I'm angry!!

6K 574 211
                                    

Tiffany berlari secepat mungkin untuk menemukan Taeyeon. Ia telah sampai dilorong hotel lantai 3. Namun ia tidak menemukan istrinya.

Dimana dia??! Oh god! Tiffany jadi terbayang hal yang tidak enak. Dengan pikiran kalut, Tiffany menyusuri lorong hotel sembari melirikkan pandangan ke arah kiri dan kanan. Memperhatikan setiap pintu yang ia lihat.

Tunggu! Apa itu??! Langkahnya terhenti seketika ketika ia melihat sebuah pintu kamar hotel yang mencurigakan.

Tiffany melihat sepatu yang dipakai Taeyeon terjepit diantara pintu kamar hotel hingga membuat celah yang membuat pintu tidak bisa tertutup.

Dengan perasaan panik setelah memungut sepatu yang memang benar milik Taeyeon, Tiffany langsung memasuki kamar hotel asing itu tanpa pikir panjang lagi.

“ Kim Taeyeon!!! “ Tiffany membulatkan matanya ketika melihat pemandangan horor didepan matanya. Taeyeon! Istrinya itu sedang berciuman mesra dengan wanita bule yang entah itu siapa.

Hatinya terasa mendidih. Tiffany ingin menangis, namun tubuhnya langsung bereaksi untuk memisahkan keduanya dari pagutan bibir mereka. Tiffany menarik paksa sang wanita untuk segera menyingkir dari pangkuan Taeyeon. Ia bahkan tak peduli dengan jatuhnya tubuh si wanita ke lantai karena tarikan tangan kasarnya. Tiffany hanya ingin menarik Taeyeon bangun dari duduknya untuk membawanya pergi.

“ Hey! He’s my boyfriend!! Where you going.. Plak! “ Sang wanita tak bisa melanjutkan perkataanya ketika pipinya mendapat sebuah tamparan dari Tiffany.

“ You’re drunk, bitch! She’s my wife! “ Tiffany membentak lalu buru-buru ia pergi sembari menyeret Taeyeon bersamanya.

##

Plak! Hey!!

“ Kenapa kau menamparku??! “ Taeyeon tersinggung dengan pandangan heran menatap wanita yang sedari tadi berlaku kasar padanya. Tangannya telah ditarik-tarik paksa untuk mengikuti langkah kaki si wanita, lalu tubuhnya didorong dengan kasar di atas tempat tidur ketika ia  dimasukkan ke salah satu kamar hotel yang entah milik siapa.

“ Kau pulang sendiri! Aku juga akan pulang sendiri!! Terserah apa kau akan tersesat atau tidak! Aku tidak perduli! “ Tiffany menangis sembari membentak Taeyeon yang masih mabuk total. Ia tak peduli dengan Taeyeon yang kini malah menutup matanya karena kasur empuk yang ditempatinya. Ia hanya sibuk mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang.



##

Entah apa masalah sebenarnya. Yang Daddy Hwang tahu hanya putrinya Tiffany, telah pulang lebih dulu tanpa adanya Taeyeon bersamanya. Lalu esok harinya setelah kepulangan putrinya, Taeyeon menelfon dirinya untuk menanyakan tentang keberadaan Tiffany.

Jadi masalah besar apa hingga membuat keduanya pulang secara terpisah? Lalu bagaimana bisa Taeyeon tidak tahu jika Tiffany telah pulang lebih dulu?

Ia tidak berani berbicara kepada putrinya ketika putrinya itu terus saja menampakkan wajah masam.

“ Fanny-ah??! “ Taeyeon segera berlari mencari istrinya ketika ia akhirnya sampai dirumah.

“ Sweetheart.. Taeyeon sudah pulang.. “ Daddy Hwang memberi tahu putrinya yang sedang ada didapur memakan beberapa potongan buah apel yang telah dikupasnya.

“ Fanny-ah.. sayang.. “ Taeyeon langsung menghampiri istrinya ketika ia diberitahu oleh daddy Hwang jika istrinya sedang didapur. Dengan mengambil duduk disampingnya. Taeyeon merengek sembari meminta maaf.

“ Menyingkir dari hadapanku! “ Tiffany benci sekali menyaksikan wajah Taeyeon. Meski ia tahu jika kejadian itu diluar kendali Taeyeon. Namun ia tetap kesal ketika harus menyaksikan pasangan hidupnya mencium wanita yang entah terlahir darimana. Wanita itu duduk dipangkuan Taeyeon dan men.. argh!

Hanya aku yang bisa mencium Taeyeon! Hanya aku yang juga bisa duduk dipangkuannya! Dan hanya aku saja yang bisa menyentuh tubuhnya! Sialan dengan alkohol dan daging iris pedas itu! Sialan juga dengan wanita itu! Argh! Tahu ah!

##

Demi Tuhan aku tidak bisa mengontrolnya. Ingin rasanya aku memaafkan Taeyeon dan membiarkan hal yang sudah terjadi menjadi pelajaran kita berdua untuk selanjutnya. Namun apa daya, aku malah tidak bisa berhenti untuk menolak Taeyeon ada didekatku. Aku bahkan sampai tega membiarkannya tidur disofa kamar tidur bukannya disatu ranjang denganku.

Bukan hanya sehari dua hari saja. Aku merajuk sampai berhari-hari hingga tak terasa sampai 3 minggu lamanya. Aku.. hanya merasa sakit ketika ingat akan bayangan Taeyeon mencium wanita lain. Ini pertama kalinya aku mencintai seseorang begitu dalam. Taeyeon sudah merebut apa yang aku punya, cinta, hati, tubuh, jiwa dan raga. Karena cinta yang diberikannya juga begitu besar untukku, hal itu membuatku merasa harus akulah yang menjadi 1 hal penting dalam hidupnya.

Taeyeon. Kau tidak boleh dekat dengan wanita lain selain aku! Dan juga jangan pernah minum alcohol lagi atau kau akan ku makamkan hidup-hidup!

“ Fanny-ah.. Sayang.. Aku membawakanmu bunga mawar. Warnanya Pink! Warna Favoritmu, lihatlah.. “ Taeyeon telah berusaha membujuk Tiffany agar memaafkannya dengan segala cara. Mulai dari menyiapkan makan malam romantis, namun Tiffany malah asyik menonton TV dan tak menghiraukannya. Lalu membawanya jalan-jalan ke pantai, namun Tiffany malah sakit hingga masuk angin, dan kemarahan istrinya itu makin bertambah disaat sedang sakit. Lalu terakhir membawakannya bunga mawar seperti hari ini. Ia selalu menjadwalkan diri untuk pulang lebih awal agar ia bisa kembali ke rumah lalu kembali meminta belas kasihan pada istrinya yang kunjung padam akan kekesalannya.

“ Untuk apa kau membeli bunga mawar? Apa aku bisa memakannya jika aku menerima bunga mawarmu itu??! “ Dengan nada super duper galak. Tiffany menolak mentah-mentah bunga pemberian Taeyeon. Ia bahkan langsung beranjak pergi meninggalkan Taeyeon karena tak tahan berlama-lama dekat dengannya.

“ Wa.. aa.. aku.. “ Mulut Taeyeon terasa sesak dan tak bisa berkata apa-apa ketika Tiffany pergi meninggalkannya begitu saja. Sigh. Gagal lagi. Aku harus bagaimana jika begini?

##

Apa masuk anginku belum sembuh? Tiffany merasa mudah pusing dan juga mual. Itu gara-gara Taeyeon membawaku pergi ke pantai dalam keadaan gerimis dan dingin! Aku jadi sakit begini!

Padahal ini sudah lewat beberapa hari sejak aku merasa sakit setelah kepulangan dari pantai. Taeyeon memang terus mencoba memberiku minuman hangat dan obat. Namun aku tidak meminumnya. Aku hanya kesal dengannya jadi aku tidak ingin menerima semua perhatiannya.

Jangan salahkan ego-ku terlalu besar dan aku terlalu jual mahal. Wanita memang seperti itu jika sedang merajuk.

##

Oh. Aku menutup hidungku untuk mencegah aroma kuat itu kuhirup. Taeyeon sedang masak apa sih? Kenapa aromanya tajam sekali.  Aku sampai mual untuk mencium aromanya.

“ Taeyeon. Matikan kompor sekarang! Kau sedang masak makanan manusia apa pakan kuda sih? Baunya membuatku mual! “ Aku langsung saja memarahi Taeyeon ketika aku tahu ia tidak berbuat salah. Aku bahkan tak ingin melihat wajah bodoh polos nan imutnya agar pendirianku untuk tetap merajuk terus berlanjut padanya.

“ Oh. “ Taeyeon langsung saja mematikan kompornya sembari bersiap meminta maaf pada istrinya yang baru saja bangun tidur itu. Ia hanya berniat memasakkan sarapan ala america kesukaan istrinya. Sosis dan bacon, serta telur orak-arik dan juga roti panggang. Namun jika ternyata ini tidak berhasil juga, lalu ia harus bagaimana?

“ Maaf.. “ Taeyeon menundukkan kepala sembari membenarkan kacamatanya yang terus melorot ke bawah batang hidungnya yang tak begitu mancung karena berkeringat gugup. Ia takut jika istrinya marah-marah lagi, bukannya ia harus meredakan kemarahan istrinya, Taeyeon malah menambah masalah saja. Bagaimana ini?

“ Aku berniat membuatkanmu sarapan. “ Taeyeon tak berani menegakkan kepalanya. Ia tak cukup memiliki keberanian untuk menatap balik mata elang tajam Tiffany ketika sedang kesal.

“ Sarapan buatanmu membuat aroma yang membuatku mual. Apa kau mencoba meracuni-ku, Taeyeon?? “

Taeyeon langsung terdongak dengan tatapan tidak menyangka. Bagaimana bisa istrinya menuduh hal mengerikan seperti itu pada dirinya?

“ Sa.. yang.. “ Dengan bibir bergetar dan air mata yang hampir tumpah. Taeyeon menatap ke dalam bola mata istrinya. Apakah kau begitu membenciku karena kejadian yang bahkan tidak bisa aku sadari?

“ Jangan panggil aku, sayang! “ Dengan itu Tiffany segera berlalu meninggalkan Taeyeon yang air matanya akhirnya keluar.

Aku pikir kau mencintaiku, Fanny-ah.. setelah semua hal yang dilakukan bersama. Cinta itu hancur begitu saja.



##


Tiffany kembali menghembuskan nafasnya ketika matanya melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia tidak bisa tidur. Kenapa? Taeyeon belum juga pulang dari kerjanya!

Jam 9 lalu ia telah menurunkan ego-nya. Tiffany mencoba menelefon Taeyeon namun panggilannya tidak tersambung setelah beberapa kali ia coba. Taeyeon tidak pernah pulang selarut ini! Apa yang dilakukannya hingga belum juga pulang sampai sekarang?!

“ Steph? Kau belum tidur? “ Daddy Hwang merasa haus.  Oleh sebab itu ia keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk mengambil air minum didapur. Namun ia malah menyaksikan putrinya duduk diruang tamu dengan wajah garang serta tangan yang dilipat dibawah dadanya. Tatapan matanya bahkan seperti laser yang seakan bisa menghancurkan televisi didepannya.

“ Taeyeon belum pulang. “

“ Taeyeon belum pulang?! “ Daddy Hwang mengulang perkataan putrinya dengan nada terkejut. Jam segini Taeyeon belum pulang? Ia kira Taeyeon sungguh sibuk hingga ia memaklumi jika malam tadi Taeyeon tidak pulang untuk makan malam dirumah. Hari ini malam minggu, Cafe milik Taeyeon biasanya akan lebih ramai pada hari weekend. Jadi wajar saja jika setiap weekend Taeyeon akan pulang lebih lama dari biasanya.

“ Apa kau sudah menelefonnya? “

“ Sudah, Dad. Tapi tidak diangkat. “ Wajah galaknya kini luntur. Tergantikan oleh wajah cemas dan mata sayu. Perasaan Tiffany jadi tidak enak.

“ Kau marah terlalu berlebihan. Mungkin dia jadi takut untuk pulang ke rumah karena kamu selalu memarahinya akhir-akhir ini. Apapun kesalahan yang dilakukan Taeyeon. Maafkan dan berbaikanlah. Kau tahu betul jika Taeyeon sangat mencintaimu. “ Daddy Hwang memang tidak pernah tahu masalah apa yang membuat kedua putrinya itu sampai bertengkar selama ini. Yang ia tahu jika Taeyeon selalu meminta maaf dan selalu mencoba berbuat manis untuk Tiffany. Sedang putrinya Stephany yang selalu memarahi Taeyeon bahkan hanya pada kesalahan kecil.

“ Tapi dia.. “

“ Aku pulang.. “ Suara pintu tertutup terdengar setelah suara Taeyeon menyapa memasuki rumah.

“ Taeyeon! “ Tiffany langsung beranjak dari duduknya lalu dengan langkah cepat ia menghampiri Taeyeon. Ia baru saja ingin memarahinya namun emosi yang sudah siap menyala itu langsung padam ketika melihat pipi Taeyeon lebam dengan lengan kemeja yang robek berhiaskan darah yang sudah kering diujung robekan kainnya.

“ Apa yang terjadi?? “ Tiffany jadi panik melihat penampilan Taeyeon yang berantakan. Kaca mata yang dipakainya bahkan retak pada salah satu kacanya.

“ Seseorang menodongku dengan pisau dijalan saat aku hendak pulang. Aku mencoba melawannya, tapi lelaki itu lebih kuat dariku. Jadi dompet dan ponselku diambilnya. Aku juga sangat bodoh karena menyatukan kunci mobil dengan dompetku. Jadi aku pulang dengan berjalan kaki. “ Jelasnya dengan wajah tertunduk. Ia sebenarnya ingin menyembunyikan kejadian sial yang baru saja dialaminya. Namun sepertinya itu akan percuma. Lebam diwajahnya pasti akan menjadi sebuah pertanyaan besar apalagi lengannya yang telah tergores pisau.

“ Tapi mobilku tidak diambilnya. Pencuri itu tidak tahu jika didalam dompetku terselip kunci mobil yang.. “

Plak! Wajahnya terlempar kesamping. Dengan mata membulat dan bibir bergetar. Taeyeon mencoba menegakkan kembali wajahnya yang baru saja ditampar oleh Tiffany.

“ Cepat masuk ke kamar dan mandi! Sekarang! “ Perintahnya dengan nada keras. Ia tidak ingin menatap wajah Taeyeon. Ia tidak ingin menatap ekspresi itu. Ekspresi polos dan tak berdosanya.

“ Baiklah.. “ Taeyeon menjawab dengan suara bergetar. Ia mencoba menahan untuk tidak menangis, namun hatinya yang sakit tidak sekuat itu untuk menahannya. Tiffany bahkan enggan menatap wajahnya. Taeyeon tersenyum getir sembari berjalan naik ke lantai atas.

“ Stephany seharusnya kau tidak.. “

“ Diam, dad.. “ Tiffany tahu ia tidak seharusnya menampar dan membentak Taeyeon seperti itu. Ia hanya ingin meluapkan rasa khawatirnya yang malah berakhir buruk.

I'm the Love Song [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang