Seorang cowok keluar dari sebuah bangunan sederhana. Dia berjalan santai dengan sebuah earphone bervolume nada terkecil yang tergantung di telinganya. Cowok berkulit tan itu hanya balas tersenyum tipis ketika satpam penjaga apartement.nya menyapanya hangat.
Seragam yang tidak rapi, tas yang hanya berisi 2 buku tulis, bertindik di kedua telinganya, rambut berwarna semi hijau dan sebatang rokok. Ciri khas dari seorang cowok bernama Mino.
"OIII NOO!!" ketika Mino melewati sebuah jembatan, seseorang berteriak memanggil namanya. Sehun "sang tersangka berteriak" berada di boncengan belakang motor yang Piyo kendarai.
Mino berhenti berjalan dan membuang rokoknya. Ketika motor Piyo sudah berada di sampingnya, dia langsung naik duduk di belakang Sehun.
"Eh sat, sempit anjing!!. Motor lo mana sih?" Sehun yang tercepit di antara badan Mino dan Piyo, mengumpat keras.
"Bengkel." Piyo dan Sehun hanya maklum denger jawaban singkat sahabatnya ini. Berteman dari kelas satu SMA membuat mereka tidak heran dengan keiritan omongan Mino.
"Berasa terong-terongan. Kuy cabs." Piyo tertawa geli melihat posisi mereka saat ini.
"GOOOO!!" Teriak Sehun kencang.
Mino hanya tersenyum tipis melihat kegilaan sahabat-sahabatnya ini.
NGEEENGG.
--
Akhirnya mereka bertiga tiba di sekolah. Salah satu sekolah swasta terelit di Kota ini. Terlihat pagar gerbang sekolah sudah tertutup.
Piyo membelokkan setirnya menuju kawasan belakang sekolah. 200 meter dari belakang sekolah mereka ada sebuah warung kecil. Warung emak "playground".
Karena letaknya yang berada di samping sebuah pemandian anak-anak kecil yang bernama "Wisata Playground", mereka terbiasa menyebut warung itu warung emak "playground".
Setelah Piyo memarkirkan motornya di halaman warung emak. Mino dan Sehun pun turun dari boncengan motor Piyo dan mulai berjalan pelan.
"MAKK NITIP YAK. JAGAIN SI MOCHI JANGAN SAMPEK ILANG!!" Piyo dengan suara besarnya berteriak lantang sambil berlari kecil karna tertinggal Sehun dan Mino.
Emak yang sedang menyapu pun hanya tersenyum melihat pelanggan setia nya menitip motor di sini. Sudah biasa.
Mereka memanjat pagar belakang sekolah yang jarang siswa dan guru lewati.
HAPP
Gampang kan. Terlambat hanyalah masalah kecil bagi mereka.
Mino mulai berjalan ke arah tangga. Sedangkan Sehun dan Piyo hanya bingung. Antara mau ikut Mino apa pergi ke kelas.
"Masih jam pertama nyet. Masuk kelas apa gimana nih?" tanya Sehun.
"Gue laper," ringis piyo. Ah sa ae, dua cogan ini menuju kantin.
--
Mino menaiki tangga menuju atap dengan santai. Tidak peduli seseram info teman-temannya, dia hanya berjalan santai.
Dia membawa dirinya ke beberapa meja usang yang ada di atap sekolah. Tempat ini adalah tempat teraman ketika Mino cabut saat jam pelajaran berlangsung. Guru mana yang mau-maunya mengecek tempat yang katanya cukup angker ini. Padahal hanya sepi.
Dari atap sekolah ini bisa melihat seluruh area sekolah. Karna bangunan ini adalah bangunan tertinggi diantara gedung yang sekolahnya punya.
Sejuk. Mino tidak jadi memejamkan matanya ketika merasakan ponselnya bergetar. Ada chat masuk yang hanya dia baca dan segera dia hapus.
082988xxxxxx
makan malam sama papa di rumah malam ini!
Chat Papanya.
Tidak peduli seberapa kerasnya dia melupakan kejadian 12 tahun silam. Bayang-bayang awal kehancuran keluarga.nya tidak bisa Mino lupakan.
--
Cuma iseng. wkwk liat kalian tertarik apa enggak. kalau iya aku lanjutin. kalau enggak aku unpub YES
KAMU SEDANG MEMBACA
WE BELONG TOGETHER
Fanfiction[BEBERAPA PRIVATE] "Lah lo masih BISA ngomong ya" - IRENE "Berisik!!" - MINO