Lorong Moge!
Sedikit gelap, sedikit pengap, tetapi gemerlap rasa persaudaraan di antara kami. Di sini, sahabat-sahabat pencinta moge bergaul dan berbaur dengan para pedagang kaki lima dan tukang ojek di antara kemegahan Mal Cibubur Junction (baca: Cibujang) dan keasrian Taman Bunga Wiladatika. Simbolik dari perkumpulan kami. Bergaul dan berbaur tanpa membedakan kelas sosial.
Berderetlah motor-motor Harley Davidson alias HD. Ada HD sport. Body ramping kecil. Cocok untuk balapan kelas HD. Ada juga HD Ultra yang harganya di atas 400jt. Harga memang mahal, tetapi sebanding dengan rasa nyaman dan kecepatannya.
Ada juga istilah HD Gabung. Motor HD gabung ke mana saja masuk. Maksudnya ke club mana pun mereka masuk. Bisa masuk ke club motor HD atau bisa juga masuk ke club motor ninja. Namun, tetap beda kelas. Terkadang jika pemilik motor ninja masuk club HD, sindiran bahwa ninja berbeda dengan HD tak pernah berhenti. Nasib!! HD tetap HD, tapi HD sama dengan Ninja.
Cibubur Brotherhood (CB) yang kuikuti memang kebanyakan pemilik motor N250 dan semua anggota berkaum Adam. Kalaupun ada kaum Hawa yang ikut, itu adalah istrinya. Nama club kami sudah banyak dikenal masyarakat. Pun sering hadir saat diundang ke acara-acara anak motor. Eittts, istilah anak itu karena sebagian besar anggotanya anak muda. Ada beberapa anggota yang sudah cukup berusia, tetapi tetap jiwa muda!
Sore ini, ada jadwal anak-anak motor CB kopdar di Lorong dekat Cibujang. Kopdar alias kopi darat itu istilah yang kami gunakan. Acara rutin seminggu sekali ini diisi bukan hanya kongko semata, melainkan berbagi wawasan, pengalaman, sharing secara terbuka dan yang pasti bersilaturahmi.
Tujuanku ikut berkumpul dengan anak-anak moge bukan untuk gaya-gayaan atau apalah, melainkan untuk satu tujuan: belajar. Rata-rata, mereka, apalagi anak Harley adalah pengusaha. Kalau pun ada yang bekerja kantoran, mereka pasti memiliki jabatan tinggi. Aku selalu memanfaatkan pertemuan-pertemuan sebagai kesempatan untuk belajar. Sering aku bertanya tentang langkah awal mereka mulai menjadi pengusaha. Kisah sukses merekalah menjadi pedomanku dalam berbisnis. Oom Niun, Om Bens, dan Om Andy adalah panutanku.
Sebenarnya, masih banyak lagi orang-orang sukses yang rela memberikan rahasia sukses kepadaku juga kepada anggota CB lainnya. Dan setelah bertemu dengan mereka, itu bagaikan HP yang baru disetrum. Full. Semangat baru! Itu membuat gairahku tergugah dan tergairahkan. Bergejolak mengusung tanya dalam hati: mereka bisa, masa aku tidak bisa?
Aku harus mempunyai rumah yang besar dengan halaman yang luas agar Ibu yang selalu tinggal di rumah yang sempit dapat merasakan kebahagian tinggal di rumah besar. Halaman rumahku juga harus luas agar Ibu dapat bebas berkebun. Aku ingin mempunyai usaha yang bisa membuka kesempatan bekerja bagi anak-anak muda yang kreatif.
Dari semua itu, hal terpenting adalah aku ingin mempunyai usaha yang dapat menghasilkan uang banyak agar dapat menolong anak-anak yang ditelantarkan ayahnya. Anak-anak yang senasib denganku. Hmm...!
Terus dan terus selalu kukumandangkan dan kugemakan semua harapan itu di pikiran, di benakku, dan di jiwaku, bagaimana caranya agar aku bisa sukses di usia dini mungkin.
Itu alasan mengapa aku selalu ingin ikut bergabung di club moge. Bukan untuk gaya-gayaan atau hal negatif karena kebanyakan orang mengira anak motor itu nakal, gak baik, atau apalah. Ini perkumpulan anak motor yang positif. Justru aku merasakan inilah perkumpulan orang-orang hebat yang menginspirasi!
Ada pepatah mengatakan bahwa kalau bergaul dengan tukang minyak, pasti bau minyak, bergau dengan tukang parfum pasti ikut wangi. Nah, aku berharap dengan bergabungnya aku dengan anak-anak motor hebat, aku bisa mengikuti jejak hebat mereka.
Di pertemuan Sabtu sore ini, tumben, Om Bens mengajak istrinya. Sungguh kaget. Ada pemandangan yang unik tapi elegan. Berhijab, tetapi enerjik. Tante Bens juga jago naik moge! Luar biasa! Kucoba menyapa wanita yang ternyata di balik tampilan hijabnya yang sopan dan feminim, tersimpan karakter wanita modern Indonesia yang menarik, dan cerdas! Kami berdiskusi tentang emansipasi wanita di Indonesia.
"Emansipasi wanita adalah persamaan hak antara wanita dan laki-laki untuk bisa maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya," kata Tante Bens.
"Lalu, mengapa harus terjadi emansipasi wanita di Indonesia, Tante?" tanyaku seperti sedang menjadi wartawan.
"Kemajuan suatu bangsa terletak pada seberapa jauh kemajuan para wanitanya. Margaret Thatcher. Benazir Bhutto adalah contoh nyata. Itulah mengapa ada istilah ibu pertiwi, ibu kota, ibu jari. Ibu atau seorang wanita adalah jantung suatu bangsa. Indonesia tentu memerlukan wanita-wanita hebat agar menjadi negara maju. Kita memiliki R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya Dien, atau wanita-wanita hebat zaman sekarang seperti Susi Pujiastuti dan Sri Mulyani. Mereka bukan hanya sebagai orang hebat, melainkan sosok yang menginspirasi wanita-wanita lain di Indonesia, bahkan dunia."
"Emang apa bedanya istlah 'orang' dengan 'sosok', Tante?" tanyaku serius.
"Banyak orang merasa bangga ketika sudah berhasil menjadi 'orang', tetapi seharusnya banggalah ketika kita berhasil menjadi 'sosok'. 'Orang' itu memang tahapan bagi yang berhasil atau sukses, tetapi itu hanya bersifat material. Nah, kalau 'sosok' selain berhasil menjadi orang, dibicarakan banyak orang, juga hal terpenting adalah... ia menginspirasi siapa pun!" jelasnya sambil tersenyum manis.
"Makin berkembang kemajuan wanita di suatu negara, berarti makin berkembang dan maju juga bangsanya, ya, Tante?" tanyaku sambil menyimpulkan.
"Ya, benar! Di beberapa kota besar di Indonesia sudah melakukannya. Dulu, pada zaman R.A. Kartini, emansipasi hanya terbatas pada masalah hak mendapatkan pendidikan. Sekarang, zaman sudah berubah. Tidak hanya sektor pendidikan, tetapi juga di bidang lainnya seperti politik, hukum, ekonomi, dan sosial budaya," ucap wanita yang berhijab modern ini. Lalu, ia melanjutkan,
"Pemerintah seharusnya memberikan kesempatan kepada wanita-wanita Indonesia untuk berkembang dan maju bersama anak negeri lainnya. Namun, perlu disadarkan juga bahwa emansipasi wanita di Indonesia semestinya tetap harus berdampingan atau bahkan bisa bersinergi dengan peranannya sebagai kodrat wanita terlahir ke dunia ini sebagai seorang perempuan. Terkadang, wanita zaman sekarang beranggapan emansipasi wanita itu sanggup menyerupai dan berlaku seperti lelaki sehingga sering kali sangat dekat dengan menyalahi kodrat dan sunatullah," jelasnya sambil mengangkat bahunya dan bibirnya mencebik.
"Tante, menurut Tante apa pesan untuk saya sebagai generasi muda agar bisa mengerti kriteria wanita yang baik yang bisa dijadikan istri. Hmm... ini dia yang paling penting!?"
"Tante Bens berpesan, pilihlah wanita yang bisa mengubah mainsetnya sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi zaman sekarang," pesannya.
"Maksudnya, Tan?"
"Peran wanita di zaman sekarang ini harus mampu mereposisi. Zaman dulu, wanita cukup dengan memiliki wajah 'cantik dan ramah'. Sekarang berubah. Wanita Indonesia harus 'cerdas dan menarik'. Cerdas melalui pengembangan hard skill dan menarik melalui pengembangan soft skils. Obrolan hangat dengan Tante Bens mengusung tanya dalam hati, mampukah aku mendapatkan wanita "cerdas dan menarik" untuk menjadi istriku? Hmm... aku akan merajuk dan merayu-Nya! (Nik & Dik)
==**==
KAMU SEDANG MEMBACA
SPION
Short StorySPION adalah potret kehidupan masyarakat Jakarta yang diabadikan oleh ingatan sopir taksi online ganteng, seorang pemuda pekerja keras yang kebetulan berasal dari kota kelahiran saya, Majalengka, yang kemudian dikemas dengan kreasi imajinasi sehing...