“ Kau apa??! “
“ Itu kenapa ayah tidak menerima keadaanku. Dan.. “
“ Kau gila! “ Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dengan gerakan kasar hingga kursi berbunyi keras akhibat bergesekan dengan lantai. Aku tidak ingin mendengar lanjutan perkataanya. Ia makhluk gila dan aneh. Mana mungkin dia punya kemaluan lelaki. Mengada-ngada saja. Jika dia mencoba sebuah lelucon. Itu sama sekali tidak lucu.
“ Stephany?? Kau sudah sarapan?? “ Ayahnya itu heran melihat putrinya berjalan melewatinya dengan ekspresi wajah masam. Hingga putrinya itu masuk kamar dengan suara pintu yang terdengar keras saat Tiffany menutupnya. Ia pun langsung memandang ke arah Taeyeon yang masih duduk di meja makan. Berjalan menghampiri wanita yang sudah menjadi putri keduanya.
“ Apa ada masalah? “
“ Aa... Aku mengatakan yang sebenarnya tentang diriku. “ Taeyeon menjawab dengan suara terpatah-patah.
Ayah Tiffany hanya menghela nafas. Lalu kembali bertanya,
“ Apa dia percaya?? “
“ Sepertinya tidak. Dia menganggapku gila. “
Ayah Tiffany sudah menyangka hal ini akan terjadi. Ia turut sedih dengan keadaan Taeyeon.
##
Saat itu hujan lebat. Ia sedang pergi membeli makan malam sendirian. Hanya membawa payung yang ukurannya terbilang kecil karena hanya muat untuk satu orang. Bukan hanya hujan saja yang besar, namun juga angin kencang yang meniupi tubuh tuanya itu. Sambil berjalan menuju rumah. Ia melihat seorang perempuan. Sedang berbasah-basahan dengan cuaca hari ini. Perempuan itu terlihat sedang membereskan tatanan meja dan kursi yang berantakan diluar sebuah cafe, bahkan meja dan beberapa kursi terlihat tergeser dari tempatnya karena tiupan angin kencang. Ia pun berjalan pelan untuk menghampirinya. Penasaran dengan seorang perempuan yang hanya bekerja sendirian tanpa ada yang membantu.
“ Nak Taeyeon?? “ Ia menyadari jika gadis itu salah satu tetangganya yang tidak jauh dari rumahnya. Ahh.. Ini cafe milik Taeyeon. Ia baru sadar saat melihat sekitar dengan jelas.
“ Ohh.. Paman Hwang. “ Taeyeon menghentikan gerak tangannya meminggirkan beberapa kursi agar tak terkena hujan.
“ Kau tidak pulang?? Mana pegawaimu yang lain?? “ Ayah Tiffany memandang sekitar yang tak terlihat satupun pegawai untuk membantu Taeyeon.
“ Ahh.. Mereka sudah aku suruh pulang sejak jam 4 tadi. Karena aku tahu cuaca hari ini akan buruk jadi lebih baik memulangkan mereka lebih cepat hari ini. “ Taeyeon menjelaskan.
“ Ahh.. begitu.. “ Taeyeon memang anak baik sejak dulu. Dalam hati berbicara. Ayah Tiffany memang tak pernah kenal dekat dengan gadis ini, bukan hanya dirinya namun juga berlaku untuk orang-orang sekitarnya. Gadis itu amat pendiam, dan banyak desas desus tidak menyenangkan tentang ayahnya yang suka bermain tangan bukan hanya dengan anaknya tapi juga dengan para pegawainya. Oleh sebab itu mereka lebih baik menjauhi keluarga Taeyeon. Meski saat ini ayah Taeyeon telah tiada, namun orang-orang tetap tak ingin mendekati gadis itu. Padahal ia sungguh jauh berbeda sikap dengan ayahnya. Mungkin orang-orang sudah melabeli, hanya karena ayahnya, Taeyeon pun kena imbasnya. Si gadis malang memang.
“ Masuklah paman. Hujannya sangat lebat. “ Taeyeon menuntun ayah Tiffany masuk ke dalam cafenya yang hangat. Aroma kue dan kopi sangat kental memenuhi seluruh area ruangan cafe Taeyeon.
Mulai dari situ. Ayah Tiffany bisa dekat dengan Taeyeon, si gadis pendiam yang selalu sendirian. Ia gadis yang hangat jika sudah akrab. Menyenangkan dan baik hati. Sayang sekali orang-orang tidak bisa melihat sisi lain darinya.
Ayah Tiffany semakin dekat dengan Taeyeon saat Taeyeon berani datang ke rumahnya. Membuatkannya makanan dan membantu membersihkan rumah. Hingga mengenal Taeyeon semakin dalam, mengetahui beberapa hal yang tidak diketahui oleh orang lain. Termasuk ketidak normalan Taeyeon akan kelaminnya. Dari situlah ia ingin menjodohkan Tiffany dengan Taeyeon. Taeyeon yang penyabar amat cocok dengan putrinya yang keras kepala itu. Meski ia tahu ini akan beresiko apalagi ia menebak pasti jika putri bungsunya itu akan menolak rencananya. Namun ia ingin Taeyeon sebagai menantunya.
##
Aku kembali mengurung diri di kamar setelah apa yang Taeyeon katakan pagi tadi. Namun saat siang jam waktu makan, aku mendengar suara ketukan pintu diluar sana.
“ Stephany?? Sweety?? “ Ayah tiffany kembali mengetuk pintu karena tak mendapat jawaban dari anaknya.
“ Bolehkah Daddy masuk?? “ Ayah Tiffany mencoba menekan engsel pintu yang ternyata tidak di kunci. Iapun masuk dengan gerakan pelan dan melihat sekitar ruangan kamar untuk menemukan keberadaan putrinya itu.
“ Steph?? “ Ia melihat tonjolan di balik selimut lalu membuka selimut itu dengan pelan. Dan ternyata benar saja itu adalah putrinya yang sedang meringkuk. Tiffany tidak tidur, putrinya itu malah terlihat sedang melamun.
“ Apa yang Taeyeon katakan adalah hal sesungguhnya?? “ Tanpa menatap ayahnya, Tiffany mengeluarkan suaranya dengan kalimat pertanyaan.
Ayahnya menghela nafas sejenak lalu siap untuk menjelaskan semua ini pada putrinya.
“ Mungkin ini sulit untukmu mempercayainya. Tapi hal itu memang benar. Taeyeon tidak memiliki kelamin perempuan melainkan kelamin lelaki. Oleh sebab itu ayahnya berlaku kasar padanya karena beliau tidak bisa menerima keanehan Taeyeon. Belum lagi istrinya yang meninggal saat melahirkannya. Rasa kehilangan itu semakin dalam, menjadikannya sebuah benci dan diluapkan lewat anaknya sendiri. “
“ Lalu dengan Daddy menikahkanku dengannya itu apa maksudnya?? Apa aku ini terlihat seperti bahan percobaan?? “
“ Steph baby, bukan itu maksud Daddy. Daddy hanya.. “
“ Hanya apa?? “ Tiffany menaikkan nada bicaranya untuk menghentikan apapun alasan yang diberikan oleh ayahnya. Ia tidak ingin dengar lagi.
“ Sudahlah dad.. Tinggalkan aku sendiri. “ Tiffany melengoskan wajahnya menghindari tatapan ayahnya. Ini sudah cukup.
“ Baiklah.. Tapi Daddy minta tolong. Jangan membencinya. Ia sungguh anak baik. “ Ayah Tiffany mengalah dan membiarkan Tiffany yang tak ingin diganggu. Anaknya itu intinya sedang marah, maka apapun yang ia katakan pasti menjadi hal yang akan didebatkan.
##
Semenjak tahu kenyataan itu. Entah kenapa aku tak ingin dekat-dekat dengan Taeyeon. Okay, aku sedikit ketakutan. Apa benar dia manusia?? Bagaimana bisa.. sigh.. Aku sungguh stress. Perjodohan gila dan orang gila. Kenapa hidupku jadi mengerikan begini.
Hari-hari berikutnya tetap sama. Aku hanya diam di rumah. Sedang Taeyeon pergi bekerja, daddy juga memang dirumah menemaniku. Namun terkadang para tetangga lelaki mengajaknya pergi untuk pergi memancing. Daddy mungkin sudah terbiasa akan semua ini. Tapi aku?? Aku sungguh bosan jika harus seperti ini terus. Apa aku mencari kerja saja disini?? Hehm.. Tapi aku tidak bisa secara diam-diam pergi bekerja, daddy selalu memantauku. Hahh!! Sialnya....
Taeyeon dimalam-malam selanjutnya tetaplah tidur dibawah, tapi walaupun begitu, ia tetap tertidur nyenyak seakan tubuhnya sudah sangat beradaptasi. Aku terus menjaga jarak padanya. Meski aku tahu dia berusaha mendekatiku. Seperti dia yang selalu memasakkan sarapan, atau hari ini dia tiba-tiba memberikanku bunga mawar. Namun tentu saja aku menolaknya.
“ Untuk apa kau membeli bunga mawar?? Memang ini bisa dimakan?? “ Aku langsung melemparnya ke tong sampah dan pergi melenggang memasuki kamar.
Bukan hanya hari itu saja. Di hari-hari lainnya dia juga mencoba membelikanku barang-barang aneh. Seperti layangan besar. Balon yang bertebaran diseluruh kamar. Putik bunga mawar yang berserakan di atas tempat tidur. Melihat kasur nyamanku seperti itu tentu saja aku memarahinya.
“ Kau pikir tempat tidurku mirip tong sampah, Taeyeon??!! Cepat bersihkan. Awas saja jika aku masuk ke kamar lagi terus kamar masih berantakan. Jangan harap kau bisa tidur satu ruangan denganku. “ Taeyeon menunduk ketakutan saat aku memarahinya. Ia terus bergumam maaf padaku. Namun aku tak menghiraukannya dan segera keluar kamar.
##
Sejak hari itu aku memarahinya, Taeyeon tak melakukan hal-hal aneh lagi. Ia berlaku normal. Pergi bekerja di pagi hari lalu pulang jam 4 sore di hari biasa, atau pulang malam saat weekend. Karena merasa bosan terus menerus di rumah, aku meminta izin Daddy jika aku ingin pergi bekerja. Namun Daddy malah melemparkan izinnya kepada Taeyeon. Jika Taeyeon setuju maka aku bisa pergi bekerja lagi. Urggghh, Dad. Kenapa harus Taeyeon?? Bisakah atas izinmu saja sudah cukup??
Maka malam itu sebelum tidur aku bertanya pada Taeyeon apakah aku bisa pergi mencari kerjaan didaerah sini. Namun Taeyeon dengan beraninya menolak permintaanku. Tentu saja hal itu membuatku sangat marah.
“ Kau pikir aku ini tahananmu, huh?? Yang bisa seenaknya kau kurung begitu saja. “
“ Jika Tiffany-ssi sangat ingin pergi bekerja. Kerjalah di tempatku. Jangan pada orang lain. Kau bisa memilih mau kerja dibagian apa. Mendiang appa punya restoran, aku sendiri punya cafe, mendiang appa juga punya kebun anggur yang luas, atau hotelnya saja jika kau mau. Kau bisa jadi pimpinan disana. “ Jelas Taeyeon memberi solusi.
“ Aku ingin mandiri tanpa ada bayang-bayang kekayaan darimu, Taeyeon! “
“ Aku sebenarnya tidak kaya. Semua itu milik mendiang umma dan appa-ku. Aku tidak punya apa-apa terkecuali cafe yang aku bangun itu. Aku menabung selama bertahun-tahun untuk membangunnya. Aku juga memakai uangku dari hasil penjualan di cafe yang aku kelola dipernikahan kita. Maaf jika kamu merasa semua ini terlihat murahan. Aku bahkan merasa bersalah tak bisa membawamu ke rumah mendiang appa yang besar. Karena ayahmu ingin ditemani selama masa tuanya, jadi aku memutuskan untuk tinggal disini dan tak memperbolehkanmu pergi bekerja agar kau bisa lebih sering menemani daddy dan menghabiskan waktu dengannya. “ Taeyeon menarik frame kaca matanya yang terus melorot karena ia berkeringat. Ia sebenarnya sangat tegang berbicara pada Tiffany seperti ini. Ia bahkan tak berani menatap matanya yang begitu indah, malah lebih memilih menatap lantai kamar yang tidak sedap dipandang.
“ Tapi aku sangat bosan jika terus menerus dirumah, Taeyeon. “
“ Besok pergilah bersamaku ke cafe. Mungkin saja kau ingin membantu disana. “
Berakhir disitu percakapan kita. Karena tidak ada alasan untukku menolak. Maka pagi itu Taeyeon membawaku ke Cafenya. Ia menyapa beberapa karyawannya dengan senyum lebar lalu masuk ke dalam ruangannya. Aku hanya bisa mengikutinya seperti buntut dibelakangnya. Ia memberikanku izin untuk bebas melakukan apa saja di cafenya. Tapi aku bingung akan melakukan apa di cafe ini. Jadi aku hanya mengikutinya di belakang, hanya memandangi apapun yang sedang ia kerjakan. Dari hari ini aku tahu. Ia ramah pada semua orang, aku bisa lihat interaksinya antara pegawai dan pengunjung. Ia bahkan bisa berlari melayani pesanan pengunjung jika keadaan begitu ramai. Saat di tempat kerja. Taeyeon terlihat tidak begitu menakutkan dan tidak terlihat seperti gelandangan saat di rumah. Karena pakaian yang Taeyeon pakai dirumah selalu saja kebesaran, mau itu bajunya ataupun celananya. Ayolah, dia itu kurus dan pendek. Memakai pakaian besar seperti itu membuatnya tenggelam. Jika aku perhatikan penampilannya saat ini. Dengan rambut yang di ikat ke belakang, memperlihatkan dahinya, juga memperlihatkan seluruh wajahnya yang ku akui dia sedikit cute. Skinny jeans dan kemeja putih kebesaran. Dia ternyata punya badan yang cukup fashionable juga. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang.
“ Dia sakit?? Ahh.. Tidak apa-apa.. “
“ Kenapa?? “Aku bertanya pada Taeyeon setelah ia menerima sebuah telefon.
“ Penyanyi Cafe-ku. Aku tahu ia hanya paruh waktu kerja disini karena ia masih sekolah. Tapi hari ini hari minggu. Cafe begitu ramai. Aku butuh seseorang untuk bernyanyi di panggung sana. “ Taeyeon hanya bisa menghela nafas.
“ Sayangnya aku tidak bisa bernyanyi jadi aku tidak bisa membantu. “
“ Tidak masalah. Apa Tiffany-ssi merasa lelah?? Duduklah di meja itu. Itu tempatku biasa duduk. Tidak akan ada pengunjung yang duduk disana. Istirahatlah dulu. Apa kau lapar?? Tunggu. Aku akan mengambil makanan dan minuman untukmu. Duduklah disana. “ Taeyeon tersenyum lembut lalu pergi menghilang ke arah dapur Cafe.
Aku hanya duduk sendirian sembari melahap makananku. Taeyeon terlihat masih sibuk dengan beberapa pelanggan. Namun aku tiba-tiba melihat ia naik ke atas panggung. Apa yang akan dia lakukan di atas sana??
“ Karena Cafe terasa ramai. Maka aku ingin menenangkan sedikit keramaian ini. “ Taeyeon berbicara pada mic yang sedang menyala. Mencuri perhatian pengunjung dan juga Tiffany sendiri. Ia sedikit berdehem lalu duduk untuk memainkan piano. Sebelum memainkannya, Taeyeon terlihat menutup mata sejenak. Mungkin dia tegang, atau sedikit membuat aba-aba pada dirinya sendiri.
“ Lagu ini untuk kalian yang sedang jatuh cinta dan juga... Ekhhemm..! Untuk istriku. “ Taeyeon bergumam pelan dengan wajah merona pada bagian kalimat terakhirnya. Ia bahkan tak kuat mengangkat kepalanya. Beberapa pegawai sampai-sampai bersiul-siul seakan menggoda keduanya.
We've been on for a minute
No more feeling alone
We're trying hard not to bruise it
I said, "If forever's gonna last then we'd better find the same direction."
I've been gone for a minute
I've been out on the road
And the night got me thinking
Thinking about lying in bed in the dark in the warm and we're naked
I want you for so long
Tell me is it so wrong
Even if we fall in love
Fall in love
I don't wanna hold you down, dear
Trying to make it so clear
Hoping that we fall in love
Fall in love
Bukan hanya Tiffany yang terpaku mendengar suara lembut Taeyeon, tapi juga pengunjung dan pegawai yang lain. Suaranya begitu lembut, selembut ice cream vanilla.
It's getting hard not to take it
I wanna ask but I don't
But it's time for me to face it
Keep telling myself run away, run away, run away, don't chase it
Don't give up on me, baby
When I stumble along
When I act a little crazy
Remember my love for you won't fade, won't fade, you keep it blazing
I want you for so long
Tell me is it so wrong
Even if we fall in love
Fall in love
I don't wanna hold you down, dear
Trying to make it so clear
Hoping that we fall in love
Fall in love
Taeyeon menyeselesaikan lagunya dengan sempurna, para pegawai bahkan terus bertepuk tangan dan bersiul keras. Membuat taeyeon makin merona malu. Ia berjalan menghampiri meja yang diduduki oleh Tiffany, namun belum sempat ia bicara apa-apa. Tiffany langsung memberikan kalimat tidak enak.
“ Jadi itu yang kau pikirkan?? Dalam gelap lalu kita bertelanjang?? Huh. Aku tidak menyangka. “ Tiffany langsung beranjak dari duduknya, keluar dari cafe dengan langkah seribu. Meninggalkan Taeyeon yang termangu kebingungan.Author note:
OMG.. knapa critanya jadi panjang begini😥😥😥 kiranya 3 ato 4 chapter bisa selesai.. eh ini di chapter ketiga masih gini2 aja😣😣😣
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Love Song [ End ]
FanfictionJika kau tak bisa melihatku sebagai orang yang kau cinta.. Bisakah kau melihatku seperti saat kau mendengarkan lagu cinta..??