RS Dharmais!
Itulah tujuan calon penumpangku sore ini. Aku harus menjemputnya di Perumahan Greenlake. Kebetulan baru saja kuantarkan penumpang lain ke salah satu pabrik di Tangerang.
Rasanya ikut mangkel melihat tingkah polah penumpangku yang kebetulan bersuami istri. Dapat penumpang dari Bekasi ke Tangerang. Sejak masuk ke dalam mobilku suasana sudah terasa tegang. Beberapa kali kudengar ketidakadilan. Aroma superior tampak sekali.
Sebenarnya tidak ada pertengkaran. Yang ada hanya seorang istri yang dimarahi suaminya dan sang suami yang memarahi istrinya. Hmm... sungguh dunia lelaki itu amat superior. Sementara sang istri tetap berada di garis imperior. Apakah di zaman modern ini, di saat wanita menyuarakan emansipasi wanita justru wanita tetap lemah?
Melihat kejadian itu, ingin rasanya membela wanita itu. Namun, aku sadar, tak ada hakku untuk ikut campur urusan mereka. Aku memilih diam.
"Mas, tolong berhenti sebentar. Istri saya mau turun. Lalu, tolong antarkan saya ke rumah teman saya di Serpong," pintanya.
"Baik, Mas, eh, maaf, Pak!" ralatku.
"Gak apa-apa, Bro... kita masih seumuranlah! Panggil aja Mas!" komentarnya.
"Mas, istrinya kerja di Tangerang? Jauh juga ya kerjanya?" tanyaku.
"Iya lumayan. Ya gimana lagi. Susah cari kerjaan! Dapatnya di Tangerang ya sudah terima dulu untuk sementara. Lagian, saya juga masih pengangguran, Mas! Sekarang semua kebutuhan dipenuhi istri saya," jawabnya santai, tapi menusuk hatiku.
Anjriiitttt...!!!
Dasar lelaki pengecut!
Tadi di mobil kamu marah-marahi istrimu. Kenceng dan agak kasar! Padahal, hidupmu semua dibiayai istrimu. Kenapa juga berantem gitu harus di depanku? Orang lain pula! Memarahi di depan orang itu sama saja seperti menghina. Aku yang mendengarkan dan melihat saja merasa malu dan sakit. Apalagi istrinya yang mengalami langsung. Mikir, Bung!!
Belajar dari kejadian ini, mudah-mudahan, nanti kalau dipertemukan dengan jodohku, aku janji tidak akan melakukan kekasaran pada wanita, apalagi orang yang kucintai.
Bagiku, wanita adalah bagian paling penting dalam hidup. Lelaki terlahir dari rahim seorang ibu. Lelaki harus menghargai wanita. Itulah mengapa di dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa seorang lelaki bertanggung jawab atas tiga wanita: ibunya, istrinya, dan anak perempuannya. Itu pesan Ibuku kepadaku. Jadi, kalau aku menyakiti perempuan berarti sama saja menyakiti Ibu.
Hmm... tak terasa lamunanku telah mengantarkanku pada alamat penjemputan: Greenlake.
RS Dharmais!! Rumah sakit kanker tujuan calon penumpangku. Hmm... terbayang para penghuni rumah sakit dengan berbagai macam penyakit kanker dan jantung. Kanker payudara. Kanker otak. Kanker tulang, kanker mata, kanker serviks, dan lain-lain. Juga berbagai jenis penyakit jantung. Jantung bocor. Jantung koroner. Jantung lemah, dan lain-lain.
Ya Allah, berilah aku kesehatan. Kalau pun harus sakit, cukuplah batuk pilek saja penyakitku. Jangan yang berat-berat. Berilah kesembuhan bagi saudara-saudaraku yang kini sedang berjuang melawan penyakitnya. Terbayang juga orang-orang hebat dan pintar di bidang medis dan pelayanan rumah sakit.
Pak Roni dan istrinya menunggu di depan rumah sehingga memudahkanku dalam menemukan alamatnya. Di gendongannya tampak anak perempuannya yang lucu dan cantik meski sedikit pucat. Sekitar 5 tahun usianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPION
Short StorySPION adalah potret kehidupan masyarakat Jakarta yang diabadikan oleh ingatan sopir taksi online ganteng, seorang pemuda pekerja keras yang kebetulan berasal dari kota kelahiran saya, Majalengka, yang kemudian dikemas dengan kreasi imajinasi sehing...