Jilid 11

1.5K 34 0
                                    

Namun Cian Tong-lai menghadapinya dengan tertawa, sikapnya pongah, tamparan orang dianggapnya sepele, sekenanya ia hendak mengkis sambil mengejek, "Hm, hanya begini saja......."

Belum lanjut ucapannya, sekonyong-konyong dirasakan tenaga tamparan orang sangat kuat, tangan sendiri yang menangkis terasa kaku kesemutan, tanpa kuasa ia tergetar mundur beberapa tindak.

Sesuai dengan pesan si gelang terbang Wiki, mestinya Lamkiong Peng tidak bermaksud melukai Cian tong-lai, tapi sikap orang yang congkak dan ucapannya yang menghina membuatnya tidak tahan. Sambil membentak segera ia menubruk maju, sekaligus ia menghantam dua-tiga kali, selalu mengincar beberapa hiat-to penting di bagian iga lawan.

Meski lengan Cian tong-lai masih terasa kesemutan, namun gerakannya tidak kurang gesitnya, dengan cepat ia menghindar dan balas menyerang beberapa kali.

Keduanya sama terkesiap oleh ketangkasan lawan dan tidak berani lagi saling meremehkan.

Dalam pada itu Ban Tat telah memburu tiba, ia pun terkejut melihat pertarungan sengit kedua orang itu. Apalagi dilihatnya air muka Bwe kiam soat dan Yap manjing juga menunjuk rasa cemas, mau-tak mau ia ikut prihatin.

Mendadak terdengar suitan Lamkiong Peng, kedua tangan menghantam susul menyusul dengan jurus 'Ciam-liong-sing-thian' atau naga sembunyi melambung ke langit.

Diam-diam Ban Tat bergirang, ia pikir sekali anak muda itu mengeluarkan jurus serangan andalan perguruannya, kemenangan tentu tidak perlu diragukan lagi.

Tak tersangka Bwe kiam soat dan Yap manjing justru sama menjerit kuatir, berbareng mereka pun menubruk maju.

Kiranya selama beberapa hari ini Lamkiong Peng sudah terlampau letih, ia sudah kehabisan tenaga sehingga gerak-geriknya mulai lamban, jurus Ciam-liong-sing-thian itu dilancarkannya dengan terpaksa, tujuannya hanya untuk gugur bersama musuh.

Namun Bwe kiam soat dan Yap manjing yang menyaksikan di samping jauh lebih jelas, mereka tahu tenaga murni Lamkiong Peng sudah habis, dengan melancarkan serangan maut itu keadaan anak muda itu justru lebih celaka daripada selamatnya. Maka mereka terus menubruk maju untuk membantu.

Cian tonng-lai mendengus sembari menggeser ke samping, ketika Lamkiong Peng yang melambung keatas itu mulai turun, segera ia pun bersuit dan bermaksud melompat untuk menyongsong lawan.

Pada saat itulah tiba-tiba dari kanan-kiri menubruk tiba dua sosok bayangan orang dengan angin pukulan dasyat. Ia terkejut, cepat ia berputar melepaskan diri dari gencetan itu.

Sementara Lamkiong Peng sudah melayang turun, karena sasarannya keburu menggeser, cepat gunakan gerakan 'Sin-liong-hi-in' atau naga sakti memainkan awan, dengan berjumpalitan ia menancapkan kakinya di tanah dengan enteng.

Sempat dilihatnya Bwe kiam soat dan yap manjing sama meliriknya sekejap, habis itu mereka terus menerjang lagi ke arah Cian tong-lai, dari lirikan mereka itu jelas kelihatan perhatian mereka terhadap keselamatan Lamkiong Peng.

Tergetar hati Lamkiong Peng. Ban Tat juga gegetun dan diam-diam ikut merasa bahagia bagi anak muda itu. Akan tetapi sebagai orang tua yang sudah kenyang asam garam kehidupan, rasanya di balik kebahagiaan itu seperti ada sesuatu yang mengkuatirkan.

"Haha, tampaknya kedua nona benar-benar ingin belajar kenal dengan kepandaianku, baiklah kuperlihatkan sejurus dua jurus istimewa, supaya kalian tahu siapa tahu diriku," seru Cian tong-lai dengan tertawa, akan tetapi ketika selesai ucapannya, dia tidak sanggup tertawa lagi.

Mendadak Bwe kiam soat menutuk empat kali ke beberapa hiat-to mematikan di tubuh Cian Tong-lai, meski keempat hiat-to itu tersebar di bagian yang berbeda, namun gerak serangan Bwe kiam soat itu seakan-akan dilancarkan secara serentak.

Amanat Marga (Hu Hua Ling) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang