[11] Kembang Api

991 145 7
                                    

Natal telah tiba namun Ibu dan Ayah tak kunjung kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natal telah tiba namun Ibu dan Ayah tak kunjung kembali. Pagi itu, salju terus turun menyelimuti seluruh perumahan sejak tadi malam. Lou berbaring di bawah pohon Natal di ruang tengah sambil memainkan salah satu hiasan berbentuk bola. Matanya lalu mengamati kerlap-kerlip lampu bercahaya keemasan yang mengitari pohon.

Aku datang sambil membawakannya spaghetti. Dia kelihatan tidak bersemangat. Mungkin karena tidak ada Ibu dan Ayah. Tapi dia tidak menolak masakanku dan kami makan sambil duduk di sofa.

"Bolehkah aku membuka hadiahku?" tanyaku.

Lou mengangguk sambil mengunyah. "Itu kan punyamu."

Dengan tidak sabar dan dipenuhi rasa penasaran yang meluap-luap, aku beranjak dari sofa dan mengambil sebuah hadiah dengan bungkus berwarna merah mengilap dari bawah pohon. Ada namaku di sana. Aku membukanya di sebelah Lou, dan ia mengamatiku sambil menahan senyum.

Kusobek bungkus hadiah itu. Isinya memang membuatku syok, tapi tidak berat-berat amat. Sereal.

"Wow," ujarku pelan. "Terima kasih atas serealnya." Kupikir aku akan mendapatkan hadiah yang spektakuler mengingat Lou mengucapkan "berterima kasih seumur hidup".

Lou meletakkan spaghetti-nya yang masih tersisa di meja dan menelan kunyahannya. "Buka saja kotaknya."

Dengan tidak bersemangat aku membukanya. Tadinya aku menduga kalau aku akan mendapatkan sebungkus sereal—salah satu kejailan Lou lagi—tapi nyatanya sebuah benda berbentuk persegi meluncur ke pangkuanku saat aku membalik kotak itu. Dan ... ya, aku memang syok berat.

"AAAAAAAAAAAAA!!!!!!!" Aku berteriak histeris menatap album terbaru Justin Bieber di tanganku. Ini album yang sudah lama kuinginkan, dan yang paling menakjubkan dari semuanya adalah kau bisa melihat coretan spidol yang tak bisa disamakan dengan hal paling indah di dunia sekalipun: tanda tangan Justin!

"LOUISSSSSS!!!!!" seruku sambil melompat ke pangkuannya dan memeluknya sangat erat. Lou tertawa, dan tawanya itu semakin keras saat aku menangkupkan tangan ke rahangnya, mencubiti pipinya dengan gemas sambil berterima kasih jutaan kali.

"Benar kan kataku? Kau akan sangat berterima kasih," ujar Lou sambil melanjutkan makan. Aku memeluk album itu dengan sepenuh hati dan menangis sedikit karena terharu.

"Bagaimana kau bisa mendapatkannya?"

"Aku punya teman di Expediency yang tinggal di kota lain," ungkap Lou. "Bieber mengadakan jumpa penggemar di kotanya, dan kebetulan temanku harus menyertai adik perempuannya ke sana, jadi kupikir itu kesempatan yang bagus."

"Kau harus membuka hadiahmu sekarang juga, Lou," usulku. "Aku membeli sesuatu yang sangat kaubutuhkan."

"Oh ya?" Lou langsung menghabiskan makanannya dan beranjak duduk di dekat pohon. Dia mengambil hadiah yang kubungkus dengan kertas bermotif unicorn dan menyobeknya. Dengan sabar ia membuka kotak berwarna putih yang melindungi hadiah dan terdiam sejenak saat melihat ke dalamnya. Lalu dia tertawa kecil, menarik topi berburu berwarna cokelat gelap yang hangat keluar dari kotak. "Oh, kau benar. Aku sangat membutuhkan ini untuk menutupi rambutku yang kelihatan jelek."

My Twin Brother Lou [Louis van Baar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang