Mobil melaju dengan begitu kencangnya sehingga aku tak bisa melihat sekitar kami seperti apa. Mobil ini melaju kencang dan sangat lama, kurang lebih sekitar sejak 1 jam yang lalu. Shinichi, Kaito, dan Hakuba tertidur pulas saat ini. Kaito masih saja menggenggam tanganku erat. Aku melihat ke arah jam yang dipakai Shinichi di sampingku. Sudah hampir pukul setengah 8 malam dan mobil yang kami tumpangi tak kunjung berhenti.
"Sial!"
Aku tersentak mendengar wanita bernama Sharon itu mengumpat. Mungkin ia mengira bahwa kami semua tertidur pulas sehingga ia bisa mengumpat dengan volume kencang. Jadi aku diam dan melirik ke arah luar jendela. Aku hanya bisa melihat pepohonan yang tak jelas bentuknya (saking lajunya mobil) dan melihat bulan purnama yang bersinar sedikit merah di langit malam ini.
Kriing...Kring...
Pik"Ada apa?"
"Nyonya, anda dimana sekarang? Ritual akan segera dilaksanakan!" Ucap seseorang di seberang sana.
"Bersabarlah, aku sudah di depan gerbang. Buka gerbangnya!" Perintah wanita itu.
Ritual apa?
Dia memutuskan sambungan telepon dan aku bisa mendengar suara gerbang dibuka. Wanita ini kembali melajukan mobilnya. Dan entah salah lihat atau tidak, ada banyak orang disini. Ada yang diikat, ada yang dipasung, ada yang lehernya dirantai, dan semacamnya.
Sial. Tempat macam apa ini? Kalau Kaito lihat, dia pasti akan menangis!
Wanita itu melirik ke bangku tempat kami duduk. Aku pura-pura tidur sambil sedikit membuka mataku untuk melihat apa yang akan dia lakukan. Dia keluar dari mobil dan membuka pintu bangku belakang sebelah kanan, Hakuba tidur di pojok sana. Aku tak bisa melihat apa-apa lagi karena pandanganku tertutup oleh rambut Kaito yang kali ini tidur bersandar di bahuku.
"Anak-anak, ayo bangun. Kita sudah sampai di istanaku"
Tempat seperti ini dia bilang istana?!
"Owaaahhhmmmm...." kami semua meregangkan otot tubuh, Kaito mengucek matanya, Hakuba menguap, Shinichi memainkan rambutnya. Dan aku kembali duduk tenang, dan mengedarkan pandangan.
APA?!
Sial!
Kemana perginya semua orang-orang tadi?! Kenapa semua jadi seperti ini? Ini hanya rumah biasa! Sungguh aku tak habis pikir, kemana perginya semua orang-orang siksaan itu? Apa tadi aku benar-benar tertidur dan bermimpi?"Uwaaahhh!!! Bibi! Ini sangat keren! Ini benar-benar istana!!" Aku melihat Kaito begitu kegirangan dan berlari mengelilingi ruangan tempat kami memijakkan kaki.
"Ada banyak buku disini! Wah ada serial detektif juga! Keren!" Kini Shinichi yang melompat kegirangan di depan rak buku besar.
"Biola! Aku suka biola!!" Kali ini Hakuba, dia mengambil biola itu dan memainkannya.
Entah kenapa sejak aku melihat pemandangan orang-orang tadi, permainan biola Hakuba yang sebenarnya indah nan merdu menjadi terdengar sangat menyeramkan dan suasana terasa mencekam. Tapi semua rasa itu perlahan-lahan hilang setelah semua perhatianku teralihkan ke sebuah rak bupet yang besar. Semuanya berisi berbagai macam model dan warna topi! Aku sangat suka topi!
"TOPI!!"
Aku berteriak kegirangan dan berlari ke arah rak bupet di ujung ruangan itu. Langkahku terhenti saat aku melihat apa yang sebenarnya ada dibalik topi itu. Dari jauh memang nampaknya hanya mannequin kepala, tapi ternyata aku salah besar. Rak bupet itu ternyata berisi banyak bekas penggalan kepala manusia yang diawetkan. Berbagai macam ekspresi terukir disana.
Ketertarikkanku terhadap topi-topi itu hilang seketika. Keringat dingin bercucuran dan kurasa tubuhku melemas. Aku melihat ke arah jendela dibalik rak bupet itu. Aku melihat orang-orang tadi lagi. Banyak orang yang membacok mereka dengan pisau. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menyiksa orang-orang itu walau sudah benar-benar mati. Aku melangkah mundur perlahan-lahan. Sejurus kemudian membalikkan badanku dan berlari ke arah Shinichi.
Shinichi diam membeku di tempat. Buku serial detektif yang baru ia baca itu ternyata lembarannya dari kulit manusia dan ditulis dengan darah. Bahkan isinya foto-foto mayat seperti yang kulihat tadi. Shinichi tak bergerak maupun berbicara sedikitpun. Tatapannya kosong kearah rak buku sambil tetap menggenggam buku itu. Aku berlari ke arah Hakuba.
Hakuba juga diam di tempat. Tatapannya kosong ke arah biola dan tangannya bergetar. Mulutnya sedikit terbuka dan terlihat sekujur tubuhnya bergetar hebat seakan-akan ia menggigil kedinginan. Mataku kembali membelalak lebar mengetahui senar yang terikat di biola adalah rambut manusia. Aku kini berlari memutari ruangan mencari Kaito.
Kaito diam terpaku di depan tangga. Matanya mengeluarkan air mata, tapi ia tak menjerit memperlihatkan tangisannya, terisak sedikit pun tidak. Mataku membelalak lebih lebar mengetahui apa yang ada ditangga. Pegangan tangga itu ternyata sambungan dari kaki dan lengan manusia yang lagi-lagi diawetkan. Nampak bahwa di ujung pegangan tangga itu merupakan sepasang tangan dari wanita yang sama. Tangan itu nampak sangat cantik dengan kuku panjang dan hiasan nail art.
Perhatian kami teralihkan saat suara pintu terbuka terdengar. Wanita bernama Sharon tadi memasuki ruangan tempat kami terpaku dalam keadaan pakaian, wajah, tangan, dan rambutnya berlumuran-cipratan-darah. Dia masuk sambil membawa 4 pisau daging yang-sepertinya-masih steril. Dia berjalan ke tengah-tengah ruangan dan berbicara dengan nada yang sangat menyeramkan.
"Kuharap kalian suka dengan kejutan dariku. Sebagai gantinya, ambilah pisau ini dan habisi 4 orang yang tersisa hanya untuk kalian. Kalian boleh menyiksanya semau kalian, anggap seakan-akan mereka adalah orang yang paling kalian benci. Cepat ambil dan habisi mereka atau kalian yang akan kuhabisi detik ini juga."
-TO BE CONTINUED-

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but Psycho
Fanfiction[DISCONTINUED] ⚠Warning : shounen ai (bl - not yaoi), ada unsur sadis dan bahasa kasar. 4 Siswa SMA tampan dan pandai ini ternyata adalah pimpinan dari komplotan psikopat yang bernama RED NIGHT. Setelah menjatuhkan pimpinan mereka sebelumnya, mereka...