#7: Halted Watch

1.7K 216 1
                                    

BAHAYA TIDAK SAMPAI TAMAT! Cerita ini di-publish ulang untuk mereka yang ingin tahu Fanbook pertama saya, serta untuk siapa pun yang menginginkan Pre-Order HEALING LOVE.

Dikarenakan ada 4 orang yang menginginkan cerita ini dicetak ulang, saya mencari pasukan lebih banyak. Kali aja sebenarnya ada yang berminat juga karena harganya yang masih murah.

HARGA: 170.000 (belum termasuk ongkir)

HALAMAN: 500

ILUSTRASI: 10

Ukuran: 14x20

□■□■□■□■□

"Minato-oyabun, maafkan saya." Annie duduk bersimpuh di depan Minato yang pada akhirnya membuang napasnya cukup lelah ke udara. Ia tahu kenapa Annie sampai meminta maaf padanya malam ini. Tak lama dari itu Minato mendorong kursinya mundur, hingga mengeluarkan suara berderit. Dia kemudian bangkit dari duduknya, mengabaikan Annie yang malam-malam datang ke hadapannya.

"Ini kesalahanku Annie," seru Minato lirih, dan ia berusaha untuk menangkan dirinya sendiri.

Walaupun sebenarnya, degup pada dada minato malah bertambah sepuluh kali lipat, dan degupan tersebut lebih cepat dari saat ia pertama kali menerima kabar, bahwa putranya sedang mengamuk dengan alasan telah mendapati dirinya berjalan dengan seorang wanita di Ikebukuro.

"Aku akan berbicara dengannya." Untuk kedua kalinya Minato membuang napasnya. Dia tidak tahu harus bagaimana untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat tanpa menimbulkan kekacauan, apalagi membuat putranya lebih marah dari sekadar cacian dari belakang ia terima.

Tatkala masih merasakan hati membara ingin membakar, Minato memandang keluar jendela ruangan tersebut, demi mencari sebentuk hiburan di antara orang-orang pejalan kaki di bawah sana.

Saat ini, Minato berada di tempat khusus, pada bagian salah satu hotel besar di Minato, sebuah distrik yang memiliki kesamaan nama seperti namanya.

"Ini kesalahanku karena telah membawa wanita itu keluar dari tempatnya," katanya, yang menyadari sepenuhnya itu kesalahan darinya sendiri.

"Seharusnya aku memang tidak menerima tawaran dia untuk berjalan-jalan keluar dan pergi ke Ikebukuro. Aku sudah menduga bahwa hal seperti ini akan segera terjadi suatu hari nanti pada kami. Naruto akan tahu, dan hal tersebut membuat diriku jauh merasakan sebentuk kesalahan kecil tetapi begitu menusuk dadaku."

Sekali lagi, Minato menarik napas cukup kuat, dan kemudian ia membuangnya kasar.

Disela-sela ia melakukan itu, ada semacam tarikan menyakitkan, yang kemudian justru hunjaman kesengasaraan begitu kuat menghujaninya.

Betapa pria itu merasakan sesak yang menyulitkan dia sendiri untuk sekadar menghirup oksigen. Ia sudah cukup kuat untuk menahan perasaan dan emosinya, tetapi apa yang ia terima malam ini pengecualian.

"Entah kenapa, dalam waktu-waktu seperti ini aku jauh merasakan penyesalan atau begitu saja mengabsen segala kesalahanku."

Minato mencoba tersenyum sambil menjatuhkan pandangan pada segerombolan pejalanan kaki, yang justru mirip sekelompok semut membentuk barisan rapi.

"Minato-oyabun, saya akan berusaha untuk tidak membuat Aniki kembali membahas ini, apa pun yang terjadi. Saya dan Hibiki akan membuat Aniki kembali tenang."

Minato mendadak tergelak. Suaranya cukup keras di ruangan penuh kesunyian ini.

Hal yang membingungkan adalah perasaan bersalah. Tidak pernah sanggup ia singkirkan. Terus seperti itu sampai memekat di dalam dada dan benaknya. Menempel seakan apa yang ia pilih untuk hidupnya dan hidup orang lain itu sebentuk cairan lem kuat.

Healing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang