Mbok Randha Dhadhapan

3K 427 5
                                    

Sepanjang jalan Desa Dhadhapan, mata para gadis yang berpapasan dengan Raden Panji tak lelah menatap. Kegagahan dan ketampanan pria itu membuat mereka terpana dan bertanya siapakah gerangan pemuda gagah ini.

Raden Panji dengan ramah menganggukan kepala menyapa setiap orang yang lewat, dia pun bertanya kepada setiap penduduk apakah baru-baru ini ada pendatang baru dua orang wanita yang mengunjungi desa, namun mereka tidak mengetahuinya.

Bahkan ada beberapa gadis dan wanita-wanita setengah baya yang menawarinya tempat tinggal karena terkesima dengan ketampanan Raden Panji, namun dia menolaknya.

Hujan tiba-tiba datang saat Raden Panji melewati jalan di dekat makam desa, dia pun menuju sebuah cungkup di dalam makam untuk berteduh. Karena lelah, Raden Panji pun tertidur sambil duduk di dalam cungkup.

Raden Panji terbangun saat merasa pipinya ada yang membelainya, sebuah sentuhan dingin yang membekukan. Ia membuka mata dan seorang wanita cantik berdiri dengan membungkukkan badan di hadapannya. Tatapannya tajam menghujam membuat kaku tubuh Raden Panji.

"Wong Bagus, kenapa kau bisa ada disini?" wanita itu tersenyum mempesona dan tangannya yang dingin terus mengusap wajah Raden Panji.

Raden Panji hanya bisa menatap tanpa bisa menjawab, mulutnya seperti beku dan terkunci rapat oleh sentuhan wanita itu.

"Kau tersesat, ya? Biarlah kau tetap bersamaku dan jangan kembali lagi. Terkadang, manusia perlu tersesat untuk mencari jalan yang benar. Jalan hidup yang sesat akan membuatmu menemukan kebenaran."

Wajah wanita dipenuhi senyuman yang mengembang, dia duduk di pangkuan Raden Panji yang masih saja mematung dan tidak bisa lepas dari wajah si wanita.

Seperti terkena pelet, Raden Panji hanya diam saja saat si wanita dengan lembut menciumi dada dan lehernya. Bibirnya yang dingin membuat tubuh Raden Panji semakin beku, dan saat wajah mereka berhadapan, wanita itu memegang dagu Raden Panji hingga mulutnya terbuka.

Si wanita mendekatkan mulutnya ke mulut Raden Panji, seolah menghisap napas dari dalam mulut pemuda tersebut. Tubuh Raden Panji menegang, matanya melotot, badannya merasa sangat dingin seolah nyawanya sebentar lagi akan melayang, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Saat nyawa Raden Panji seperti akan lepas, sebuah pukulan mendarat di kepala wanita tadi. Wanita itu terguling, lalu mendongak dan melotot. Tidak ada darah dan luka meski pukulan tadi cukup keras.

Seorang perempuan tua kurus memegang kayu besar, rambutnya yang sudah memutih tergelung ke belakang, wajahnya terlihat sangat marah. Meski tua, dia cukup kuat mengangkat kayu hampir sebesar paha orang dewasa.

"Mati kau, iblis!" sakali lagi perempuan tua itu mengayunkan kayu besarnya ke arah si wanita cantik.

Dengan cepat, wanita cantik itu melesat dan menghilang dari cungkup. Tubuh Raden Panji melemas dan tergeletak pingsan.

...

Cungkup : bangunan beratap seperti gubuk yang ada di makam atau kuburan.

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang