Is it?

6K 560 121
                                    

Tiffany sudah menunggu dengan tenang sampai Taeyeon keluar dari kamar mandi. Ditangannya sudah ada kotak pertolongan pertama yang ia ambil dari lantai bawah. Ia juga sudah menyiapkan pakaian yang akan dipakai Taeyeon nanti, baju tanpa lengan serta celana tidur longgarnya.


“ Pakailah. “ Tiffany menyuruhnya memakai pakaian yang sudah ia siapkan diatas tempat tidur ketika Taeyeon akhirnya keluar dari kamar mandi dengan bra dan celana boxernya, serta handuk kecil yang masih tersampir dibahunya.

“ Lalu keringkan rambutmu. “ Suara perintah Tiffany tidak lagi galak. Namun suasana larut malam membuat atmosfir kamar terasa mencekam.

Taeyeon memang tak menolak suruhan istrinya. Tanpa banyak bicara ia pun langsung memakai pakaian pilihan istrinya dilanjut dengan mengeringkan rambutnya yang basah hingga kering dengan hairdryer yang dipakainya.

“ Sudah.. “ Taeyeon memberikan suara. Suaranya sangat kecil sampai Tiffany hampir tidak mendengarnya.

“ Sini duduk. “ Tiffany menepuk-nepuk tempat disebelahnya. Tangannya pun sudah mulai membuka kotak obatnya dan mengeluarkan semua yang ia butuhkan.

Dengan gerakan pelan. Taeyeon duduk dibibir ranjang tepat disebelah istrinya. Ia hanya dapat memperhatikan Tiffany yang menuangkan cairan obat ke dalam kapas yang dipegangnya.

“ Kesinikan wajahmu. “ Tiffany menahan rahang Taeyeon ketika ia mengusap-usap kapas dengan cairan obatnya menyentuh luka lebam Taeyeon. Lebamnya tepat dibawah mata. Untung saja tidak sampai mengenai matanya.

“ Euuh.. “ Taeyeon merintih kesakitan ketika Tiffany terlalu menekankan kapas obatnya pada bagian luka lebamnya yang bengkak dan agak sedikit keunguan itu.

“ Maaf.. sakitkah?? “ Tiffany jadi semakin tidak tega untuk mengobati Taeyeon. Tentu saja sakit. Lihat saja sampai bengkak begitu. Ia bahkan belum mengobati lengannya yang tergores benda tajam. Duh, tabahkan hatimu, Tiff. Melihat Taeyeon terluka terasa ia juga ikut terluka.

“ Tidak apa.. “ Taeyeon mencoba tersenyum sembari memandang ke dalam bola mata istrinya.

“  Maafkan aku.. “ Akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Tiffany.

“ Tidak.. seharusnya aku yang meminta maaf.. maafkan aku, Fanny-ah.. aku berjanji tidak akan minum lagi. “ Taeyeon sudah lelah menangis. Matanya bahkan terlihat sudah bengkak karena ia menangis sepanjang ia mandi tadi. Namun melihat Tiffany, istrinya tersayang telah kembali seperti semula membuat hatinya kembali berdenyut hingga tak sadar mengeluarkan air mata begitu saja.


##


Tiffany merasa gusar. Itu kenapa ia tidak juga tertidur. Ia ingin bangun dari tempat tidur dan mencari sesuatu yang menjadi masalah tidak enak badannya ini.  Namun lengan Taeyeon yang terlentang melingkari perutnya tidak bisa ia singkirkan begitu saja. Taeyeon mudah bangun. Bahkan hanya dengan suara kecil seperti saat kepalanya yang tak sengaja membentur dashboard tempat tidur. Taeyeon pasti akan langsung membuka mata lalu kalimat tanya ‘kenapa?’ akan meluncur setelahnya. Meski malam ini Taeyeon terlihat tidur begitu nyenyak. Lihat mata dan mulutnya yang setengah terbuka itu. Belum lagi dengkuran halus yang keluar dari mulut imutnya. Maklum saja, Taeyeon mungkin merasa nyaman setelah beberapa minggu tidak tidur dikasur juga tidak tidur satu ranjang bersama istri tercintanya Tiffany.

Oh.. okay.. Tiffany harus benar-benar membangunkan tubuhnya. Sambil mencoba tak bernafas, ia menarik pelan pergelangan Taeyeon untuk disingkarkan dari tubuhnya. Ia juga harus terus mencoba menahan nafas ketika tubuhnya ingin keluar dari dekapan hangat tempat tidurnya agar tidak menimbulkan suara berisik yang mungkin bisa membangunkan Taeyeon dari tidur lelapnya.

Oh.. Perut Tiffany terasa terpilin ketika tubuhnya berhasil menegakkan diri. Dengan kecepatan penuh, ia langsung berlari ke kamar mandi lalu berjongkok didepan toiletnya. Perutnya tegang, tenggorokannya sakit, matanya sampai berair. Ia memuntahkan bukan isi makanan yang telah ia makan melainkan hanya cairan bercampur buah apel yang belum dicernanya yang dimakan sebelum tidur.

Oh.. Tiffany sungguh pusing luar biasa. Ia bahkan rasanya tidak kuat untuk kembali berdiri ketika ia ingin sekali membersihkan mulutnya yang terasa pahit itu. Dan betul saja, ketika tangannya sudah mencapai wastafel untuk menjadi pegangannya berdiri. Tubuhnya tetap hampir limbung hingga hampir saja terjatuh jika saja tangan yang lainnya tidak segera berpegangan pada sesuatu, apapun yang menjadi pegangannya, tapi tangannya malah meraih rak datar yang tertempel didinding dengan segala macam tatanannya ( lotion, cuci muka, dan produk kecantikan lain milik Tiffany ) tergiring berjatuhan karena ulah tangannya yang salah mencari pegangan.

Tentu saja suara benda berjatuhan itu cukup keras. Cukup keras hingga membangunkan Taeyeon yang sedang bermimpi mencium istrinya dalam tidur.

“ Fanny-ah..??! “ Dimana istrinya?! Sedari tadi Taeyeon hanya memeluk bantal yang seharusnya ditempati oleh kepala istrinya yang sedang tertidur. Bukannya ranjang kosong yang disaksikannya sekarang. Mendengar sumber suara menggema dikamar mandi hingga membangunkannya membuat tubuh Taeyeon secara otomatis beranjak bangun untuk segera melihat apa yang terjadi.

“ Sayang??! Gwenchana??! “ Taeyeon panik setengah mati menyaksikan istrinya yang lumer dipojok kamar mandi. Seperti sehabis lari maraton berpuluh-puluh kilometer tanpa henti. Ia melihat istrinya duduk dengan kaki yang diluruskan serta wajah pucat pasi seperti habis melihat setan. Ada apa dengan istrinya??!

“ Yeobo.. “ Tiffany baru saja mencuci mulutnya. Namun ia tak kuasa menahan tubuhnya untuk tegak berdiri hingga akhirnya ia melemah dan duduk dipojokan tembok seperti ini. Ia tidak bermaksud membangunkan Taeyeon tengah malam begini, namun disisi lain ia lega karena Taeyeon terbangun agar bisa membawanya kembali ke tempat tidur. Tiffany sungguh pusing. Ia tidak kuat berdiri.

“ Fanny-ah.. kamu kenapa, sayang??! “

“ Bawa aku ke tempat tidur. Aku ingin rebahan kembali. “ Kedua tanganya sudah terangkat ke udara untuk meminta digendong. Tanpa banyak berkatapun, Taeyeon langsung saja meraih tubuhnya istrinya lalu membaringkannya ditempat tidur. Tak lupa ia menyelimutinya dengan hangat. Lalu langsung saja ia keluar kamar untuk mengetuk-ngetuk pintu kamar Daddy Hwang. Ia butuh pertolongan.

“ Dad!! Daddy..!! Dad bangun, Dad! “ Ketukannya begitu tergesa, tempo cepat dengan tekanan kuat hingga menghasilkan suara keras yang cukup membuat si penghuni kamar langsung membuka pintu kurang dari 1 menit.

“ Kenapa Taeyeon?? “ Tidak biasanya Taeyeon mengetuk-ngetuk pintunya tengah malam begini. Hari ini tidak ada acara bola, jadi untuk apa Taeyeon membangunkannya ditengah malam? Lalu kenapa dengan suara dan ekspresi panik itu?

“ Tiffany tadi sepertinya jatuh dikamar mandi. Aku pegang badannya cukup panas. wajahnya juga pucat sekali. Aku panik bukan main. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan kecuali membangunkan Daddy Hwang sekarang juga. “ Taeyeon bahkan hampir saja menangis karena paniknya yang berlebihan. Ia tidak pernah melihat Tiffany sampai sakit lemas tak berdaya seperti ini. Tiffany-nya itu bukan wanita mudah sakit. Meski ia tahu kejadian membawanya ditengah gerimis ke pantai langsung membuatnya sakit dan masuk angin. Namun istrinya itu tetap bisa melakukan aktifitas seperti biasanya bahkan masih kuat untuk terus memarahinya saat itu.

“ Saya mau lihat dulu.. “ Daddy Hwang langsung berjalan melewati Taeyeon untuk segera masuk ke dalam kamar kedua putrinya. Ia ingin memastikan sebelum merasa panik seperti Taeyeon saat ini. Sesaat ia menyaksikan putrinya terbaring lemas ditempat tidur. Sang ayah langsung mengecek suhu tubuh Putrinya dengan menempelkan telapak tangan diatas dahinya.

“ Steph?? Kau bisa mendengar, Daddy? “

“ Hehmm.. “ Jawabannya lemas. Meski matanya sedang tertutup, namun daddy Hwang yakin anaknya ini bukan sedang tidur melainkan menahan rasa tidak enak ditubuhnya.

“ Apa yang kau rasakan? “

“ Mual. Pusing. Baru saja muntah. “ Tiffany tak ingin menjelaskan banyak hal kecuali hal utama yang ia rasakan sekarang. Hal lain yang membuatnya tidak enak badan? Payudaranya sedikit lebih sakit, badannya juga pegal-pegal, belum lagi perasaan tidak tentu yang ingin rasanya ia menangis.

“ Bukankah kau mengeluh hal itu sejak beberapa hari yang lalu? “ Daddy Hwang pikir putrinya ini hanya masuk angin biasa yang 2 atau 3 saja juga sudah bisa sembuh. Namun kejadian Tiffany pulang dari pantai dengan keadaan rambut semi basah dan pakaian yang hampir kering karena udara itu telah lewat lebih dari seminggu yang lalu. Kenapa gerangan putrinya malah tambah lemas begini?

Oh!

“ Dad. Aku telefon dokter, ya.. “ Taeyeon sudah siap menekan tombol dilayar ponselnya untuk menelefon dokter pribadinya yang sering dipakai untuk datang ke rumah ketika keadaan darurat. Ia tidak kuat melihat istrinya yang sakit begini. Biarlah ia kerampokan dan kena pukul dijalan sebelum pulang tadi hingga membuat wajahnya lebam, lengannya tergores pisau, sampai kakinya pegal karena perjalanan yang lumayan jauh dari cafe menuju pulang ke rumah. Asal jangan istrinya saja, asal jangan Tiffany-nya yang kenapa-napa.

“ Tidak. Tidak perlu. Ini sudah cukup larut. Daddy saja yang akan membeli sesuatu di apotek yang buka 24 jam dekat sini. “ Daddy Hwang sepertinya yakin dengan intuisinya sebagai seorang ayah. Sembari pergi meninggalkan rumah dengan jaket yang dipakainya, senyum Daddy Hwang sungguh lebar. Entah apa sebabnya. Dan entah apa yang dipikirkannya hingga bisa tersenyum selebar itu padahal putrinya sedang sakit.



Ellen note:

Gue cuman nulis ini tadi pagi.. ini rekor paling cepet gue nulis dan langsung update serta edit cepat..😂😂😂

I'm the Love Song [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang