Jilid 8

1.7K 37 0
                                    

Pada saat yang sama sepotong kayu terbakar mendadak jatuh dari atas. Dalam keadaan tergencet, sebisanya Wiki meloncat ke samping.

"Trang" gelang baja menghantam lantai, kayu hangus tadi juga jatuh menerbitkan lelatu.

Ketika Wiki dapat menenangkan diri, dilihatnya Bwe kiam-soat telah berdiri di depannya dengan tersenyum.

Sementara itu kobaran api tambah besar, bangunan restoran Thian-tiang-lau yang kukuh itu sampai berguncang dan hampir runtuh.

Lamkiong Peng dan Lu thian-an masih berhadapan dan bertempur dengan sengit.

Padahal keduanya sebenarnya dalam keadaan sama-sama payah, sampai akhirnya setiap pukulan dan setiap tendangan hampir serupa permainan anak kecil saja. Namun air muka mereka justru jauh lebih prihatin.

Mendadak Lamkiong peng melancarkan pukulan dengan jurus Thian-liong-ie-dian atau naga meluku di sawah, dengan langkah lamban Lu thian-an mundur mengelak.

Pada saat itulah terdengar suara gemuruh, papan loteng telah runtuh sebagian, lidah api pun menyambar dari bawah ke atas, kebetulan langkah mundur Lu thian-an itu tepat menginjak papan loteng yang runtuh.

Ia menjerit kaget, syukur jarinya masih sempat meraih tepian papan loteng, tapi papan loteng itu lambat laun juga ambrol ke bawah. Tampaknya dia akan ditelan oleh lautan api. Dengan tenaganya sekarang mana dia mampu melompat lagi ke atas.

Tanpa pikir Lamkiong peng memburu maju dan menarik tangan Lu thian-an. Padahal ia sendiri pun kehabisan tenaga, dengan sendirinya tidak mampu menarik naik Lu thian-an.

Kembali terdengar suara "krek" tempat berpijak Lamkiong peng juga akan ambrol, bilamana dia mau melompat mundur, terpakas Lu thian-an harus dilepaskan dan akan terjeblos ke dalam lautan api, tapi kalau dia tidak melompat mundur, ia sendiri pun akan ikut terkubur di tengah amukan api.

Sekujur badan Lu thian-an tampak gemetar, rambut jenggotnya sudah penuh lelatu api, tampaknya mulai terbakar.

Memandangi lawan yang telah bergebrak mati-matian dengan dirinya ini, mendadak timbul rasa kasihannya, pegangannya dipererat dan tak terlepaskan.

Mendadak sepotong kayu hangus jatuh dari atas, untuk menghindar jelas tidak mungkin, terpaksa Lamkiong peng hanya miringkan kepalanya saja sehingga kayu hangus menyerempet jidat dan mengenai pundaknya. Hanya selisih beberapa senti saja mungkin jiwa Lamkiong peng bisa melayang bilamana tepat mengenai kepalanya.

Sungguh tak terkatakan terharu hati Lu thian-an oleh keluhuran budi anak muda ini, dengan suara gemetar ia berteriak, "Lari.... lekas lari.....jangan urus diriku!"......."

Namun Lamkiong peng tetap memegangi sekuatnya, darah dari kening bercampur dengan air keringat bercucuran menetesi tubuh Lu thian-an.

Di sebelah sana Wiki sedang menubruk ke arah Bwe kiam soat dengan murka, "Hari ini biarlah kuadu jiwa dengan mu"

Gelang di tangan kanan segera mengepruk kepalan kiri juga menghantam.

"Hm memangnya kejadian sepuluh tahun yang lalau itu salahku?" jengek Bwe kiam-soat, dengan lincah ia hindarkan serangan Wiki itu, menyusul ia balas menabas pinggang lawan dengan pedangnya.

Dengan beringas Wiki berteriak, "tidak peduli siapa yang salah, yang jelas engkau lah pangkal bencananya, tanpa dirimu tentu takkan terjadi hal-hal begitu."

Rada merandek juga daya serangan Bwe kiam-soat, gumamnya, "Tanpa aku takkan terjadi hal begitu.....Memangnyya salahku? Tapi apa kesalahanku?"

Wiki menerjang pula deangan kalap. Teriaknya, "Pokoknya perempuan adalah air bencana, biarlah hari ini kau mampus di tanganku1"

Amanat Marga (Hu Hua Ling) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang