Dewi Sekartaji

4.3K 475 28
                                    

Sementara itu di Taman Kusuma, seorang pemuda bersama dua orang puteri, duduk di pinggir kolam taman yang dipenuhi aneka macam bunga. Taman Kusuma berbeda dengan Taman Kaputren yang hanya bisa dimasuki oleh kaum perempuan saja, di sini siapapun yang tinggal di istana boleh memasukinya.

Pemuda tersebut adalah Panji Asamarabangun, putera Raja Erlangga. Berwajah tampan dengan tatapan tajam namun hangat dan berkulit sawo matang. Rambutnya yang panjang di gelung keatas dan diikat dengan tali berhias emas.

Di sampingnya, dua puteri dari Raja Kameswara, Sekartaji dan Intansari yang berbeda ibu. Dewi Sekartaji memiliki kecantikan alami dan tubuhnya harum laksana bunga wijayakusuma yang sedang mekar di malam hari. Kulitnya kuning langsat dan berbalut busana puteri kerajaan berwarna kuning gading.

Intansari pun tak kalah cantiknya dengan saudara tuanya itu. Wajahnya hampir serupa, bibir merah merekah dengan senyum pait madu. Gigi putih berseri miji timun. Alis yang indah bagai bulan nanggal sapisan, dan jemari tangan yang mucuk eri.

Mereka bertiga terlihat akrab, karena saat masih anak-anak, mereka pun pernah bertemu.

Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji terlihat beberapa kali saling berpandangan. Mereka saling suka, saat masih kanak-kanak, Sekartaji pernah ditolong Asamarabangun waktu tercebur ke kolam.

"Duh, Kakang Pangeran. Sudah lama kita tidak berjumpa, rupanya Kakang kini sudah menjadi pria yang gagah dan tampan." kata Intansari sambil menatap Asmarabangun.

"Wah, Dinda Intansari bisa saja. Kalian berdua juga sudah menjadi puteri yang cantik dan pasti banyak pangeran yang ingin melamar kalian."

"Ah, tidak juga. Jika ada yang melamar, aku pasti akan memilihmu saja, Kakang." Intansari tampak tersenyum manja.

Asamarabangun hanya tersenyum sedikit, "Dinda Dewi Sekartaji, kenapa diam saja? Tidakkah kau rindu denganku?"

"Eh..." wajah Sekartaji memerah, dia menyukai Asamarabangun. Dia takkan pernah lupa kejadian masa kecil dulu dan berharap bertemu dengannya kembali.

Dia memang diam seolah menghiraukan Asamarabangun, tapi dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu.

Intansari kesal dengan ucapan Asamarabangun, dia cemburu, "aku punya sesuatu untukmu, Kakang."

Intansari lalu pergi meninggalkan taman, meninggalkan Asamarabangun dan Sekartaji berdua.

Asmarabangun duduk mendekat ke Sekartaji yang diam dan terlihat gugup, "Duh, wong ayu kusuma ning ati, tahukah kau bahwa aku selalu memimpikan dirimu."

Asmarabangun menggenggam tangan Sekartaji, dan membuat gadis yang sejak tadi memalingkan wajah tanpa berani menatap ke arahnya, kini menghadap ke wajahnya.

"Cah ayu, aku tidak bisa melupakan harum tubuhmu itu. Aku ingin kau jadi milikku, Cah ayu." Panji Asmarabangun mendekatkan wajahnya ke Dewi Sekartaji, meski tak ada jawaban apapun terucap darinya, tapi Sekartaji menerima ciuman hangat dari Asmarabangun.

Tubuh Sekartaji mematung, ciuman di bibir mengunci seluruh gerakkannya, jantungnya berdegup kencang karena pria yang dia impikan ternyata mencintainya.

Saat keduanya terhanyut dalam ciuman, Intansari berdiri menatap tajam ke arah keduanya dari pintu taman. Wajahnya merah karena marah, lalu dia meninggalkan tempat itu.

...

Pait madu : manis sekali

Wulan nanggal sepisan : bulan sabit

Miji timun : putih mengkilat

Mucuk eri : lentik; lancip

Kusuma ning ati : bunga di hati

jealoucy

PseuCom

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang