Dandanggula

2.9K 444 10
                                    

Candrawulan terbangun di pagi hari saat mendengar suara berisik dari dalam gubuk. Matahari belum sepenuhnya menerangi langit dan lebatnya hutan menghalangi bias cahaya, tapi dia sudah bisa melihat kalau Sekartaji tidak ada di dekatnya.

"Nduk? Kamu di dalam?" Candrawulan melangkahkan kakinya dan membuka pintu gubuk, "sudah ibu bilang jangan sembarangan masuk rumah orang, saru."

Candrawulan dengan perlahan masuk ke dalam gubuk, terdapat sebuah dipan dan amben dari kayu dan kendil-kendil yang digantung, sebuah lampu minyak dari bambu dengan aroma kemiri menyala menerangi ruangan sempit yang remang-remang.

Terdengar suara tiupan napas keras dari arah ruangan belakang yang hanya disekat dinding anyaman bambu yang sudah berlubang, Candrawulan mendekati ruang tersebut. Dia melihat seseorang yang sedang berjongkok di depan tungku sambil meniup-niup untuk menyalakan api menggunakan semprong, rambutnya yang panjang berwarna putih digelung ke atas, jelas itu bukan Sekartaji.

Tak lama, api dalam tungku kemudian menyala, orang itu meletakkan semprong kemudian bersenandung, ternyata dia seorang lelaki tua.

"Sakehing kang dumadi makardi,

Lir Hyang Widhi kan tansah makarya,

Nguripi jagad tan leren,

Surya, Candra, lan Bayu
Bhumi, tirta kalawan agni,

Peparing panguripan,

Mring pamrih wus mungkur,

Anane nuhoni dharma,

Iku dadya Sastra cetha tanpa tulis,

Nulat lakuning alam."*

Tembang Dandanggula yang ia nyanyikan membuat Candrawulan merinding, seolah menunjukan dia adalah orang bijaksana, bukan demit atau semacamnya.

"Maaf, nuwunsewu, kisanak. Saya orang yang tersesat disini dan lancang memasuki rumah anda."
Lelaki tua itu menoleh tanpa terkejut, seoalah sudah tahu bahwa Candrawulan telah lama berada di belakangnya.

"Sudah terbangun rupanya, jangan takut, puteri anda ada di belakang gubuk sedang mencuci sayuran untuk kita makan nanti." lelaki tua itu seolah sudah mengetahui apa yang ada di benak Candrawulan.

Lelaki itu memperkenalkan dirinya bernama Ki Swarta, dia sudah mendiami Alas Sikumbang sejak lama. Mereka kemudian menyantap makanan dari sayuran dan umbi-umbian yang dibawa oleh Ki Swarta dari hutan.

"Ki, kenapa anda sudi menolong kami?"

"Hidup ini bukan tentang orang yang baik di depanmu. Hidup ini tentang orang yang menjaga kesetiaan di belakangmu. Saya tahu kalian orang-orang baik yang menjaga sopan santun, tidak sembarangan masuk ke gubukku ini meski saya tidak berada disini. Saya juga tahu kalian berdua itu sebenarnya siapa."

...

Saru : tidak sopan.

Semprong : alat peniup untuk membuat api dari bambu.

*Salah satu dari syair lagu Dandanggula (salah satu lagu macapat yang bersifat bijaksana) 
maknanya :

Semua yang ada di dunia ini bekerja,
Bahkan Tuhan pun bekerja,
Menghidupi dunia tanpa henti,
Matahari, bulan, dan angin
Bumi, air tanpa kecuali api,
Memberi kehidupan,
Semua bekerja demi kelangsungan hidup tanpa pamrih,
dasarnya hanyalah merasa wajib,
Alam adalah Ilmu nyata tanpa tertulis,
Kita wajib belajar dan meniru dharma baktinya alam

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang