#11: Is This Love?

1.4K 200 19
                                    

Pembayaran:

♦ BNI

♦ BCA

♦ OVO (sudah tidak menerima melalui Gopay)

Bagi yang ingin ikut PO Healing Love, bisa melalui PM Wattpad atau jika kalian sudah memiliki Whatsapp nomor saya, silakan PM langsung.

PO dibuka sampai awal September, kemungkinan pertengahan September atau awal November sudah jadi. Dikarenakan naskah dan ilustrasi sudah siap, tidak perlu menunggu waktu lama lagi untuk masa cetak.

HARGA FANBOOK BELUM TERMASUK ONGKIR

(Jika memang terdapat kenaikan harga secara tiba-tiba, saya selalu menyediakan kompensasi berupa PIN/Ganci)

□■□■□■□■□

Di saat dia mendapatkan kabar bahwa Uzumaki-kun sekarat! Hinata begitu saja diam, dan merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya. Tidak hanya itu saja, sebab badannya pun langsung bergetar hebat.

Tidak henti-hentinya ia membayangkan apa yang sedang terjadi pada Uzumaki-kun.

Banyak sekali alasan mengapa hal seperti itu bisa saja terjadi, mengingat Uzumaki-kun bukanlah pemuda biasa. Kabar mengenai dia putra seorang pemimpin Yakuza baru beberapa menit lalu diterima olehnya.

Ketika Hinata hampir mati tenggelam oleh pertanyaanya sendiri.

Mendadak sebuah sedan hitam datang, lantas berhenti tepat di mana ia dan Kiba berdiri di depan gerbang sekolah.

Hinata menemuka Hibiki yang sedang mengendarainya. Duduk pada jok kemudi. Ia tahu lelaki itu siapa. Keberanian yang dia miliki tidak lagi besar. Ciut, mengingat Hibiki bukanlah sosok pria yang menyandang nama sebagai seorang paman dari temannya.

"Senang bisa melihat Anda kembali." Hibiki menyapa menggunakan aksennya yang sedikit formal. Sekarang, lelaki setengah baya itu menggunakan setelan jas rapi. Hinata hanya terdiam duduk di jok penumpang bersama Kiba.

Namun, tak lama dari itu, keberanian yang tersisa adalah di mana Hinata kini meneliti sosok Hibiki.

Pria setengah baya itu memiliki rambut hitam lebat tersisir klimis ke belakang. Badan kekar yang terbungkus oleh setelan jas formal hitam pula. Bolehlah, disamakan dandanan formal itu seakan baru saja menghadiri acara pemakaman.

Lantas, pada bagian telinga kanan Hibiki terpasang sebuah earphone berwarna putih yang terhubung ke bagian belakang tubuhnya. Untuk beberapa detik tadi menerka apa yang terjadi. Kini Hinata mendapatkan jawaban yang pasti.

"Tidak mungkin!" pada awalnya ingin mengeluarkan suaranya sedikit berbisik.

Tetapi Hinata justru mengeluarkan suara keras yang membuat Kiba menoleh ke arahnya. Tak tertinggal Hibiki yang melirik Hinata dari rear-vision mirror.

"A-apa yang terjadi pada Uzumaki-kun?" ia tidak mau percaya, manakala kali ini dia justru menghadiri acara pemakaman pemuda pirang itu. "Paman Hibiki, ini tidak mungkin." Hinata berseru dan menangis secara tiba-tiba. Keningnya pun mengerut sampai mengeluarkan banyak keringat. "Uzumaki-kun..., tidak bisa ditolong?" wajah Hibiki berubah datar.

Entah mengapa kedua lingkaran pada mata Hibiki secara tiba-tiba menghitam. Seakan baru saja kata-kata itu menyerupai stun gun yang berhasil melumpuhkan.

"Hyuuga tenanglah." Kiba menyela. Menarik pundak Hinata, agar perempuan indigo itu kembali duduk pada kursinya. "Tidak ada apa pun di sini. Naruto memang sekarat. Bukan berarti dia tidak tertolong. Arti sekarat itu banyak, oke?"

Healing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang