Jilid 7

1.8K 32 5
                                    

Karena merasa tidak bersalah, maka dada Lamkiong Peng cukup lapang, ia tidak menghiraukan sikap Wi Ki dan ucapan Kwe Giok-he yang bersifat negatif itu, ia pikir, "Memang ingin kutanya keadaan Liong-toako, kebetulan sekarang orang tua ini telah mendahului bertanya bagiku."

Melihat kecanggungan di antara anak murid Put-si-sin-liong itu, diam-diam tokoh kosen dari luar perbatasan, Ban-li-liu-hiang (meninggalkan nama harum beribu li) Yim Hong-peng, menaruh perhatian, ia pikir apakah di antara anak murid Sin-liong ini terjadi pertentangan atau persaingan, mengapa ketiganya tidak ada kesatuan ucapan dan perbuatan?

Dalam pada itu Giok-he telah menjawab dengan menghela napas, "Toako bersama Simoay berjalan di belakang, kukira sebentar ... sebentar dapat menyusul kemari."

Sudah tentu apa yang dikatakan Giok-he ini hampir tidak pernah terjadi sebelum ini, dengan sendirinya Lamkiong Peng merasa heran dan sangsi.

Dengan kening bekernyit Wi Ki hendak bertanya lagi, pada saat itulah sebuah kereta kuda kecil bertabir kain putih tampak muncul di tengah kerumunan orang banyak.

Penumpang kereta tidak kelihatan, hanya sebuah tangan putih halus terjulur keluar dari balik tabir memegangi tali kendali.

Air muka Lamkiong Peng agak berubah.

Giok-he memandangnya sekejap, lalu berucap dengan tersenyum, "Eh, adik keluarga manakah penumpang kereta ini, apakah Gote kenal dia?"

Belum habis ucapannya, tabir kereta mendadak tersingkap, tertampaklah seorang perempuan mahacantik berduduk di dalam kereta, ia menyapu pandang sekejap semua orang, lalu menatap Lamkiong Peng dan bertanya, "Hei, sudah selesai belum percakapan kalian?"

Tentu saja semua silau oleh kecantikan perempuan penumpang kereta ini, seketika beratus pasang nyata sama terpusat ke arahnya.

"Ah, tadi kukira Gote pergi ke mana, kiranya ...." Giok-he tersenyum, lalu menyambung lagi, "Wah, alangkah cantiknya adik ini. Sungguh engkau sangat hebat, Gote, baru satu hari saja sudah berkenalan dengan seorang nona secantik bidadari, tampaknya kalian sudah sedemikian mesranya."

Tiba-tiba Wi Ki mendengus, "Yim-tayhiap, Ciok-siauhiap, hendaknya nanti kalian sudi mampir ke kediamanku untuk sekadar berbincang-bincang lagi, sementara ini kumohon diri lebih dulu."

Lalu ia pun memberi hormat kepada para hadirin dan berseru lantang, "Atas kesudian para hadirin berkunjung kemari dari jauh, marilah suka mampir juga ke dalam kota untuk minum beberapa cawan sekadar pelepas lelah."

Habis bicara ia lantas melangkah pergi di tengah berjubelnya orang banyak.

Para hadirin juga lantas ikut bubar dan beramai-ramai masuk ke kota Se-an.

Menghadapi sikap dingin orang, hati Lamkiong Peng rada penasaran, cuma sukar untuk memberi penjelasan.

Giok-he tersenyum senang, setelah Wi Ki pergi jauh, perlahan ia mendekati kereta, sapanya, "Siapakah nama adik yang terhormat ini? Ada keperluan apa kiranya engkau mencari Gote kami?"

Bwe Kim-soat duduk diam saja di tempatnya dan memandangnya dengan tak acuh, sama sekali tidak menghiraukan pertanyaannya.

Cepat Lamkiong Peng mendekati dan memperkenalkan mereka, "Inilah Toaso kami dan nona Bwe ini ...." dengan sendirinya ia tidak dapat menjelaskan asal-usul Bwe Kim-soat.

"O, kiranya nona Bwe, sungguh kami ikat bergembira Gote dapat berkenalan dengan nona Bwe," kata Giok-he dengan tersenyum.

Tiba-tiba Kim-soat mendengus, "Hm, si kakek pergi begitu saja, tentu kau sangat senang?"

Giok-he jadi melengak.

Betapa pun Lamkiong Peng tetap menghormati sang Toaso, ia pun tahu watak Bwe Kim-soat, maka ia menjadi serbasalah melihat di antara keduanya tidak ada kecocokan, cepat ia menyela dengan urusan lain, tanyanya "Toaso, di mana Toako?"

Amanat Marga (Hu Hua Ling) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang