21. Nonsense with a million promises

4.2K 206 0
                                    

..

Pagi yang cerah tidak secerah hati wanita berumur 20an itu.

Wanita yang tengah menyibukkan dirinya dengan beberapa baju yang akan di letakannya ke dalam koper dari sebuah almari berpintu dua.

Cklek..

Seorang pria yang berumur sejajar dari wanita tadi berdiri di ambang pintu hendak keluar namun tidak keluar melainkan tersenyum.

Yaa.. mereka adalah Tania juga Kevin. Hari ini mereka akan berpindah ke Apartemen yang lebih besar.

Apartemen yang selama ini ia tinggali dengan Tania memanglah tidak cukup untuk dua manusia. Tetapi hanya untuk dirinya sendiri karena memang Kevin membelinya agar ia tidak perlu bolak-balik dari perusahaan ke rumah mamahnya.

Tania memandang beberapa pakaian lagi yang masih belum masuk ke dalam kopernya itu.

"Kenapa jadi gak muat gini sih pakaiannya," decak kesal Tania sembari berkacak pinggang.

Kevin memperhatikan tingkah laku Tania dengan masih berdiri di ambang pintu.

"Sepertinya kau terlalu banyak belanja baju selama ini," ujar Kevin dari arah belakang, sontak Tania menoleh.

"Mungkin," ucap Tania tidak memperjelas jawabannya lagi. Tidak seperti yang lalu-lalu.

Kevin memperhatikan beberapa pakaian lengan panjang maupun pendek dan sepatu kets yang masih tergeletak di sofa.

Sebuah ide terlintas di pikiran Kevin.

Kevin masuk kedalam kamarnya dengan langkah terburu-buru. Dia mengambil koper hitam yang berukuran lebih besar dari milik Tania dari atas lemarinya.

"Kurasa ini cukup untuk barangnya yang tersisa," ujarnya kemudian menyeret koper hitam miliknya ke arah ruang tamu namun Kevin menemukan Tania sedang mengeluarkan dan memasukkan pakaian tersebut.

"Tania. Ini koperku. Kau bisa memakainya. Mungkin berguna untuk semua barangmu jika di letakkan di koperku,"

"Aku gak butuh Kevin.. koperku cukup," ucap Tania kemudian menutup resleting koper milik Tania.

"Bagaimana sisa pakaian ini, kau akan buang barang mu kemana?"

"Tidak ada barang yang akan ku buang Kevin. Aku akan menyumbangkankannya ke panti asuhan pelita pinggir ibu kota," jawab Tania dengan mata berbinar.

"Ohh begitu," ujar Kevin.

Tania mengambil kantong kresek dari dapur untuk meletakkan beberapa pakaian sisa ke dalam kresek tersebut.

"Ayo Tania.. biar barangnya nanti di bawakan petugas saja," ajak Kevin tanpa menyadari menggenggam tangan Tania untuk mengajaknya keluar Apartemen.

Tania menyadari tangannya yang tertarik ke depan seiring badannya yang juga tertarik.

"Tidak! Tania.." Tania menggelengkan kepalanya kemudian melepaskan tangan Kevin kasar.

Kevin menoleh ke arah tarikan kasar dari Tania.

"Maafkan aku," ucap Kevin.

Tania muak mendengar gumaman kata 'maaf' dari Kevin. Baginya omongan yang keluar dari mulut Kevin adalah omong kosong.

Sebuah omong kosong dengan sejuta janji yang indah namun sekali kau masuk dalam iming-iming Kevin. BOOM kau terjatuh.

Tania tidak menghiraukan pengutaraan Kevin, ia memilih berjalan menuju lift.

Tania menempelkan kartu pada layar hitam lift. Apartemen yang mereka tempati menggunakan akses kartu untuk menuju lantai berikutnya dan dengan otomatis lift akan menuju apa yang di perintahkan dari kartu tersebut.

Kevin melihat pintu lift akan tertutup. Ia segera berlari.

Beruntungnya pintu baru akan setengah tertutup ia sudah melesat masuk ke dalam lift dan sedikit mendorong tubuh Tania agar ia bisa menerobos masuk lift tersebut.

"Aww!'

-Dnhekaa


Story Of The Marriage Life||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang