Jilid 26

1K 27 0
                                    

Siau Bong-wan tertawa licik, katanya pula, "Keluarga Lamkiong kaya raya turun temurun sekian lamanya, ayah-bundamu juga pernah mengguncangkan dunia kangouw, jika sekarang mereka mengalami nasib seperti ini, memang-nya atas perbuatan siapa? Kongcu masih muda dan gagah perkasa, engkau tidak berusaha membangun kembali keluarga Lamkiong dan mengembalikan kehormatannya dan menuntut balas pada sumbernya yang membuat runtuhnya keluarga Lamkiong kalian, tapi sekarang Kongcu cuma memikirkan sakit hati pribadi tanpa menghiraukan keselamatan orang tua, pikiran sempit demikian sungguh sukar untuk dimengerti."

Lamkiong Peng menjadi ragu dan bingung. Ucapan Siau Bong-wan memang juga betul, sebabnya keluarga Lamkiong sampai runtuh seperti ini adalah berkat tindakan Cu sin-tocu. namun jayanya keluarga Lamkiong juga boleh dikatakan berkat Cu-sin-to.

Apalagi sekarang Cu-sin-to sudah runtuh dan bubar, Cu-sin-to-cu Lamkiong Eng-lok juga sudah meninggal dunia, ke mana lagi dia harus menuntut balas?

la menjadi bingung siapakah musuhnya yang sebenarnya, apakah Swe Thian-bang? Memang sekarang terbukti juga Swe Thian-bang telah membikin celaka orang tuanya, tapi umpama Swe Thian-bang dibunuhnya apakah mungkin dapat memulihkan marga Lamkiong yang telah runtuh.

Selagi kusut dan bingung pikiran Lamkiong Peng, tiba-tiba Lamkiong Siang-ju bergelak tertawa, "Haha, jangan kau percaya ocehannya, Anak Peng. Apa pun yang akan terjadi adalah kewajibanku sebagai ahli waris marga Lamkiong. Swe Thia-bang adalah manusia culas dan keji, secara kejam dunia kangouw hendak ditaklukkannya, adalah kewajibanmu untuk menumpas kebatilan demi keamanan umum, apa yang kau ragukan lagi, anak Peng?!"

Semangat Lamkiong Peng tergugah oleh seruan sang ayah, serentak ia membentak, "Ayo, bangsat! Majulah untuk menerima kematianmu!"

"Hehehe," Siau Bong-wan terkekeh. "Orang bilang Lamkiong-kongcu ahli waris marga terkemuka dan murid Sin-liong tak terkalahkan, tampaknya memang gagah perkasa tapi apakah tidak kau pikirkan lagi nyawa kedua orang tua yang terletak dalam genggamanku?"

Karena ancaman ini, kembali Lamkiong Peng merasa sangsi.

"Maju anak Peng, mampuskan bangsat itu!" teriak Lamkiong Siang-ju.

Segera Lamkiong Peng hendak menubruk maju.

Tapi Siau Bong-wan lantas berseru pula, "Haha, obat penawarnya berada padaku, apakah benar engkau tidak peduli lagi akan mati-hidup ayah-ibumu"

Baru saja Lamkiong Peng kelihatan ragu, cepat Lamkiong Liang-ju berteriak, "Tidak anak Peng, jangan kau lupakan amanat leluhur kita. Bila benar engkau taat kepada ajaran marga, lekas kau mampuskan bangsat itu tanpa menghiraukan kami."

Perasaan Lamkiong Peng serasa disayat sayat ia paham kebesaran jiwa sang ayah, tapi sebagai anak masa dia lega menyaksikan orang tua mati begitu saja

"Tidak ayah, tak dapat ku . ... " 

Belum lanjut ucapan Lamkiong Peng, mendadak Lamkiong Siang-ju mengangkat sebelah tangannya dan mengancam, "Anak Peng, jika kau sangsi lagi segera kuhancurkan kepala ibumu din segera kubunuh diri pula. Daripada menyaksikan anak tak berbakti yang tidak tegas, lebih baik kami mendahului mangkat!"

"Jangan ayah, jangan ..." ratap Lamkiong Peng. Segera ia menambahkan dengan beringas, "Baik ayah, anak siap melaksanakan perintahmu dan bersumpah membalaskan sakit hatimu!"

Habis berkata, serentak ia menubruk maju sambil membentak, "Bangsat, serahkan nyawamu!"

Melihat sikap beringas anak muda itu, segera Siau Bong-wan meraba sakunya dan bermaksud menghamburkan racun asap yang telah disiapkannya.

Akan tetapi sebelum dia bertindak, sekonyong-konyong sesosok bayangan melayang tiba secepat terbang, baru saja Sian Bong-wan berpaling, tahu-tahu pinggang terasa kesakitan dan roboh terkulai tanpa bisa berkutik lagi.

Amanat Marga (Hu Hua Ling) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang