1.5

297 49 2
                                    

VOTE DULU💜

Bel pulang sekolah pun berbunyi, nayeon dengan sigap membereskan semua bukunya dan bergegas pergi meninggalkan temannya.

"Napa tuh anak buru-buru amat?" tanya sana sambil memasukkan bukunya ke dalam tas ransel biru muda miliknya.

"Gatau gue, sabo kali" jawab jihyo asal.
(Sabo=Sesak boker)

Sana hanya menaikkan ujung bibirnya kesal terhadap jawaban jihyo.

Kembali lagi pada nayeon, gadis itu kini sudah berada di dalam bus setelah tadi sempat membeli buah-buahan. Dia berniat menjenguk sahabat nya Hanbin.

Sampai di halte, nayeon turun dan berjalan kurang lebih 50 meter ke rumah hanbin. Sampai di depan pagar nayeon memencet bel yang ada di samping pagar rumah temannya itu.

Lima menit berlalu namun tak ada tanda-tanda pagar akan dibuka. Nayeon pun mulai kesal, kini dengan brutal dia memencet tombol bel itu dan beberapa kali ditendangnya pagar rumah hanbin yang terbuat dari besi tanpa ada celah untuk mengintip ke dalam.

Dia mencoba melompat-lompat mencari tau apakah ada orang di dalam, namun apalah daya pagar itu tingginya mencapai dua meter. Sampai pingsan pun nayeon melompat dia tak akan pernah bisa melihat ke dalam.

"Dua menit lagi. Gue tunggu dua menit lagi" gumamnya kepada dirinya sendiri sambil masih memencet tombol bel tadi.

Pagar itu terbuka dan suaranya membuat nayeon menoleh. Namun apa yang dilihatnya berbeda dengan harapannya.

"Cari siapa non?" tanya seorang wanita tua dengan pakaian lusuhnya, nayeon tebak dia pasti pembantu rumah tangga.

"Hanbinnya ada?"

"Oh den hanbin sudah pindah sejak dua hari yang lalu non, dia tidak tinggal disini lagi" jelas wanita itu.

"Hanbin pindah? Kalau boleh tau pindah kemana ya bi?" tanya nayeon penasaran.

"Bibi juga tidak tau non, dua hari yang lau dia berkelahi dengan tuan kim dan meninggalkan rumah ini sambil membawa barang barangnya" terang wanita itu dengan wajah sendu. Dia bisa merasakan bagaimana sedihnya hanbin, secara dia sudah merawat hanbin sejak umur dua tahun.

"Oh kalau gitu makasih bi" ucapnya dengan senyuman. Setelah itu pagar rumah megah itu kembali ditutup.

Nayeon menghelas nafas panjang, dilihatnya kembali tangannya yang menenteng dua kresek kantong belanja dengan wajah sedih. Kemana dia harus mencari hanbin.

Masih di depan rumah hanbin. Nayeon meletakkan kantong kresek itu kebawah dan merogoh ke dalam tasnya untuk menemukan hpnya.

"Halo" sapa nayeon saat tau panggilannya dijawab hanbin.

"Hm kenapa nay?" jawabnya dengan nada lemah.

"Lo dimana? Jemput gue sekarang, gue di depan rumah lo" perintahnya dengan nada kesal.

"Ngapain lo disana?"

"Udah buruan gausah banyak tanya"

"Tapi nay gue-"

Tut tut tut. Nayeon memutuskan panggilan secara sepihak membuat hanbin menghela nafas panjang.

Dengan langkah lunglai diambilnya jaket denimnya di balik pintu lalu di berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Dibawanya motor itu melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Kurang dari 15 menit hanbin sudah sampai di depan rumah lamanya. Dilihatnya gadis yang disukainya itu berjongkok sambil memeluk kantong belanjaan.

"Nayeon" sapanya, membuat nayeon mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk.

"Eh hanbin" senyumnya kembali merekah.

Im Sister's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang