendiri beruntung usahanya mendapatkan cukup banyak dana kompensasi dari perusahaan asuransi. Jadi beliau bisa membuka usahanya kembali.

Xiumin membuka pintu kafe, disambut dengan sapaan hangat dari bosnya. Kebiasaannya tak pernah berubah. Menyuruh Xiumin untuk makan siang dahulu dan mengganti pakaiannya dengan seragam.
'Ah, bosku memang sangat baik hati. Semoga mereka sekeluarga terus diberkati,' batin Xiumin.

Dia segera melahap makan siangnya dan berganti. Bosnya berpesan, nanti sekitar jam 5 sore sampai malam, tempat ini akan disewa oleh temannya. Xiumin di minta untuk menyajikan beberapa cookies dan kue manis yang sudah dibuat terlebih dulu oleh bosnya tadi pagi. Bosnya menaruh semuanya di lemari es dapur, Xiumin tinggal menatanya nanti di etalase.
Xiumin dengan cepat mencatat semua yang dikatakan bosnya supaya tak terlupa.
Dia lalu memandang ke sekeliling kafe yang saat ini hanya ada beberapa pelanggan.
Ia berpikir akan meminta bantuan Kai saja. Nanti pasti sangat ramai dan repot jika hanya seorang diri meladeni pesanan. Kalau Kai datang membantu, setidaknya ada seseorang yang bisa dia pintai tolong ini itu.
Xiumin mendial nomor adiknya.

"Halo? Eonni? Ada apa? Tumben menelponku jam segini?"

"Ummm, Kai, nanti sore kau ada jadwal tambahan tidak?"

"Sebentar aku tanya temanku," terdengar kasak kusuk dan bisik-bisik.
"Sepertinya aku kosong sore ini. Ada apa?"

"Ah, tak ada apa-apa. Baguslah jika kosong. Bisakah kau membantuku di kafe jam 5 nanti? Kata bos tempat ini akan disewa. Aku takut kerepotan jika sendiri. Mau ya?"

"Hah,, baiklah. Apa sih yang 'tidak' untuk eonni-ku tersayang, hemm?" terdengar kikikan Kai.

"Cukup menggodaku dan kembalilah belajar!" dengus Xiumin, lalu tersenyum.

Setelah itu, ia menelpon bosnya juga. Meminta ijin agar Kai diperbolehkan membantunya sore nanti. Setelah mendapat persetujuan, ia melanjutkan kegiatannya dengan bersih-bersih. Mengelap gelas yang sudah di cuci, mengepel lantai, memajang aneka cookies dan kue seperti yang dipesankan bosnya tadi, menata ulang meja dan kursi, membereskan panggung mini dan yang terakhir adalah mengecek persediaan kopi untuk nanti.
Dua jam kemudian semua sudah siap. Ia tinggal menunggu adiknya datang untuk membantunya mengerjakan hal lain dibelakang.

Xiumin duduk di belakang konter dengan mendesah lelah, tapi ia cukup senang. Ia baru menyerutup kopinya saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Nama 'Minho' muncul, ia mengerutkan kening.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang