Cengkiran

3K 431 13
                                    

Raden Panji kini tinggal dengan wanita tua yang menolongnya dari wanita pemuja setan yang ingin menghisap hawa kehidupannya hingga ia mati. Dia adalah seorang janda sebatang kara, pencari kayu bakar yang tinggal di Desa Dhadhapan, dan orang-orang memanggilnya dengan nama Mbok Randha Dhadhapan.

Mbok Randha mengangkat Raden Panji menjadi anaknya dan memberinya nama Ande ande Lumut. Dia bercerita bahwa puteranya meninggal karena dibunuh oleh wanita cantik yang tadi mencelakakan Raden Panji.

Hampir setiap hari rumah Mbok Randha tidak pernah sepi dari kunjungan wanita-wanita yang ingin meminta diperistri oleh Ande-ande Lumut atau hanya sekedar ingin memandang pria itu.

Kegaduhan pun kadang terjadi karena para wanita yang padu atau pemuda-pemuda desa yang merasa cemburu.

Kadang ada wanita yang diam-diam pada malam hari memaksa masuk seperti maling ke kediaman Ande-ande Lumut, begitu juga beberapa pemuda yang ingin mencelakainya.

Untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, Ande-ande Lumut membuat sebuah pondok yang tinggi di samping rumah Mbok Randha sebagai tempatnya tidur dan beristirahat. Meski begitu, dia bersabar dan tidak pergi, karena dia merasa disitulah dia akan bertemu dengan Dewi Sekartaji. Baginya perjalanan manusia bukan tentang tujuannya, tetapi prosesnya, dan dia menikmati setiap cara yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

...

Sekartaji bersama ibunya, Candrawulan tiba di desa bernama Cengkiran. Sebuah desa terpencil, bersebelahan dengan Desa Dhadhapan dan dipisahkan oleh Kali Leri.

Oleh Ki Swarta, Sekartaji diberi sebuah batang bambu kecil berwarna kuning. Sebelum berpisah dan mengantarkan keduanya, Ki Swarta berpesan agar hati-hati menggunakan benda itu, karena siapapun yang dipukul dengan batang bambu kecil tadi, maka dia akan binasa.

Ki Swarta juga memberi petunjuk agar Candrawulan dan Sekartaji mendatangi rumah-rumah orang yang terlihat kaya dan melamar untuk menjadi pelayan agar bisa bertahan hidup.

Tak sampai sehari sejak kedatangan mereka ke desa itu, mereka sudah mendapatkan majikan. Sebuah keluarga dari seorang janda bernama Nyai Dhaung yang kaya raya dan baik hati. Dia memiliki tiga orang putri yang cantik, mereka bernama Klenting Abang, Klenting Ijo dan Klenting Biru.

Seperti nama-namanya, mereka selalu berpakaian dengan warna sesuai nama mereka, Klenting Abang selalu memakai pakaian berwarna merah menyala, Klenting Ijo selalu berpakaian berwarna hijau, begitu juga dengan Klenting Biru. Namun tidak seperti ibu mereka yang baik hati, ketiga putrinya bersifat sombong dan culas.

Nyai Dhaung sangat menyukai pekerjaan Candrawulan dan menyayangi Sekartaji seperti anak sendiri, hingga akhirnya dia mengangkat Sekartaji sebagai anak angkatnya dan diberi nama Klenting Kuning, karena saat bertemu dia menggunakan baju berwarna kuning gading. Nyai Dhaung pun memberinya pakaian-pakaian berwarna kuning yang kemudian selalu dikenakan oleh Sekartaji.

Meski sudah diangkat anak oleh Nyai Dhaung dan menjadi saudara, ketiga Klenting selalu memperlakukan Sekartaji dengan semena-mena, namun Sekartaji atau Klenting Kuning tetap sabar menghadapi mereka.

Hingga suatu hari, kabar tentang adanya pemuda tampan dari desa tetangga membuat keluarga itu gaduh. Ketiga Klenting berniat menemui pemuda itu yang tak lain adalah Ande-ande Lumut.

...

Padu : bertengkar; adu mulut.

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang