#5: The First One

2K 208 0
                                        

Pembayaran:

♦ BNI

♦ BCA

♦ OVO (sudah tidak menerima melalui Gopay)

Bagi yang ingin ikut PO Healing Love, bisa melalui PM Wattpad atau jika kalian sudah memiliki Whatsapp nomor saya, silakan PM langsung.

PO dibuka sampai awal September, kemungkinan pertengahan September atau awal November sudah jadi. Dikarenakan naskah dan ilustrasi sudah siap, tidak perlu menunggu waktu lama lagi untuk masa cetak.

HARGA FANBOOK BELUM TERMASUK ONGKIR

(Jika memang terdapat kenaikan harga secara tiba-tiba, saya selalu menyediakan kompensasi berupa PIN/Ganci)

□■□■□■□■□

Hinata baru saja masuk ke dalam rumah. Saat kakinya telah menyelusup masuk ke dalam sendal selop. Ia mendengar suara ayahnya berbicara keras mengenai isi berita yang sama berulang kali muncul pada setiap harinya di beberapa media, seperti televisi.

"Apa untungnya bergantung dengan Yakuza?" saat pertanyaan ayahnya muncul, Hinata berdiam diri di ambang kosen, mengurungkan niat untuk memberikan salam. "Keamanan di negeri ini sudah mulai mengkha-watirkan. Beberapa waktu lalu mereka mengalami baku tembak dengan Yakuza, sekarang mereka melakukan kerja sama dengan Yakuza, apa mereka sudah gila atau mereka justru disuap? Hal itu sama-sekali tidak masuk akal. Apa tidak ada penolong lain selain Uzumaki-gumi?"

Berita yang diambil untuk petang ini pembahasan yang sama seperti beberapa hari lalu. Semuanya mengenai beberapa kelompok radikal yang perlu diwaspadai.

Berita-berita berulang itu seakan tidak memiliki tombol berhenti untuk mengulas para kelompok ekstrem wilayah Kanto yang memiliki kedekatan dengan seorang pejabat pemerintahan. Setiap harinya, berita itu memiliki alasan lain untuk diulas secara berulang. Memiliki berita yang sama namun terkadang memiliki isi yang berbeda.

Sementara itu, ayah Hinata hanya seorang pekerja biasa tanpa ada kabar akan memiliki peningkatan jabatan selain hanya sebagai buruh pemerintahan, PNS dengan gajinya yang lumayan besar untuk seukuran keluarganya yang sederhana.

Namun meski begitu, ayahnya terkadang memang memusingkan negara layaknya para pejabat di negeri ini.

Ayahnya tidak henti-hentinya mengkritik para atasannya, yang terkadang ketahuan telah bekerja sama dengan Yakuza. Pejabat-pejabat itu memiliki alasan, antara lain tidak inginnya untuk kalah dalam suatu pemilihan hingga melakukan acara kotor dan membayar kompensasi besar sebagai pemasukan para Yakuza.

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan sebegitu rumitnya," Hinata mengembuskan napas cukup tenang, bahwa yang bersama ayahnya adalah pamannya. "Hanya karena kau selalu menerima berita-berita miring tentang mereka. Apalagi, pemerintahan pasti memiliki suatu alasan, yang tentu tidak kita tahu, ada alasan apa di balik mereka bekerja sama dengan Uzumaki-gumi. Kudengar klan itu sudah ada sejak Keshogunan. Keturunan sudah tercatat silsilahnya hingga sekarang. Bahkan ini tidak sekadar kabar burung, tentang mereka yang selalu membantu pihak kepolisian dari belakang."

"Kau percaya dengan hal seperti itu?"

"Entah, antara percaya atau tidak percaya. Aku suka membaca berita tidak hanya satu saja. Kita perlu membaca banyak berita sebelum mencerna berita baru yang kadang membuat kita naik darah sendiri."

Pamannya bernama Hizashi. Beliau, pria yang selalu tenang. Adik kembar ayahnya yang seringkali mencairkan suasana dengan tawanya yang ringan.

"Oh, Hinata sudah pulang?" Hizashi menoleh ke arah keponakannya yang berjalan masuk dengan menganggukkan kepalanya.

Healing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang