Mr. Kingsley menatapku dan Lou bergantian. Dia seakan ingin memuntahkan sejuta makian, tapi ia sadar jam sekolah masih berlangsung. Aku dan Lou duduk menghadapnya bersisian, di ruangan yang belum sampai dua puluh menit kutinggalkan. Tatapan Mrs. Kingsley tua di foto semakin mengejek.
"Bagaimana bisa ini terjadi?" ujar Mr. Kingsley. "Laki-laki dan perempuan berkelahi?"
"Dia yang memulainya!" pekikku dan Lou bersamaan. Kami tidak saling menatap, melainkan melemparkan pandangan pada dinding.
"Bicaralah bergantian, demi Tuhan." Mr. Kingsley meraup wajah.
"Lou yang memulainya!" seruku cepat.
"Itu tidak benar! Kau yang datang lebih dulu ke kelasku dan menerjangku!" sahut Lou.
"Tapi kau kan yang menaruh kondom ke dalam tasku! Kalau kau tidak melakukannya, aku tidak akan menerjangmu!"
"Apa? Aku tidak melakukannya."
"Pembohong!"
"Buktinya apa?"
"Hei, hei! Sudah cukup!" teriakan Mr. Kingsley menghentikan perdebatan kami. Sedetik pun, aku dan Lou masih tetap tidak bertatapan. Kami berdua kini memandang ke arah guru konseling tersebut. "Kalian berdua benar-benar aneh. Coba lihat wajah kalian masing-masing, ayo, lihatlah!"
Aku memutar bola mata dan enggan menatap Lou. Lou juga tidak mau. Mr. Kingsley menjentikkan jemarinya di depan wajahku dan Lou, lalu berkata, "Ayo, menoleh, menoleh! Louis, lihat wajah Lea! Dan Lea, lihat wajah Louis!"
Dengan sangat, sangat, sangat enggan, aku menggerakkan leher yang terasa begitu kaku ke samping, menatap wajah saudara kembarku yang idiot itu. Dia juga melakukan hal yang serupa. Alis kami sama-sama bertaut. Mata kami saling memandang tajam, seolah berusaha menghipnotis satu sama lain. Aku menatapnya semakin intens, agar dia bisa melihat bagaimana aku membayangkan memukulnya dengan raket listrik anti nyamuk di rumah melalui pantulan mataku.
"Perhatikan wajah di depan kalian! Bukankah tidak jauh berbeda? Ya, karena kalian saudara kembar! Tidakkah seharusnya kalian akur dan saling mencintai?"
Mendengar kalimat itu, aku dan Lou sama-sama nyaris muntah. Buru-buru aku mendorong wajah Lou, berupaya mengenyahkannya dari pandangan. Lou tak mau kalah, maka ia mengambil bantalan di balik punggungnya dan menekankannya ke wajahku. Mr. Kingsley berseru lagi, "Hei, hei! Ya Tuhan, apa sih yang salah dari kalian berdua?"
"Dia yang salah!" teriakku dan Lou berbarengan.
"Lihat! Kalian bahkan kompak sekali!"
"Tidak!" Aku dan Lou menyahut berbarengan. Lalu kami bertatapan dan sama-sama berseru, "Berhentilah mengikuti ucapanku! Aku benci kau! Kau jelek, bodoh, dan super idiot!"
Mr. Kingsley bangkit dari kursinya, lalu menempelkan tangannya yang selebar telinga gajah ke mulut kami masing-masing. Kami berdua terdiam saat pria itu mendesis-desis. "Diam, diam! Kalian membuat aku naik darah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin Brother Lou [Louis van Baar]
FanficAku dan Lou tidak kembar-kembar amat. Kami bukanlah kembar identik, namun wajah kami berdua sangat mirip. Lou punya mata biru, rambut pirang, dan hidung lancip. Aku juga sama, tapi aku bukan cowok. Lou sangat nakal dan idiot, sedangkan aku tidak. Lo...