***
Naruto memandang keluar jendela, setelah ia berhasil memakai celananya kembali.
Dua orang itu kini saling memunggungi.
Sementara Hinata sibuk memakai kembali seragam sailornya.
"Maafkan aku," akan tetapi terhenti memakai seragam tersebut saat suara itu berhasil menembus ke dalam pendengarannya.
Padahal kondisi gadis itu masih berdebar-debar menguasai tiada hentinya. Setelah menikmati malam panas yang singkat, tetapi memiliki banyak kesan untuk Hinata sendiri.
Saat ia hanya sebatas menggunakan bra, bahkan roknya yang melingkar di pinggangnya, Hinata pun menoleh ke belakang, ia memeluk seragam seragam pada bagian atasnya.
Ia melihat Naruto yang memunggunginya dan menunduk sambil bibir bergetar-getar.
Meminta maaf dalam hal apa di sini?
Hinata sendiri tidak pernah tahu apa kesalahan lelaki itu kepadanya. Menurut si gadis indigo itu, tidak ada yang berbuat salah di sini.
"Seharusnya kita tidak melakukan ini." Terang Naruto yang membuat Hinata berhasil membisu. Namun, tak lama dari itu, Hinata menyunggingkan senyumannya.
"Uzumaki-kun." Hinata merangkak ke atas ranjang bersamaan dengan suaranya yang memanggil lirih. Dan di saat yang sama, Hinata mengambil pelukan.
"Aku akan selalu bersama Uzumaki-kun, tidak peduli apa yang akan terjadi padamu, aku akan selalu bersamamu, berada di sisimu selamanya." Yang Naruto butuhkan dari Hinata memang, gadis itu hanya perlu bersama dengannya, selamanya.
Naruto semakin menunduk, dia tersenyum sangat senang di balik wajahnya yang muram, seperti takut pada sesuatu dan kehilangan sesuatu.
Sesungguhnya, pelukan Hinata menjawab semua rasa ragu-ragu untuk mulai jatuh cinta. Jika sudah mendapatkan keyakinan seperti itu. Naruto juga tidak akan mundur.
Dia akan selalu bersama Hinata. Dia akan selalu bersama gadis cantik yang tidak pernah berhenti memberikan pelukan terlebih dulu, kala kesedihan menghunjam tanpa henti.
Pada saat itu juga, ia menangkap kedua tangan yang melingkar di antara perut dan dadanya
Tidak ada sepatah kata dari mereka kembali terucap.
Naruto masih mengusap lengan Hinata, sambil kedua matanya memandang keluar jendela kamar hotel.
Gemerlap jendela-jendela penuh pencahayaan di setiap gedung-gedung tinggi di depan jendela itu, membuat dirinya memperoleh ketenangan.
"Maukah kau, pergi bersamaku ke suatu tempat?" Hinata melepaskan pelukannya dengan segera, setelah mendapatkan pertanyaan itu.
Dia merangkak lebih dekat ke samping pemuda pirang itu. Melihat wajah Naruto yang tersenyum bahagia.
Hinata tidak pernah tahu mengapa kamar ini selalu gelap dan hanya ada lampu kecil yang meneranginya.
Barangkali Naruto lebih nyaman berada di tempat seperti ini.
Meski pencahayaan dia tidak begitu terang. Namun, cahaya-cahaya dari gedung-gedung di dekat kamar hotel tersebut, telah berhasil membuat Hinata melihat dengan jelas wajah tersenyum namun sedih itu.
"Aku akan pergi ke mana pun Uzumaki-kun pergi." Naruto tidak pernah mau terlihat lemah pada siapa pun, termasuk perempuan di sampingnya ini.
Namun jika Hinata berkata seperti itu kepadanya. Entah mengapa ia tak mampu untuk menahan segala rasa sedih tetapi menyenangkan yang selalu dia rasakan ketika bersama gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healing Love
FanfictionAwalnya memang ingin menghindar. Tidak ingin melibatkan siapa pun ke dalam masalahnya. Tidak ingin mengenal siapa pun karena pasti mereka terluka karenanya. Naruto Uzumaki terlahir sebagai anak dari seorang wanita yang menjadi istri keempat Mafia d...