Cidra

3.3K 372 19
                                    

Intansari menangis tersedu-sedu di atas ranjangnya. Dia menangisi Panji Asamarabangun yang lebih memilih mbak yu-nya, Sekartaji. Pernikahan pun akan dilangsungkan dalam sebulan lagi.

Tampak Lokasari, ibunya itu mengelus-elus kepala Intansari yang menangis.

"Sudah, nduk. Tenang saja, Raden Asmarabangun pasti jadi milikmu."

"Tapi, ibu. Itu tidak mungkin, dia sudah memilih mbakyu Sekartaji sebagai istrinya."

"Tenang, cah ayu. Ibu tidak akan membiarkan pernikahan itu terjadi."

"Tapi ibu sudah berjanji dengan Bapa Raja kalau akan menerima apapun keputusan Raden Asmarabangun, kan?"

"Iya, kalau Bapa-mu itu masih hidup." Lokasari tersenyum.

...

Lokasari mengunjungi para abdi dalem istana yang bertugas membersihkan pakaian kerajaan. Lokasari menyuruh salah satu emban yang akan mencuci, agar merendam kemben yang biasa dipakai Candrawulan dengan air yang dicampur dengan racun yang dibawa Lokasari. Kemudian disuruhnya untuk langsung menjemur kemben itu tanpa membilasnya. Racun itu akan menempel dikulit yang memakainya dan tidak berbahaya bagi yang sehat, namun untuk orang yang kondisinya tidak baik, racun itu sangat mematikan.

Lokasari mendapatkannya dari seorang dukun yang ditemui oleh orang suruhannya.

...

Malam itu Raja Kameswara berbaring di ranjang bersama permaisurinya Candrawulan, dia tampak bahagia akhir-akhir ini karena sebentar lagi cita-citanya menyatukan kerajaan akan terwujud dan puterinya Sekartaji akan menikah dengan Panji Asmarabangun.

"Duh, Yayi. Aku seperti merasa penyakitku tiba-tiba hilang, semangatku seolah bangkit kembali." Raja Kameswara merangkulkan lengannya ke Candrawulan dan dijadikan sandaran kepala untuk istri tercintanya itu. "Apalagi bersamamu seperti ini, kau seperti rumah tempatku kembali, yayi. Rumah adalah tempat dimana kita merasa tenang dan nyaman."

"Jangan terlalu bersemangat, Kakanda Prabu. Ingat kesehatan kakanda."

Candrawulan pun terlihat bahagia, dia mengelus suaminya yang bertelanjang dada.

"Tenang, Yayi. Aku merasa muda kembali karena hal ini. Hahaha!"

Kameswara mencium kening Candrawulan yang cantik jelita, istrinya tersenyum dan memejamkan mata saat kecupan penuh cinta menghangatkan kalbunya.

Kameswara mengangkat kepalanya dan wajahnya berada diatas istrinya, menempelkan bibir mereka, menyatukan hasrat.

"Kakanda, rupanya semangat kakanda menjalar kemana-mana."

Kameswara hanya terkekeh dengan candaan istrinya itu. Dia mengecup leher jenjang istrinya, membuat tubuh Candrawulan bergelinjang dan gelisah.

Dengan satu tangannya yang kekar, Raja Kameswara menarik kemben yang menutupi dada istrinya. Bagai anak bayi yang baru lahir, dia menghisap dan menciumi kedua buah dada istrinya.

Sesaat Kameswara berhenti, "Yayi, harum tubuhmu beda dari biasanya."

"Entahlah, Kakanda. Mungkin dari kemben-nya. Para emban mencucinya dengan bermacam bunga."

Kameswara hanya mengangguk lalu meneruskan menciumi dada istrinya. Candrawulan hanya mendesah hanyut dalam buaian suaminya dan membiarkannya menelusuri seluruh tubuhnya.

Saat angan Candrawulan tenggelam semakin dalam, dia meremas rambut suaminya yang tiba-tiba diam seperti menahan gerakannya untuk membuat istrinya itu tidak tahan.

Namun, karena terlalu lama Kameswara terdiam, Candrawulan membuka mata, rupanya suaminya itu sama sekali tidak bergerak. Tertelungkup diatas ranjang hingga wajahnya tak terlihat.

"Kakanda?"

Candrawulan mengangkat wajah suaminya, dan terlihat wajah Kameswara telah membiru dan mulutnya berbusa.

...

Mbak yu : kakak perempuan.

Abdi dalem : pengabdi istana.

Emban : pelayan; pembantu

Kemben : kain penutup dada wanita

Yayi : panggilan sayang pada istri

jealoucy
PseuCom

Ande-ande Lumut : Yuyu Kangkang & Klenting Kuning [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang