Jam tanda berakhirnya kegiatan pembelajaran hari ini sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Mino masih enggan membuka matanya.
Dia masih ngantuk karna baru tertidur setelah subuh setelah menonton sepak bola.
Tapi dia ingat ada janji dengan seseorang. Dia bangun dan mulai melangkah ke luar kelas.
Ke dua sahabatnya sudah cabut terlebih dahulu. Mungkin mereka berdua sedang berada di warungnya emak.
Mino harus segera pergi kalau tidak ingin nanti kehujanan. Tapi langit seakan berkonspirasi memusuhinya. Hujan tiba-tiba turun sangat deras.
Bukannya Mino takut hujan. Dia hanya "anti" hujan. Hujan seakan mengingatkannya pada kejadian masa lalunya.
Dia berhenti di dekat papan pengumuman yang berada di depan TATA USAHA. Mino membawa badannya bersender lalu dia mulai mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya, mengambil satu dan mulai menyalakan "nikotin" itu.
Seakan tidak kapok bila tiba-tiba ada guru yang memergoki dan menghukumnya, dia santai menyesap rokoknya.
Dia tak pernah takut. Berungkali dia akan di keluarkan dari SMA ini. Tapi ketua yayasan tidak pernah melepaskannya.
Bisa dibilang Mino kebal hukuman.
5 menit hujan belum berhenti. Dia sudah menghabiskan 2 batang rokok.
"Heh gak boleh ngerokok di area sekolah!!" Terdengar suara seorang cewek menegurnya.
Mino hanya menoleh sekilas.
Satu-satunya yang berani mengajaknya ngobrol. Irene sudah terbiasa diabaikan oleh Mino.
Entah sejak kapan dia mulai suka memperhatikan dan mengganggu cowok cuek di sampingnya ini ketika mereka hanya berdua.
Mungkin karna kejadian di atap dulu.
Saat itu Irene terlalu malas masuk kelasnya Bu Siska. Dia ijin ke Uks pura-pura pusing. Karna semua guru terlalu percaya dengan kepolosan yang ia punya, ia diijinkan pergi ke Uks.
Uks hanya alasannya. Dia pergi ke belakang area sekolah dan mulai menaiki tangga satu persatu untuk menuju spot favoritenya. Atap di gedung tertinggi yang sekolahnya punya.
Fisik Irene lumayan kuat untuk menaiki tangga 5 lantai.
Sesampainya di atap, Irene langsung bersender di kursi-kursi yang tidak terpakai. Dia kemudian berdiri mulai menari dan menyanyi sendirian.
Hanya melakukan seperti itu dia sangat senang.
Irene sadar diri kemampuan menarinya tidak sebagus Krystal, begitu pun kemampuan menyanyinya yang tidak semerdu Wendy.
Tapi kesenangannya terganggu karna dia merasa diperhatikan. Dia berhenti dan mengedarkan pandangannya.
MAMPUS.
Di sana ada berandal yang paling ditakuti satu sekolah sedang menonton kegilaannya tadi."Lumayan." Ucap Mino datar.
Irene malu. Mukanya bersemu merah. Tapi seakan tersadar dia membalas ucapan Mino.
"Lah lo BISA ngomong ya??"
"Berisik!!" Ucap Mino datar.
Sejak saat itu mereka sering bertemu di atap. Yang satu tetap dengan kesenangannya. Sedangkan yang lain masih tetap dengan kecuekkannya.
"Nanti kalau lo mati gara-gara rokok gimana?" Irene membuka keheningan di antara mereka ini.
"Itu yang gue pengen." Mino menoleh dan menjawab pertanyaan Irene dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE BELONG TOGETHER
Fiksi Penggemar[BEBERAPA PRIVATE] "Lah lo masih BISA ngomong ya" - IRENE "Berisik!!" - MINO