Aku sempat mengurung diri di kamar dan tak ingin keluar. Namun keesokan harinya unnie tiba-tiba datang dan mencoba membujukku. Tentu aku makin meledak, pasalnya unnie setuju akan perjodohan yang dibuat daddy. Mereka benar-benar. Apa jadinya duniaku jika aku di jodohkan dengan alien dari bumi yang bernama Kim Taeyeon itu?
Aku terus membisu dan membuat perang dingin dengan keduanya. Bahkan menatap unnie dan daddy saja aku tak mau. Namun sikapku yang seperti ini malah menjadi boomerang. Daddy tidak makan. Dia mogok makan sepanjang hari. Aku melihat unnie terus membujuknya makan namun Daddy terus menolak. Ia melakukan itu sampai seharian penuh. Unnie sempat mengomeliku agar aku setuju saja dengan perjodohan itu agar Daddy berhenti menyakiti dirinya. Di ujung masalahnya adalah saat malam tiba, aku mendengar teriakan unnie di kamar mandi dan melihat Daddy yang tak sadarkan diri di kamar mandi.
Kami langsung membawanya ke rumah sakit saat itu juga. Daddy terkena serangan jantung. Pikiranku bergulat diantara cemas, bingung, penolakan, ketakutan dan banyak hal lagi. Unnie sempat menangis karena begitu takut kehilangan Daddy. Dan aku hanya bisa diam seribu bahasa, tidak sanggup berkata apa-apa lagi.
Dokter mengatakan bahwa Daddy diselamatkan di waktu yang tepat. Kami sangat bernafas lega. Namun Daddy harus di rawat selama 3 hari di rumah sakit.
Karena kejadian itulah dengan amat terpaksa. Mau dan harus mau. Aku setuju menikah dengan Taeyeon. Aku belum bertemu dengan gadis pendek itu. Karena waktuku tidak banyak. Aku pulang kembali ke seoul untuk mengurus surat resign. Sungguh, hatiku sungguh berat harus meninggalkan apa yang semua aku miliki di seoul. Teman, pekerjaan, tempat tinggal. Semuanya harus kutinggalkan hanya dalam kedipan mata.
Meski proses resign-ku terbilang memakan waktu hingga 2 minggu. Itu karena pimpinan terus mengundur-undur dan terus berusaha membujukku untuk membatalkan keputusanku. Aku juga tak menginginkan semua ini. Namun aku harus melakukannya.
##
Pernikahan yang dibuat dirasa cukup sederhana. Hanya mengundang beberapa teman dekat dan keluarga saja. Aku juga heran kenapa Taeyeon tidak membuat pesta besar, padahal dia sangat kaya. Ini seperti pernikahan biasa saja, di kebun bunga terbuka dan menjamu beberapa tamu hingga malam. Itu saja.
Sulit bagiku harus terus berpura-pura tersenyum saat tamu datang dan menyalami mereka. Jika bukan karena daddy bisa terkena serangan jantung kapan saja, aku tidak akan setuju pernikahan ini terjadi.
##
Saat kita pulang dan masuk kamar. Aku menggulung diri didalam selimut sembari menangis tak bersuara.
" Tiffany-ssi... Kau sudah tidur. "Aku mendengar suara Taeyeon bertanya. Namun aku menutup mulut rapat-rapat. Tak sudi menjawab pertanyaannya. Tidak ada orang yang tahu betapa menderitanya aku saat ini.##
Keesokan harinya. Aku melihat Taeyeon yang tertidur lelap di lantai hanya dengan beralaskan satu lembar kain tebal saja.
Aku tak ingin memperdulikannya dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Karena tak ada yang bisa dilakukan dirumah, aku malah melamun diruang tamu sehabis selesai mandi. Oh. Rasanya aku seperti di penjara. Padahal ini baru saja sehari. Tapi aku sudah merasa amat bosan dan begitu stress.
" Kau disini rupanya. Aku sudah membuat sarapan. Apa kau mau makan?? "
Aku terbangun dari lamunanku karena suara Taeyeon. Dia sudah membuat sarapan dan mandi. Berarti aku cukup lama duduk disini. Aku sempat memandanginya sejenak. Lalu pikiranku menjadi terbang kemana-mana. Membayangkan kehidupan pernikahan dengan alien pendek berkulit cat putih ini. Aku malah semakin stress setelah membayangkannya hingga tak tahan dan akupun hanya bisa menangis." Tiffany-ssi.. Kau tak apa-apa?? " Taeyeon begitu panik menyaksikan Tiffany yang tiba-tiba saja menangis padahal ia hanya bertanya apakah Tiffany ingin sarapan atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Love Song [ End ]
FanfictionJika kau tak bisa melihatku sebagai orang yang kau cinta.. Bisakah kau melihatku seperti saat kau mendengarkan lagu cinta..??