Wirang

3K 448 3
                                    

Betapa terkejutnya keluarga dari Kerajaan Jenggala mengetahui bahwa penyebab kematian Raja Kameswara karena dibunuh dengan racun, dan yang diduga melakukannya adalah Candrawulan, permaisuri dari Raja Kameswara itu sendiri. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang terjadi, tidak terkecuali Raden Panji Asmarabangun. Dia sangat terpukul karena mengetahui Dewi Sekartaji sudah tidak ada di istana lagi.

Setelah mengadakan perundingan antara Raja Erlangga dan Lokasari, maka Panji Asmarabangun akan dinikahkan dengan Intansari dan akan menjadi raja di Kediri sebelum nantinya akan disatukan dengan Jenggala. Meski Raden Panji menolak, tapi keputusan raja yang juga orangtuanya tidak bisa diubah, karena seperti mandat Raja Kameswara sebelumnya yang ingin menyatukan dua kerajaan.

Sudah beberapa hari keluarga Kerajaan Jenggala tinggal di Kediri dan tinggal beberapa hari lagi pula pernikahan dari dua kerajaan akan dilangsungkan. Raden Panji Asmarabangun selalu terlihat murung dan duduk di pinggir kolam Taman Kusuma hampir setiap hari.

"Duh, Dewi. Dimanakah kamu sekarang." Panji Asmarabangun sering bergumam pada diri sendiri karena kerinduannya pada kekasih hati.

"Kakang Asmarabangun." Intansari menghampiri Raden Panji yang sedang duduk termenung di pinggir kolam.

Pria itu hanya menoleh sebentar lalu berpaling lagi menatap ke arah kolam.

"Kakang," Intansari bergelayut manja pada Raden Panji, "jangan buat hatiku kesal dengan memikirkan mbakyu terus. Aku kan yang akan menjadi istrimu."

"Aku tidak mencintaimu, Dinda Intansari."

"Kakang Pangeran! Lihatlah! Bahkan aku lebih cantik dari mbakyu Sekartaji." Intansari berdiri di hadapan Asmarabangun dengan berkacak pinggang.

"Kecantikan hati lebih abadi dibandingkan kecantikan fisik, Dinda."

"Maksud Kakang, hatiku buruk? Aku jahat?"

Raden Panji hanya menatap sesaat dan diam. Orang yang memikirkan kesenangan diri sendiri saat orang lain bahkan saudaranya terkena kemalangan apa bisa disebut baik?

Intansari dengan raut wajah kesal meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan Panji Asmarabangun yang kembali sendiri menatap kolam dengan pikiran yang dipenuhi oleh bayangan Dewi Sekartaji.

Tak lama entah dari mana tiba-tiba muncul Wasesa yang dengan sigap telah berada dihadapan Raden Panji. Dia terus bersimpuh dan berlutut dihadapan pangeran dari Jenggala itu.

"Siapa kau?"

"Maafkan hamba, Pangeran. Bukan maksud hamba mengganggu, ada hal penting mengenai Roro Dewi Sekartaji yang harus hamba sampaikan."

Panji terlihat terkejut, lalu diceritakan oleh Wasesa tentang kemana terakhir dia bertemu Sekartaji dan diberi amanat oleh Candrawulan. Wajah Panji terlihat sumringah saat menerima susuk gelung dari Wasesa.

Tangan Panji mengepal erat, merasa kesal dengan Lokasari yang berniat membunuh Candrawulan dan Sekartaji. Dia berniat akan menceritakan dan membuka hal itu dihadapan semuanya.

"Ibu Lokasari, anda akan kawirangan."

...

Kawirangan : mendapatkan malu karena ulahnya sendiri; wirang : malu.

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang