Jilid 14

1.6K 37 0
                                    

"Dan bagaimana setelah kau tahu sekarang?" jengek Loh Ih-sian.

Di luar sana masih gaduh, segera Yim ong hong berteriak, "Cin-loji, lekas membawa para saudara kita mengundurkan diri keluar perkampungan, Hong-tun-sam-yu berada disini!"

Belum lenyap suaranya Cin Luan-ih telah melompat ke depan pintu, serunya kaget, "Ah, kiranya betul ketiga Taihiap berada disini, tak terduga kungfu yang kami latih selama berpuluh tahun ini tetap tidak mampu menahan sekali terkam dari udara oleh Loh tai-hiap."

DI bawah hujan lebat sana mendadak ada orang berteriak, "Huh, Hong-tun sam-yu apa segala? Jauh-jauh kita sudah datang kemari, masa selalu satu patah kata ini saja kita lantas mundur dengan tangan hampa."

Pada saat yang sama serentak belasan bayangan orang lantas menerjang maju.

Mendadak Cin Luan-ih membalik tubuh dan membentak, "Siapa itu yang bicara?"

Segera seorang lelaki pendek kecil dengan sinar mata tajam tampil ke muka, seorang di sebelah kiri juga menjengek, "Hm, menyuruh kawan sendiri pergi, sedikitnya kau perlu di beri sedikit sangu? Betul tidak, kawan-kawan?"

Belasan orang sama mengiakan.

"Ah, kiranya kedua Pek cecu," ucap Yim ong hong dengan tertawa sambil mendekati kedua orang itu. "Katakan saja terus terang, sesungguhnya apa yang kalian minta?"

Orang yang di sebelah kiri menjawab, "Dari jauh kami datang kemari, adalah layak bilamana kami minta bagian, sebagai orang tua tentu juga harus memikirkan nasib para saudara kami yang sudah lelah ini."

"Baik, terimalah ini?" seru Yim ong hong sambil tertawa, berbareng kedua tangannya menyodok ke depan.

Terdengarlah suara "blang-blang" dua kali, kontan kedua Pek bersaudara menjerit dan tumpah darah serta terguling ke bawah undakan sana.

"Nah, siapa lagi yang minta bagian rezeki?" jengek Yim ong hong kemudian.

Seketika kawanan bandit sana bungkam, hanya suara hujan saja yang terdengar, belasan orang itu sama berdiri diam, bernafas saja tidak berani terlampau keras.

"Enyah!" bentak Yim ong hong.

Buru-buru belasan orang itu ngacir keluar.

Hong-ih-siang-pian lantas memberi hormat dan mohon diri.

"Sudah lama kita berkenalan, kalian ternyata belum lagi melupakan kami, meski sekarang kami sedang menghadapi urusan gawat, tapi bilamana kalian perlu bantuan sedikit banyak masih dapat kuberikan," kata Lamkiong siang ju.

"Ah, cengcu tidak menghukum kami saja sudah membuat kami berterima kasih, mana kami berani mengharapkan urusan lain," jawab Yim ong hong.

"Jika demikian, karena kami masih ada urusan, biarlah kita sudahi sampai di sini," kata siang-ju sambil memberi tanda mengantar tamu.

Yim ong hong dan Cin luan-ih memberi hormat. Selagi mereka hendak melangkah pergi, mendadak Loh-ih-sian berkata, "nanti dulu, Ingin kutanya sedikit, ketika kalian datang tadi, tentu kalian telah bertemu dengan anak murid Tiam-jong di depan sana?"

"ya, Anak murid Tiam-jong sudah terluka lebih separuh, kecuali Tiam jong yan dan Thian-go berdua, yang masih sanggup bertempur tidak seberapa orang lagi."

Habis menutur, kedua orang itu lantas mohon diri dan angkat kaki.

Setelah berada di tengah ruangan, Loh-ih-sian berkata, "Jika kepungan kawanan penyatron sudah menipis, kenapa kesempatan ini tidak digunakan Toako untuk mengangkat peti-peti ini keluar?"

Lamkiong siang-ju tersenyum pedih,"Para utusan Cu-sin-to sudah datang satu kali, tapi mereka tidak menjelaskan tempat penyerahan harta benda ini, umpama peti ini kita angkut keluar, lalu harus diantar kemana?"

Amanat Marga (Hu Hua Ling) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang